Pengertian 'Aqiqah
Al-‘Aqiqah ( اَلْعَقِيْقَةُ ) adalah satu nama untuk sesuatu yang disembelih karena kelahiran anak. Pada asalnya makna ’aqiqah itu adalah rambut bawaan yang ada di kepala bayi ketika lahir. Hanya saja, istilah ini disebutkan untuk kambing yang disembelih ketika ’aqiqah karena rambut bayi dicukur ketika kambing tersebut disembelih. Oleh karena itu, disebutkan dalam hadits : ”Bersihkanlah dia dari kotoran”. Kotoran yang dimaksud adalah rambut bayi (yang dicukur ketika itu).
Al-Jauhari mengatakan : ”Aqiqah adalah menyembelih hewan pada hari ketujuhnya, dan mencukur rambutnya”. Selanjutnya Ibnul-Qayyim berkata : “Dari penjelasan ini jelaslah bahwa aqiqah itu disebutkan demikian karena mengandung dua unsur di atas dan ini lebih utama”.
Oleh karena itu, definisi ’aqiqah secara syar’iy yang paling tepat adalah binatang yang disembelih karena kelahiran seorang bayi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah ta’ala dengan niat dan syarat-syarat tertentu.
Dengan demikian, Aqiqah disyariatkan pada orang tua sebagai wujud syukur kepada Allah dan mendekatkan diri kepadaNya, serta berharap keselamatan dan barakah pada anak yang lahir tersebut
Hukum Aqiqah
Dari Sulaiman bin ‘Amir ad-Dhabiy, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَعَ الْغُلاَمِ عَقِيْقَةٌ، فَأَهْرِيْقُوْا عَنْهُ دَمًا، وَأُمِيْطُوْا عَنْهُ اْلأَذَى.
‘Bersama (kelahiran) seorang anak laki-laki (ada kewajiban) ‘aqiqah, dialirkan atas kelahirannya darah (hewan kurban), dan dihilangkan kotoran yang ada padanya.’ (HR. Ibni Majah, Bukhari, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa-i).
- Syaikh Utsaimin Rahimahullah : ‘Aqiqah adalah sunnah muakkadah (sunnah yg amat dianjurkan). Bagi orang yg tidak mampu melakukannya maka gugur kewajiban (sunnah) ini darinya.
- Ibnu Abdil Bar mengatakan ”Telah berkata Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, dan Ath-Thabariy bahwa ’aqiqah itu merupakan sunnah yang wajib dilakukan dan tidak sepantasnya untuk ditinggalkan bagi mereka yang memiliki kesanggupan”.
- Imam Ahmad Rahimahullah berkata ‘Aqiqah merupakan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau telah melakukannya untuk Hasan dan Hushain. Para sahabat beliau juga melakukannya. Dan Dari Hasan bin Samurah radhiyallahu’anhu, Rasulullahshallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Semua anak yg lahir tergadaikan dengan ‘aqiqahnya.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa’i). Sehingga tidak patut, jika seorang bapak tidak melakukan ‘aqiqah untuk anaknya.
Waktu ‘Aqiqah
Dan dari al-Hasan dari Samurah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
اَلْغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ، ويُحْلَقُ رَأْسُهُ ويُسَمَّى.
“Semua anak (yang lahir) tergadaikan dengan ‘aqiqahnya, disembelihkan (kambing ‘aqiqah) untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama.” (HR. Ibni Majah, Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa-i)
Disunnahkan menyembelih ‘aqiqah pada hari ketujuh dari hari kelahirannya, apabila hari ketujuh itu luput, maka pada hari keempat belas dan apabila hari keempat belas itu luput, maka pada hari ke dua puluh satu.
Dari Buraidah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
اَلْعَقِيْقَةُ تُذْبَحُ لِسَبْعٍ، أَوْ ِلأَرْبَعَ عَشَرَةَ، أَوْ ِلإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ.
‘Aqiqah disembelih pada hari ketujuh atau hari keempat belas atau hari kedua puluh satu.”(HR. al-Baihaqi)
Jumlah Hewan Untuk 'Aqiqah
Hadits Ummu Kurz Al Ka’biyyah radhiyallahu ‘anha.
عَنْ أُمِّ كُرْزٍ الْكَعْبِيَّةِ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ سَمِعْتُ أَحْمَدَ قَالَ مُكَافِئَتَانِ أَىْ مُسْتَوِيَتَانِ أَوْ مُقَارِبَتَانِ.
