Melanjutkan Kebajikan Ramadan
Suatu hari, Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha ditanya tentang ibadahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
هلْ كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَخْتَصُّ مِنَ الأيَّامِ شيئًا؟ قالَتْ: لَا، كانَ عَمَلُهُ دِيمَةً
“Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beribadah”? Aisyah menjawab, “Tidak, amalan beliau adalah amalan yang konsisten.” [HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya No: 1987].
Dalam hadits lainnya, juga dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dalam hadits lainnya, juga dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأعمالِ إلى اللهِ أدْومُها و إن قَلَّ
“Amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang rutin meskipun sedikit.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].
Dari dua hadits ini kita bisa membekali diri kita usai bulan Ramadan. Bagaimana amalan shaleh itu dikerjakan. Dia tidak mengenal waktu. Tidak berhenti dengan bergantinya bulan. Akan tetapi amal shaleh itu tetap dikerjakan dalam waktu dan kondisi apapun hingga kematian datang.
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ * وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
أَيْ قَوْمِ، الْمُدَاوَمَةَ الْمُدَاوَمَةَ؛ فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَجْعَلْ لِعَمَلِ الْمُؤْمِنِ أَجَلًا دُونَ الْمَوْتِ
بِئْسَ الْقَوْمُ! لاَ يَعْرِفُوْنَ للهَ حَقاًّ إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَيَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
Dari dua hadits ini kita bisa membekali diri kita usai bulan Ramadan. Bagaimana amalan shaleh itu dikerjakan. Dia tidak mengenal waktu. Tidak berhenti dengan bergantinya bulan. Akan tetapi amal shaleh itu tetap dikerjakan dalam waktu dan kondisi apapun hingga kematian datang.
Allah Ta’ala berfirman, surat al-Hijr ayat 98-99:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ * وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”
Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah menjelaskan, sebagaimana diriwayatkan oleh Syaikhul Islam Abdullah ibnul Mubarak al-Marwazi dalam kitabnya Az-Zuhdu wa ar-Raqaiq riwayat nomor 18,
Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah menjelaskan, sebagaimana diriwayatkan oleh Syaikhul Islam Abdullah ibnul Mubarak al-Marwazi dalam kitabnya Az-Zuhdu wa ar-Raqaiq riwayat nomor 18,
أَيْ قَوْمِ، الْمُدَاوَمَةَ الْمُدَاوَمَةَ؛ فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَجْعَلْ لِعَمَلِ الْمُؤْمِنِ أَجَلًا دُونَ الْمَوْتِ
“Wahai kaum, lakukan terus.. lakukan terus.. sungguh, Allah tidak menentukan batas akhir kesempatan ibadah seorang mukmin kecuali kematian.”
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif halaman 222 menukil satu momen ketika ada seseorang yang bertanya kepada Imam Bisyr bin Al-Harits rahimahullah,
“Bagaimana dengan kondisi orang yang sungguh-sungguh beribadah hanya di bulan ramadhan saja?”
Imam Bisyr bin Al-Harits rahimahullah menjawab,
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif halaman 222 menukil satu momen ketika ada seseorang yang bertanya kepada Imam Bisyr bin Al-Harits rahimahullah,
“Bagaimana dengan kondisi orang yang sungguh-sungguh beribadah hanya di bulan ramadhan saja?”
Imam Bisyr bin Al-Harits rahimahullah menjawab,
بِئْسَ الْقَوْمُ! لاَ يَعْرِفُوْنَ للهَ حَقاًّ إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ إِنَّ الصَّالِحَ الَّذِي يَتَعَبَّدُ وَيَجْتَهِدُ السَّنَةَ كُلَّهَا
“Mereka adalah seburuk-buruk kaum, karena tidak mengenal Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan. Sesungguhnya hamba yang saleh adalah yang rajin dan sungguh-sungguh dalam ibadah dalam setahun penuh.”
Di antara bukti ketulusan ibadah Ramadan kita kemarin adalah dengan keberlanjutannya di luar Ramadan. Karena seseorang yang sudah merasakan manisnya dekat dengan Allah tentu dia tidak mau merasakan pahitnya jauh dari Allah.
Siapa yang merasakan nikmatnya puasa, shalat malam, tilawah Alquran, bermunajat kepada Allah, tentu dia tidak akan memutuskan diri dari kenikmatan. Dia tidak akan menghentikan sesuatu yang membuat ruhnya bahagia. Dia benar-benar merasakan firman Allah Ta’ala,
Di antara bukti ketulusan ibadah Ramadan kita kemarin adalah dengan keberlanjutannya di luar Ramadan. Karena seseorang yang sudah merasakan manisnya dekat dengan Allah tentu dia tidak mau merasakan pahitnya jauh dari Allah.
Siapa yang merasakan nikmatnya puasa, shalat malam, tilawah Alquran, bermunajat kepada Allah, tentu dia tidak akan memutuskan diri dari kenikmatan. Dia tidak akan menghentikan sesuatu yang membuat ruhnya bahagia. Dia benar-benar merasakan firman Allah Ta’ala,
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [Quran Ar-Ra’d: 28].
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan,
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan,
“إِنَّ مِنْ جَزَاءِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ عُقُوْبَةِ السَيِّئَةِ السَيِّئَةُ بَعْدَهَا، فَإِذَا قَبِلَ اللهُ العَبْدَ فَإِنَّهُ يُوَفِّقُهُ إِلَى الطَاعَةِ، وَيَصْرِفُهُ عَنِ المَعْصِيَةِ، وَقَدْ قَالَ الحَسَنُ: “ياَ ابْنَ آدمَ، إِنْ لَمْ تَكُنْ فِى زِيَادَةٍ فَأَنْتَ فِى نُقْصَانِ
“Di antara balasan Allah terhadap amal kebajikan adalah seseorang termotivasi melakukan kebaikan lainnya. Dan bentuk hukuman kemaksiatan adalah keinginan mencoba kemaksiatan lainnya. Apabila Allah menerima amal ibadah seseorang, Dia akan memberinya taufik untuk melakukan ibadah lainnya dan memalingkannya dari kemaksiatan.”