“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al A’raf: 96)
Jamaah ‘Id Rahimakumullah
hari ini kita telah berpisah dengan ramadhan, permasalahannya, Apakah kemenangan ramadhan ini berdampak pada kualitas ibadah kita,,? berdampak pada kemulyaan perilaku kita..?
maka dari itu kita diharuskan untuk menjaga dan melestarikan pesan-pesan dari ramadhan, agar kehidupan kita diluar ramadhan senantiasa tidak terlepas dari keimanan dan ketaqwaan.
Pesan pertama Ramadhan adalah Pesan moral (Tahdzibun Nafsi)
sungguh ramadhan bulan yang mulya, ramadhan telah menjadikan manusia beriman menjadi begitu taat, disiplin dalam menjalani kehidupan. seseorang tidak akan berani makan dan minum kecuali pada waktunya. dia senantiasa patuh sekalipun dalam keadaan menyendiri, kehidupannya senantiasa merasa diawasi oleh Allah dalam setiap keadaan, sehingga hari demi hari dijalani dengan upaya menjaga keutamaan puasa, menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa..
inilah aqidah, inilah keimanan yang sesungguhnya. kita hidup hanya utk Allah, kita mengatur kehidupan kita karena merasa diawasi Allah ta'ala. kita menjalani ibadah benar-benar karena meyakini akan perintah Allah. orang yang sedang menjalankan ibadah puasa akan menjalani hidup dengan begitu tertib, dia akan berupaya mengontrol dirinya, mengendalikan emosi dan amarahnya. sehingga ramadhan diakhiri dengan kesiapan untuk meminta dan memberi maaf. tidak kita merasa indah menjalani kehidupan yang demikian..?
firman Allah:
وَاْلكَاظِمِيْنَ اْلغَيْظَ وَاْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ اْلمُحْسِنِيْنَ
"…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)
jika pesan moral ini kita amalkan, sungguh perilaku yang demikian adalah perilakunya orang-orang yang taqwa. maka tidaklah heran ketika Allah memerintahkan orang beriman berpuasa akan berdampak menjadi manusia taqwa.
sedangkan Taqwa adalah pakaian terbaik bagi diri kita. Kadang kita sedih ketika baju kesayangan kita ternyata rusak oleh mesin cuci. Jika yang rusak itu adalah pakaian biasa mungkin tak ada kekesalan. Persoalannya pakaian tersebut adalah yang terbaik dan termahal. Itulah hakikat pakaian, setiap kita memiliki satu yang terbaik dan termahal di antara sekian yang ada. Demikian juga sepatutnya seorang mukmin ketika kehilangan pakaian terbaiknya. Allah menyediakan satu pakaian terbaik untuk mereka, yaitu taqwa.
… وَلِبَاسُ ٱلتَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ …
“…dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (QS. al-A’raf: 26)
Bila kita sanggup jatuh bangun mengumpulkan harta untuk membeli pakaian bagus dan perhiasan mahal dan bersedih karena kehilangannya, maka kitapun harus jauh lebih kuat untuk jatuh bangun demi meraih dan kemudian menjaga pakaian terbaik dari Allah. Sebaliknya, kemalangan terburuk adalah karena hilangnya pakaian itu dari diri kita. Ramadhan telah menuntun kita untuk meraihnya dan Istiqamah adalah sikap terbaik untuk merawatnya agar tetap bersih.
Ketaqwaan akan melahirkan sifat-sifat terbaik dalam diri seseorang. Tidak hanya dalam perkara hablum minallah, tetapi juga hablum minannas. Ibadah-ibadah mahdhah kita seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan dzikrullah tak akan memiliki nilai bila kita buruk dalam menata hubungan dengan alam sekitar, seperti manusia, lingkungan dan makhluk hidup lainnya. Orang-orang yang bertaqwa adalah agen-agen rahmatan lil’alamin yang selalu membawa kebaikan dan kedamaian. Mereka bagaikan pohon yang buahnya lebat. Tidak pernah berhenti memberikan manfaat bagi siapapun selama mereka hidup. Bahkan terhadap yang berbuat jahat kepada mereka sekalipun, selalu ada kata maaf. Pohon yang dilempari batu selalu menjatuhkan buahnya kepada yang melemparinya. Begitulah filosofi yang selalu melekat pada diri orang-orang yang bertaqwa hingga Allah banyak memberikan pujian kepada mereka.