Dari Ummu Kurz Al Ka’biyyah, ia berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu wa ‘alaihi wa sallam bersabda, “Untuk anak laki-laki dua kambing yang sama dan untuk anak perempuan satu kambing.” Abu Daud berkata, saya mendengar Ahmad berkata, “Mukafiatani yaitu yang sama atau saling berdekatan.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
Hadits Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
Hadits Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَهُمْ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ
“Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan mereka, untuk anak laki-laki aqiqah dengan dua ekor kambing dan anak perempuan dengan satu ekor kambing.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
Hadits ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَقَّ عَنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ كَبْشًا كَبْشًا.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengaqiqahi Al Hasan dan Al Husain, masing-masing satu ekor domba.” (HR. Abu Daud)
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan, “Aqiqah untuk anak laki-laki dan anak perempuan boleh sama, yaitu dengan satu ekor kambing. Inilah pendapat kebanyakan ulama. Inilah yang dipilih oleh Ibnu ‘Abbas, ‘Aisyah, Asy Syafi’i, Ishaq dan Abu Tsaur. Bahkan Ibnu ‘Umar sendiri pernah berkata, “Aqiqah untuk anak laki-laki dan perempuan masing-masing dengan seekor kambing.”
Hal-hal yang disyari'atkan ketika kelahiran anak
1. Mentahniknya
Dari Abu Musa Radhiyallahu 'anhu, ia berkata.
وُلِدَ لِي غُلاَمٌ، فَأَتَيْتُ بِهِ النَّبِيَّ، فَسَمَّاهُ إِبْرَاهِيْمَ، فَحَنَّكَهُ بِتَمْرَةٍ، وَدَعَا لَهُ بِالْبِرَكَةِ؛ وَدَفَعَهُ إِلَيَّ.
‘Aku dianugerahi seorang anak, kemudian aku membawanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka beliau menamainya dengan Ibrahim, mentahniknya dengan kurma serta mendo’akannya agar ia diberkahi. Kemudian beliau menyerahkannya kembali kepadaku.’ (HR. Bukhori dan Muslim)
Tahnik adalah memberikan kurma yang telah dihaluskan dan mengoleskan-nya pada langit-langit mulut bayi yang baru lahir
2. Mencukur rambutnya pada hari ketujuh dan bersedekah dengan perak seberat rambut yang dicukur
Dan dari al-Hasan dari Samurah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
اَلْغُلاَمُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ، ويُحْلَقُ رَأْسُهُ ويُسَمَّى.
“Semua anak (yang lahir) tergadaikan dengan ‘aqiqahnya, disembelihkan (kambing ‘aqiqah) untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya dan diberi nama.” (HR. Ibni Majah, Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa-i)
Dari Abu Rafi’ bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Fathimah ketika ia melahirkan al-Hasan:
اِحْلِقِي رَأْسَهُ وَتَصَدَّقِي بِوَزْنِ شَعَرِهِ مِنْ فِضَّةٍ عَلَى الْمَسَاكِيْنِ.
“Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak seberat rambutnya (yang dicukur) kepada orang-orang miskin.” (HR. Ahmad dan Baihaqi)
3. Dikhitan pada hari ketujuh
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani dalam kitab al-Mu’jamush Shaghiir.
Dari Jabir Radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ عَقَّ عَنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ، وَخَتَنَهُمَا لِسَبْعَةِ أَيَّامٍ.
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengadakan ‘aqiqah karena kelahiran al-Hasan dan al-Husain dan mengkhitan keduanya pada hari yang ketujuh.” (HR. At-Thabrani dan Baihaqi)
Larangan Tadmiyyah
Tadmiyyah adalah tradisi masyarakat jahiliyyah yang melumurkan darah hewan ’aqiqah ke kepala si bayi. Ada beberapa hadits yang menyebutkan perintah tadmiyyah, namun hadits-hadits ini jauh sekali dari kata shahih.
Bahkan ada riwayat shahih yang melarang tradisi jahiliyyah ini.
عن عائشة قالت : كانوا في الجاهلية إذا عقوا عن الصبي خضبوا قطنة بدم العقيقة فإذا حلقوا رأس الصبي وضعوها على رأسه فقال النبي صلى الله عليه وسلم : ( اجعلوا مكان الدم خلوقا )
Dari ’Aisyah ia berkata : ” “Dulu pada masa Jahiliyyah, jika mereka meng-’aqiqahi seorang anak, mereka mencelupkan kapas dengan darah hewan ‘aqiqah dimana ketika mereka mencukur rambut kepala anak tersebut, mereka oleskan pada kepalanya. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata : ”Gantilah darah (yang dioleskan pada kepala anak) dengan khuluuq (wewangian)”. (HR. Ibu Hibban dan Baihaqi)
عن يزيد بن عبد المزني : أن النبي صلى الله عليه وسلم قال يعق عن الغلام ولا يمس رأسه بدم
Dari Yazid bin ’Abd Al-Muzanniy : Bahwasannya Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam pernah bersabda : ”Disembelih ’aqiqah untuk anak dan tidak boleh diusap kepalanya dengan darah”. (HR. Ibnu Majah)
Asy-Syaukani berkata : ”Jumhur ’ulamaa membenci at-tadmiyyah. Mereka berdalil akan hal itu dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dari ’Aisyah.....”.
SEMOGA BERMANFAAT
Asy-Syaukani berkata : ”Jumhur ’ulamaa membenci at-tadmiyyah. Mereka berdalil akan hal itu dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya dari ’Aisyah.....”.
SEMOGA BERMANFAAT