Hidup Dunia Yang Sesaat
Perjalanan hidup di dunia ini adalah perjalanan yang singkat. Sepanjang apapun usia seseorang, maka kehidupannya tetap singkat jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat itu dimulai dari alam barzah atau alam kubur. Kemudian ditiupnya sangkakala dan hancurnya alam semesta. Setelah itu hari kebangkitan. Setelah berbangkit manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar. Kemudian mendapat syafaat untuk segera diadili. Setelah itu dihitung semua amal-amalnya. Lalu penyerahan catatan amal. Lalu ditimbang. Lalu melewati sirath yang ujungnya surga atau neraka.
Yang pertama alam barzah, kita sama-sama menyaksikan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang hidup 63 tahun di dunia, sekarang sudah 15 abad di alam kuburnya. Padang Mahsyar, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala,
تَعْرُجُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُۥ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Kita akan berkumpul di Mahsyar selama 50.000 tahun lamanya. Dan akhirnya manusia akan masuk ke dalam surga atau neraka yang abadi selama-lamanya. Bandingkan dengan berapa tahun hidup kita di dunia ini?
Namun, terkadang manusia itu terpedaya dengan kondisinya di dunia. Ia terpedaya dengan anak-anak dan cucunya, ia Bahagia dan ingin bersama mereka. Menyaksikan pertumbuhan mereka, perjalanan hidup mereka, dan berkumpul bersama mereka. Manusia juga lalai karena hartanya, kebunnya, ternaknya, dan aset-aset lainnya. Ia ingin agar menikmatinya untuk jalan-jalan, beli rumah dan tanah, menyaksikan kebunnya berbuah, dan ternaknya menjadi banyak. Manusia juga terkadang dibuat lupa karena kesehatannya. Ia menyangka kalau hidup sehat, usianya pasti panjang. padahal sepanjang apapun usianya di dunia, itu sangat singkat dibandingkan kehidupan akhirat.
Dalam ayat yang lain, Allah menggambarkan kehidupan dunia ini seperti Bunga Mawar yang indah.
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Dunia ini indah dan kita tidak memungkirinya. Karena itu, Allah sebut dia indah seperti mawar. Tapi indah dan merekahnya bunga mawar itu hanya singkat waktunya. Kalaupun dia lama, usia kita yang terbatas dengan kematian akan meninggalkannya. Karena itu, Allah mengingatkan kita untuk tidak habis-habisan memfokuskan pandangan mata kita kepadanya. Justru rezeki dari Allah yaitu balasan di akhirat itu lebih baik dan kekal.
Di dalam ayat lainnya, Allah mengumpamakan kehidupan dunia seperti hujan. Allah mengulang-ulang edukasi kepada kita tentang hakikat dunia dengan berbagai permisalan. Agar kalau kita tidak sadar di ayat pertama, mungkin akan tersadar di ayat yang kedua. Yang kedua tidak, mungkin di yang ketiga, dan seterusnya. Atau kalau kita paham di perumpamaan yang pertama, ada perumpamaan lainnya yang mungkin lebih mudah masuk ke akal kita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Demikianlah Allah gambarkan cepatnya perubahan kehidupan di dunia ini. Dari kering menjadi subur. Dari subur menjadi kering. Dari miskin, susah, dan sejenisnya menjadi kayak dan Bahagia. Kemudian berbalik kembali. Ini benar-benar kita saksikan di hadapan kita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Dalam ayat ini Allah menyebut kehidupan dunia itu sebagai permainan dan senda gurau. Ini adalah sebuah gambaran yang sama-sama kita sadari. Kita tahu waktu bermain kita, waktu senda gurau kita, waktu nongkrong, berlibur, waktu santai, itu lebih sedikit dari bagian kehidupan kita yang serius. Jam kerja lebih banyak dari cuti dan hari libur. Kita sama-sama sadar. Karena itu, sadarilah juga bahwa kehidupan dunia ini seperti itu juga dibanding keseriusan kehidupan yang sebenarnya yaitu kehidupan akhirat.
Yang ada di akhirat nanti hanyalah penyesalan. Sebagaimana firman Allah menggambarkan penyesalan mereka yang saat di dunia ini tidak memperhatikan ayat-ayat Allah:
Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pernah bercerita,
فقال : يا نبيَّ اللهِ وما لي لا أبكي ! وهذا الحصيرُ قد أثَّر في جنبِك وهذه خِزانتُك لا أرَى فيها إلَّا ما أرَى ، وذاك كسرَى وقيصرُ في الثِّمارِ والأنهارِ ، وأنت نبيُّ اللهِ وصفوتُه وهذه خِزانتُك . قال : يا بنَ الخطَّابِ أما ترضَى أن تكونَ لنا الآخرةُ ولهم الدُّنيا
فقال : ما يُبكيك يا بنَ الخطَّابِ ؟
“Mengapa engkau menangis wahai putra al-Khattab”? tanya beliau.
فقال : يا نبيَّ اللهِ وما لي لا أبكي ! وهذا الحصيرُ قد أثَّر في جنبِك وهذه خِزانتُك لا أرَى فيها إلَّا ما أرَى ، وذاك كسرَى وقيصرُ في الثِّمارِ والأنهارِ ، وأنت نبيُّ اللهِ وصفوتُه وهذه خِزانتُك
Aku berkata, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak bersedih. Lihatlah tikar ini membekas di kulit Anda. Barang-barang perabot Anda, begitu kondisinya. Sementara Kisra (Raja Persia) dan Caesar (Raja Romawi) dikelilingi kebun-kebun dan Sungai-sungai. Padahal engkau adalah nabinya Allah dan manusia pilihan-Nya hanya ini yang engkau miliki.”
Dalam riwayat lain dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia berkata,
Hadis tentang Kehidupan Akhirat sebagai Tujuan
Dari Zaid bin Tsabit RA, dirinya berkata telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