Ibnu Abbas berkata: ” Sesungguhnya amal kebaikan itu akan memancarkan cahaya di dalam hati, membersitkan sinar pada wajah, kekuatan pada tubuh, kelimpahan pada rezeki dan menumbuhkan rasa cinta di hati manusia kepadanya. Sesungguhnya amal kejahatan itu akan menggelapkan hati, menyuramkan wajah, melemahkan badan, mengurangi rezeki dan menimbulkan rasa benci di hati manusia kepadanya.”
الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد
Bukan karena jabatan kita menjadi mulia. Bukan juga karena ilmu kita menjadi mulia. Bukan juga karena harta, kecantikan, dan gelar. Semua itu hanyalah citra yang melekat pada diri yang sungguh amat merepotkan pemiliknya. Ketaqwaan itulah yang mengantarkan pemiliknya pada kemuliaan sejati tanpa embel-embel pujian dan penghormatan semu.
Pesan kedua adalah pesan sosial/Ukhuwah
Pesan sosial Ramadhan ini terlukiskan dengan indah. Indah disini justru terlihat pada detik-detik akhir Ramadhan dan gerbang menuju bulan Syawwal. Dimana ketika umat muslim mengeluarkan zakat fithrah. dan sadarkah kita, bahwa ketika zakat fitrah terkumpul, panitia begitu sibuk mengingat dan mencari kaum muslimin yang fakir dan juga miskin yang akan dijadikan mustahik atau obyek penerima zakat,
jamaah sekalian, tidakkah ini sebuah kepedulian akan sesama yang tanpa disadari, ramadhan telah mendidik kita untuk senantiasa bersama-sama, berjamaah memikirkan, membantu, menolong dan membahagiakan orang-orang yang hidup dalam kesusahan. Dalam kesempatan ini orang yang menerima zakat akan merasa terbantu, tertolong beban hidupnyadan terbahagiakan kehidupannya, sedangkan yang memberi zakat mendapatkan jaminan dari Allah SWT; sebagaimana yang terkandung dalam hadis Qurthubi:
اِنّىِ رَأَيْتُ اْلبَارِحَةَ عَجَاً رَأَيْتُ مِنْ اُمَّتِى يَتَّقِى وَهَجَ النَّارَ وَشِرَرَهَا بِيَدِهِ عَنْ وَجْهِهِ فَجَائَتْ صَدَقَتُهُ فَصَارَتْ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
Artinya: "Aku semalam bermimpi melihat kejadian yang menakjubkan. Aku melihat sebagian dari ummatku sedang melindungi wajahnya dari sengatan nyala api neraka. Kemudian datanglah shadaqah-nya menjadi pelindung dirinya dari api neraka."
Jama`ah Idul Fitri rahimakumullah
الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد
Di sinilah efek ketaqwaan kita harus diwujudkan dalam semangat bersama/berjamaah untuk membangun negeri yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang ingin mendapat curahan berkah dari langit dan dari bumi hanya mempersyaratkan satu hal yaitu keimanan dan ketaqwaan para penduduknya terutama para pemimpinnya. Allah menjanjikan rezeki, keberkahan dan jalan keluar dari setiap masalah bagi orang-orang yang bertaqwa:
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Q.S. At-Thalaq: ayat 2 dan 3)
Allah Ta'ala berfirman :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (QS. Al A’raf: 96)
Orang-orang bertaqwa adalah para pejuang yang telah ditempa dengan kesabaran selama Ramadhan. Jumlah para pemenang itu barangkali hanya segelintir saja, tetapi hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak memperjuangkan kebenaran. telah menjadi sunnatullah, bahwa bumi akan selalu didominasi oleh kezhaliman dan hal-hal yang melampaui batas. Kemenangan dan kekalahan selalu dipergilirkan antara yang haq dan yang bathil. Namun bagaimanapun al-haq tidak boleh tunduk kepada al-bathil. Meski jumlah kelompok kebaikan itu sedikit, Allah selalu menjamin kemenangan mereka dengan satu prasyarat yaitu: Sabar.
كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Baqarah: 249).
Iman tak akan menemukan jalan taqwanya tanpa melalui kesabaran. Ramadhan menjadi kelas khusus bagi orang-orang beriman untuk memantapkan kesabaran mereka dan sesungguhnya merekalah yang diharapkan dapat memenangkan al-haq di negeri ini meski kekuatan kelompok bathil jauh lebih banyak. Semoga suatu saat kelak kita dapat menjelang datangnya generasi yang tercerahkan di negeri ini dan dapat membawa nasib negeri ini menjadi lebih baik.
Jamaah ‘Id Rahimakumullah!
Marilah kita berdoa semoga Allah SWT senantiasa meliputi kehidupan kita dengan keberkahan dan melindungi kita dari segala musibah yang membinasakan.