اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
“Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi)
Oleh :
ARIS ALFIAN RISWANDI
Cilawang, 25 Januari 2015
Sahabat Sekalian, Sholawat kepada Nabi adalah amalan yang diperintahankan oleh Allah ta'ala, untuk itu, sebagai bukti bahwa kita taat, patuh dan cinta terhadap Allah dan Rosul-Nya, maka hendaklah kita memperbanyak membaca sholawat kepada junjungan kita Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap kesempatan dan keadaaan, tanpa ada batas jumlah, batas waktu dan tempat tertentu, itulah yang dinamakan dengan SHOLAWAT MUTLAQ. Hal ini Sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikatnya bershalawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan juga ucapkanlah salam untuknya.” (Qs. Al- Ahzab: 56).
Imam Bukhari berkata, "Abul 'Aliyah mengatakan: Yang dimaksud dengan Allah bershalawat kepada Nabi-Nya adalah pujian yang Allah berikan kepada Nabi, yang diungkapkan dihadapan para malaikat." Sedangkan shalawat Malaikat berarti do'a mereka atas Nabi." Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu berkata, "Arti dari lafazh Yusholluuna adalah, "Allah dan para Malaikat-Nya memberkati Nabi shallallahu'alaihi wasallam." (Fat-hul Baari)
WAKTU DAN KEUTAMAAN MEMBACA SHOLAWAT
Keutamaan Membaca Sholawat
Sholawat adalah Amalan yang mudah untuk diucapkan, akan tetapi memiliki keutamaan yang sangat luar biasa besar dan sangat menggiurkan. betapa tidak..!! Bagaimana kita tidak tergiur dengan tawaran yang disodorkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi kita telah men-sabdakan :
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Barangsiapa yang bersholawat atasku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali.” (HR. Imam Muslim dan Imam Ahmad)
Dalam kesempatan lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan hal yang sangat menggembirankan kepada kita :
صلوا عليي فاءن صلاتكم عليي زكاة لكم
“Bersholawatlah kamu kepadaku, karena sholawatmu itu menjadi zakat (penghening jiwa, pembersih dosa) untukmu.” (HR. Ibnu Murdaweh)
Dalam Hadits lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah Menjanjikan :
Dalam Hadits lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah Menjanjikan :
أولَى الناسِ بِيْ يوم القيامة أكثرُهم عليَّ صلاةً
“Orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi)
Sahabat Sekalian, Shalawat adalah do'a dan juga termasuk dzikir. Sedangkan di antara adab berdzikir, yaitu dengan suara pelan, Allah ta'ala berfirman:
وَاذْكُر رَّبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِفْيَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَتَكُن مِّنَ الْغَافِلِينَ
Dan dzikirlah (ingatlah, sebutlah nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Al A’raf : 205).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata,”Oleh karena itulah Allah berfirman: وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ (dan dengan tidak mengeraskan suara), demikianlah, dzikir itu disukai tidak dengan seruan yang keras berlebihan.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Imam Al Qurthubi rahimahullah berkata dalam tafsirnya :”Ini menunjukkan, bahwa meninggikan suara dalam berdzikir adalah terlarang.”
Dalam kesempatan ini, Insya Allah saya (Penulis) akan memaparkan tentang waktu-waktu yang dianjurkan untuk membaca Sholawat (SHOLAWAT MUQOYYAD) kepada Nabi Muhammad shallaahu 'alaihi wasallam, berdasarkan hadist-hadits yang beliau sabdakan.
Waktu-waktu yang Dianjurkan untuk Membaca Sholawat
1. Ketika Menyebut dan Mendengar Nama Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
اَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Orang pelit itu adalah orang yang ketika disebut namaku ia enggan bershalawat” (HR. At-Tirmidzi).
