TETAP SHALIH SELEPAS RAMADHAN
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ أَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النِعْمَةَ، وَجَعَلَ
أُمَّتَنَا أُمَّةَ الإِسْلَامِ خَيْرَ أُمَّةٍ، وَبَعَثَ فِيْنَا رَسُوْلاً
مِنَّا يَتْلُوْ عَلَيْنَا آيَاتِهِ وَيُزِّكِيْنَا وَيُعَلِّمُنَا الكِتَابَ
وَالحِكْمَةَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ؛ بِيَدِهِ الفَضْلُ وَالعَطَاءُ وَالمِنَّةُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَعَثَهُ اللهُ لِلْعَالَمِيْنَ قُدْوَةً وَرَحْمَةً؛
صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أُوْلِي الفَضَائِلِ العَظِيْمَةِ وَالمَنَاقِبِ الجُمَّةِ .
ثُمَّ أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ:
Di antara tanda
diterimanya amal ibadah kita adalah lahirnya atau munculnya semangat untuk
melakukan ibadah lainnya. Karena amal kebaikan itu saling menyeru satu dengan
yang lain. Seorang tabi’in yang mulia, al-Hasan al-Bashri rahimahullah
mengatakan,
“إِنَّ مِنْ
جَزَاءِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ عُقُوْبَةِ السَيِّئَةِ
السَيِّئَةُ بَعْدَهَا، فَإِذَا قَبِلَ اللهُ العَبْدَ فَإِنَّهُ يُوَفِّقُهُ
إِلَى الطَاعَةِ، وَيَصْرِفُهُ عَنِ المَعْصِيَةِ، وَقَدْ قَالَ الحَسَنُ: “ياَ
ابْنَ آدمَ، إِنْ لَمْ تَكُنْ فِى زِيَادَةٍ فَأَنْتَ فِى نُقْصَانِ
“Di antara balasan Allah
terhadap amal kebajikan adalah seseorang termotivasi melakukan kebaikan
lainnya. Dan bentuk hukuman kemaksiatan adalah keinginan mencoba kemaksiatan
lainnya. Apabila Allah menerima amal ibadah seseorang, Dia akan memberinya
taufik untuk melakukan ibadah lainnya dan memalingkannya dari
kemaksiatan.”
Beliau melanjutkan,
“Berarti wahai anak Adam, kalau amal taat kalian tidak bertambah, sebenarnya
kalian berada dalam kekurangan.”
Ucapan beliau ini kalau
kita kaitkan dengan Ramadhan kemarin, kalau Ramadhan kemarin tidak menambah
semangat kita untuk melakukan ketaatan di bulan Syawal ini, artinya Ramadhan
kemarin itu penuh kekurangan.
كُنْ رَبَّانِيّاً
وَلَا تَكُنْ رَمَضَانِيّاً
“Jadilah engkau seorang
yang Rabbani (yang senatiasa taat kepada Allah), bukan cuma musiman Ramadhan
saja.”
وَٱعْبُدْ رَبَّكَ
حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ
“Dan sembahlah Tuhanmu
sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” [Quran Al-Hijr: 99]
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” [Quran Ali
Imran: 102].
إِنَّ الَّذِينَ
قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap
istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula)
berduka cita.” [Quran Al-Ahqaf: 13]
إِنَّ الَّذِينَ
قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah
mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” [Quran Fussilat:
30].
وَلَا تَكُونُوا
كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu
seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan
kuat, menjadi cerai berai kembali.” [Quran An-Nahl: 92]
Kita tengah merajut
kebiasaan baik. Dan kebiasaan kita di bulan Ramadhan kemarin, hampir saja
menjadi kebiasaan baru atau gaya hidup baru yang tengah kita bentuk. Ketika
Ramadhan usai, usaha itu kita uang. Kebiasaan itu kita abaikan dan tidak lagi
kita jadikan bagian dari diri kita. Inilah permisalan yang Allah sebutkan di
atas.
Dan kita di Ramadhan
kemarin mendapat nikmat taufik dari Allah yaitu mudahnya melakukan taat.
Kemudian maksiat setelah mendapat nikmat tentu saja bukanlah bentuk syukur.
Syukur nikmat adalah menaati Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
اعْمَلُوا
آلَ دَاوُودَ شُكْرًا
“Beramallah hai keluarga
Daud untuk bersyukur (kepada Allah).” [Quran Saba’: 13]
“Siapa yang berpuasa di
bulan Ramadhan, kemudian dia ikuti dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal,
itu seperti puasa sepanjang tahun.”
Dan melaksanakan puasa
Syawal adalah tanda di antara tanda-tanda diterimanya puasa Ramadhan kita.
Karena tanda diterimanya kebaikan itu adalah melahirkan kebaikan lainnya.
Demikian juga puasa Syawal ini sebagai bentuk syukur kita kepada Allah Ta’ala
yang telah memberi kita taufik untuk melakukan amalan ketaatan di bulan
Ramadhan kemarin.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.