Juga dari hadits Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Kehinaan bagi seseorang yang Namaku disebut didekatnya, namun dia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. at-Tirmidzi, al-Hakim)
2. Saat memulai Merdoa
Do'a merupakan salah satu amal ibadah yang disyari'atkan kepada Umat Muslim, sebagaimana Firman Allah ta'ala :
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdoalah kepada-Ku, akan Aku kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang sombong, enggan beribadah kepada-Ku, akan Aku masukkan mereka ke neraka Jahannam yang pedih” (QS. Al-Mu’min: 60)
kemudian telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud dan Imam At-Tirmidzi dan juga Imam Hakim bahwa Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:
إذَا صَلَّى أحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيهِ ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ ، ثُمَّ لِيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ
“Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.” (H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)
Selanjutnya Umar bin Khattab radiallaahu 'anhu mengatakan:
إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
“Sesungguhnya doa itu terkatung-katung antara langit dan bumi, dan tidak ada yang bisa menaikannya, sampai dibacakan shalawat untuk Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Turmudzi)
Kemudian diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوبٌ حَتَّى يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ
“Setiap doa terhijab (tertutup) hingga bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.” (HR. ad-Dailami)
Seiring dengan hadits ini Imam Thabroni meriwayatkan hadits yang berbunyi:
الدُّعَاءُ مَحْجُوبٌ حَتَّى يُصَلِّيَ الدَّاعِي عَلَى النَّبِيّ صلى الله عليه وسلم
“Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wasallam.” (H.R. Thabrani)
3. Ketika Selesai Mendengar Adzan dan Iqomah
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوامِثْلَ مَا يَقُولُ ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Jika kalian mendengarkan muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah apa yang ia ucapkan. Kemudian bershalawatlah kepadaku. Karena setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim, no. 384)
Kemudian hadits dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa mengucapkan setelah mendengar adzan :
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid), shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi), dan fadilah (kedudukan lain yang mulia). Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqom (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan padanya), maka dia akan mendapatkan syafa’atku kelak.” (HR.Bukhari )
4. Ketika Duduk Tasyahud dalam Sholat
Dari Ka’ab bin Ujrah, bahwa para sahabat pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tata cara sholawat ketika shalat. Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah:
اللَّهُّم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمد كما صلَّيْتَ على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد، اللَّهُّم بارِكْ على محمدٍ وعلى آل محمد كما باركتَ على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد
“Ya Allah, bershalawatlah kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana engkau telah bershalawat kepada Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas, Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkahi ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Luas.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يدعو في صلاته لم يمجد الله تعالى ولم يصل على النبي صلى الله عليه وسلم فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم عجل هذا ثم دعاه فقال له أو لغيره إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد ربه جل وعز والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendengar seorang lelaki yang berdoa dalam shalatnya tanpa mengagungkan Allah dan tanpa bershalawat. Beliau pun berkata: ‘Orang ini terlalu tergesa-gesa’. Rasulullah lalu memanggil lelaki tersebut lalu menasehatinya: ‘Jika salah seorang diantara kalian berdoa mulailah dengan mengagungkanlah Allah, lalu memuji Allah, kemudian bershalawatlah, barulah setelah itu berdoa apa yang ia inginkan‘” (HR. Abu Daud).
Para ulama mengatakan bahwa tempat shalawat kepada Nabi di dalam shalat adalah setelah tasyahud awal dan akhir. dan mereka menggolongkan sholawat setelah Tasyahhud awal hukumnya dianjurkan sedangkan shalawat setelah tasyahud akhir hukumnya wajib dan merupakan bagian dari rukun shalat.
5. Ketika Siang dan Malam Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي قال فقالوا يا رسول الله وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت قال يقولون بليت قال إن الله تبارك وتعالى حرم على الأرض أجساد الأنبياء صلى الله عليهم
“Hari jumat adalah hari yang paling utama. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu. Karena sesungguhnya shalawat kalian itu sampai kepadaku”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami sampai kepadamu, sementara kelak engkau dikebumikan?”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan bumi untuk menghancurkan jasad para Nabi shallallahu ‘alaihim” (HR. Abu Daud)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
كْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَىَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari dan malam Jumat. Karena orang yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Al-Baihaqi)
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً
“Dari abi umamah berkata rasulullah saw bersabda : perbanyaklah bershalawat kepadaku di hari jum'at, karena shalawat umatku akan diperlihatkan kepadaku disetiap hari jum'at, barang siapa yang paling banyak bershalawat atasku maka kedudukannya paling dekat padaku.” (HR. Al-Baihaqi)
6. Ketika Masuk dan Keluar Masjid
Sebagaimana hadits dari Fathimah Radhiallahu’anha:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل المسجد صلى على محمد وسلم ، وقال : رب اغفر لي ذنوبي ، وافتح لي أبواب رحمتك, وإذا خرج صلى على محمد وسلم ، وقال : رب اغفر لي ذنوبي وافتح لي أبواب فضلك
“Biasanya, ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke dalam masjid beliau bershalawat kemudian mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi Waftahli Abwaaba Rahmatik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu Rahmat-Mu)”“Dan ketika beliau keluar dari masjid, beliau bershalawat lalu mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi, Waftahlii Abwaaba Fadhlik (Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu keutamaan-Mu)” (HR. At Tirmidzi).
7. Ketika Dzikir Pagi dan Petang
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يوم القيامة
“Barangsiapa bershalawat kepadaku ketika pagi dan ketika sore masing-masing 10 kali, ia akan mendapatkan syafa’atku kelak di hari kiamat” (HR.At-Thabrani)
8. Ketika Berkhutbah
Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad dalam madzhabnya yang terkenal mengatakan bahwa : "Tidak sah khutbah (Khutbah Jum’at, Khutbah Idul Fithri dan Idul Adha, Istisqo’ dan Lainnya) melainkan dengan adanya shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam" . Berbeda dengan Imam Abu Hanifah dan Imam Malik yang berpendapat bahwa khutbah tetap sah walaupun tanpa shalawat di dalamnya, dan ini juga pendapat sebagian madzhab Imam Ahmad. Golongan yang mewajibkan sholawat dalam berkhutbah berhujjah dengan firman Allah Ta'ala :
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ # وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ # الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ # وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu ? . Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu.”(QS-Al-Insyiroh : 1-4)
Ibnu Abbas telah Berkata tentang ayat ini: Allah meninggikan penyebutan (nama Rasulullah), maka tidak boleh menyebut nama Allah melainkan juga menyebut nama beliau bersama-Nya.
Adapun dalil bahwa shalawat itu dibacakan ketika khutbah, hal ini berdasarkan riwayat dari ‘Abdullah bin Ahmad, dari ‘Aun bin Abi Juhaifah bahwa ayahnya yang pernah menjadi petugas keamanan dari sahabat ‘Ali bin Abi Tholib menyatakan bahwa "dahulu ia di bawah mimbar, ia menyaksikan ‘Ali radhiyallahu ‘anhu saat itu sedang naik mimbar. Di awalnya, Ali menyanjung Allah, bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Ali mengatakan bahwa generasi terbaik dari umat ini setelah nabinya yaitu Abu Bakr, lalu Umar. Allah menganugerahkan pada mereka kebaikan sesuai yang Dia kehendaki". (Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad)
Adapun dalil bahwa shalawat itu dibacakan ketika khutbah, hal ini berdasarkan riwayat dari ‘Abdullah bin Ahmad, dari ‘Aun bin Abi Juhaifah bahwa ayahnya yang pernah menjadi petugas keamanan dari sahabat ‘Ali bin Abi Tholib menyatakan bahwa "dahulu ia di bawah mimbar, ia menyaksikan ‘Ali radhiyallahu ‘anhu saat itu sedang naik mimbar. Di awalnya, Ali menyanjung Allah, bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Ali mengatakan bahwa generasi terbaik dari umat ini setelah nabinya yaitu Abu Bakr, lalu Umar. Allah menganugerahkan pada mereka kebaikan sesuai yang Dia kehendaki". (Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad)
9. Ketika berada di Majlis
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِيهِ، وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ، إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ
“Jika ada sekelompok kaum yang duduk bersama dan tidak mengingat Allah serta tidak memberi shalawat kepada nabi mereka maka itu akan menjadi bahan penyesalan baginya. Jika Allah berkehendak, Allah akan menghukum mereka, dan jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuni mereka.” (HR. Ahmad, Tirmidzi)
10. Ketika Takbir dalam shalat Id
11. Ketika Sholat Jenazah
Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat bahwa membaca shalawat dalam shalat jenazah itu wajib. Dalil yang menunjukkan adanya perintah membaca shalawat dalam shalat jenazah adalah hadits dari Ma’mar, dari Az Zuhriy, telah diceritakan dari Abu Umamah bin Sahl :
Shalawat disyariatkan untuk dibaca ketka takbir kedua shalat jenazah. Imam As-Sya’bi mengatakan:
أول تكبيرة من الصلاة على الجنازة ثناء على الله عز وجل والثانية صلاة على النبي صلى الله عليه وسلم والثالثة دعاء للميت والرابعة السلام
Dari Alqamah, beliau mengatakan,
أن ابن مسعود وأبا موسى وحذيفة خرج عليهم الوليد بن عقبة قبل العيد يوما فقال لهم إن هذا العيد قد دنا فكيف التكبير فيه قال عبد الله تبدأ فتكبر تكبيرة تفتتح بها الصلاة وتحمد ربك وتصلي على النبي ثم تدعو وتكبر وتفعل مثل ذلك….
Beberapa sahabat, diantaranya Ibnu Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari, dan Hudzaifah didatangi oleh Al-Wald bin Uqbah (penguasa setempat ketika itu) sehari sebelum shalat hari raya. Al-Walid bertanya, “Hari id sudah dekat, bagaimana cara takbir di dalamnya.” Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Anda awali dengan takbiratul ihram sebagai pembuka shalat, anda puji Allah dan membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian berdoa. Lalu bertakbir lagi, dan anda lakukan seperti di atas…dst”
Hudzaifah dan Abu Musa mengatkan, “Ibnu Masud benar.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf).
Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat bahwa membaca shalawat dalam shalat jenazah itu wajib. Dalil yang menunjukkan adanya perintah membaca shalawat dalam shalat jenazah adalah hadits dari Ma’mar, dari Az Zuhriy, telah diceritakan dari Abu Umamah bin Sahl :
عَنْ مَعْمَرٍ عَنِ الزُّهْرِىِّ قَالَ أَخْبَرَنِى أَبُو أُمَامَةَ بْنُ سَهْلٍ : أَنَّهُ أَخْبَرَهُ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- : أَنَّ السُّنَّةَ فِى الصَّلاَةِ عَلَى الْجَنَازَةِ أَنْ يُكَبِّرَ الإِمَامُ ، ثُمَّ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ بَعْدَ التَّكْبِيرَةِ الأُولَى سِرًّا فِى نَفْسِهِ ، ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَيُخْلِصُ الدُّعَاءَ لِلْجَنَازَةِ فِى التَّكْبِيرَاتِ لاَ يَقْرَأُ فِى شَىْءٍ مِنْهُنَّ ، ثُمَّ يُسَلِّمُ سِرًّا فِى نَفْسِهِ.
"bahwa ada seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengajarkan padanya: Yang ada dalam shalat jenazah, imam itu bertakbir, lalu membaca Al Fatihah setelah takbir pertama secara lirih yang didengar dirinya sendiri, kemudian bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beberapa takbir berikutnya menujukan doa yang murni untuk mayit, tidak ada bacaan (surat) pada takbir-takbir tersebut. Kemudian mengucapkan salam secara lirih untuk dirinya sendiri". (HR. Al Baihaqi).
أول تكبيرة من الصلاة على الجنازة ثناء على الله عز وجل والثانية صلاة على النبي صلى الله عليه وسلم والثالثة دعاء للميت والرابعة السلام
“Takbir pertama shalat jenazah adalah memuji Allah. Takbir kedua bershalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. takbir ketiga doa untuk jenazah, dan takbir keempat salam.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf).
Demikianlah keutamaan serta waktu-waktu yang dianjurkan untuk membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga kita sekalian diberikan kemampuan oleh Allah Subhanahu wata'ala agar dapat mengamalkannya. dan semoga kita digolongkan pada golongan orang-orang yang mencintai Allah dan Rosul-Nya.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ, أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ. (رواه النسائي والترمذي)