๐๐๐๐๐ง๐ฆ – ๐๐๐๐๐ง๐ฆ ๐ง๐๐ก๐ง๐๐ก๐ ๐ก๐จ๐ฅ ๐ ๐จ๐๐๐ ๐ ๐๐
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Berikut ini adalah hadits-hadits yang sering dijumpai tentang Nur Muhammad dan yang berkaitan dengan hal tersebut. Jadi, yang akan kita sebutkan bukan hanya riwayat yang secara langsung menyebut Nur Muhammad, tapi juga beberapa riwayat serupa yang sering dikait-kaitan dengan konsep Nur Muhammad ini.
๐๐ฎ๐ฑ๐ถ๐๐ ๐ฃ๐ฒ๐ฟ๐๐ฎ๐บ๐ฎ : ๐๐ฎ๐ต๐ฎ๐๐ฎ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ฎ๐ฑ๐ฎ ๐ฑ๐ถ ๐๐ฒ๐ธ๐ถ๐๐ฎ๐ฟ ๐๐ฟ๐๐
ุฅَُِّูู َูุงَู ُْููุฑًุง ุญََْูู ุงْูุนَุฑْุดِ ََููุงَู َูุง ุฌِุจْุฑُِْูู ุฃََูุง ُْููุชُ ุฐََِูู ุงُّูููุฑَ
“Sesunggunya dia (Muhammad) dulu adalah cahaya yang ada di sekeliling Arsy. Kemudian beliau bersabda, “Wahai Jibril, aku dulu adalah cahaya itu.”
Takhrij : Hadits ini tidak tercantum dalam kitab hadits manapun. Demikian juga kami tidak mendapati dalam kitab-kitab lainnya yang bisa dijadikan pegangan dalam masalah hadits ataupun hukum agama lainnya. Riwayat ini dinukil di banyak tulisan tanpa sanad dan keterangan riwayat.
Derajat Hadits : Al Ajluni mengatakan bahwa hadits palsu.[1] Demikian juga Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim menyebutkan riwayat ini di bab : Hadits-hadits palsu dalam kitabnya.[2]
๐๐ฎ๐ฑ๐ถ๐๐ ๐ธ๐ฒ๐ฑ๐๐ฎ : ๐ ๐๐ต๐ฎ๐บ๐บ๐ฎ๐ฑ ๐ฎ๐น๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ถ๐ฐ๐ถ๐ฝ๐๐ฎ๐ธ๐ฎ๐ป๐ป๐๐ฎ ๐ ๐ฎ๐ธ๐ต๐น๐๐ธ
ََْูููุงَู ู
َุง ุฎََُููุชِ ุงْูุฃَْููุงَُู
“Kalau tidak ada kamu, tidak akan diciptakan alam semesta.”
Takhrij : Hadits ini juga tidak disebutkan dalam kitab induk hadits manapun. Hanya disebutkan di beberapa kitab lainnya tanpa menyertakan sanad riwayat seperti dalam kitab Ma’arij al Qudus halaman 144 karya imam Ghazali, Thabaqatul Qari (2/269), dan lainnya.
Derajat Hadits : Al Aljuni mengatakan bahwa hadits ini Maudhu’.[3]
๐๐ฎ๐ฑ๐ถ๐๐ ๐ธ๐ฒ๐๐ถ๐ด๐ฎ : ๐ก๐ฎ๐ฏ๐ถ ๐ ๐๐ต๐ฎ๐บ๐บ๐ฎ๐ฑ ๐ฎ๐น๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ถ๐ฐ๐ถ๐ฝ๐๐ฎ๐ธ๐ฎ๐ป๐ป๐๐ฎ ๐ฑ๐๐ป๐ถ๐ฎ
َูุง ู
ُุญَู
َّุฏ ูููุงู ู
َุง ุฎููุช ุงูุฏَُّْููุง
“Wahai Muhammad seandainya bukan karena engkau tidak akan aku ciptakan dunia.”
Takhrij : Tidak ada dalam kitab induk hadits manapun, adanya dalam Tarikh Ibnu Asakir.[4]
Kualitas Hadits : Hadits ini dinyatakan maudhu’ oleh beberapa ulama hadits seperti imam Ibnu Jauzi dan adz Dzahabi. Juga al imam Ibnu Jauzi berkata :
ูุฐุง ุญุฏูุซٌ ู
ูุถูุนٌ ูุง ุดَّู ููู
“Kepalsuan hadits ini tidak diragukan lagi.”
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Talkhis Kitab al Maudhu’at di halaman 86. Kepalsuan hadits ini juga dinyatakan oleh imam Suyuthi.[5] Sebab kepalsuan hadits ini karena dalam rawinya banyak yang majhul dan lemah.[6]
๐๐ฎ๐ฑ๐ถ๐๐ ๐ธ๐ฒ๐ฒ๐บ๐ฝ๐ฎ๐ : ๐ก๐ฎ๐ฏ๐ถ ๐ ๐๐ต๐ฎ๐บ๐บ๐ฎ๐ฑ ๐บ๐ฒ๐ป๐ท๐ฎ๐ฑ๐ถ ๐ก๐ฎ๐ฏ๐ถ ๐๐ฒ๐ฏ๐ฒ๐น๐๐บ ๐๐ฑ๐ฎ๐บ ๐ฑ๐ถ๐ฐ๐ถ๐ฝ๐๐ฎ๐ธ๐ฎ๐ป
ُْููุชُ َูุจِูุงًّ َููุงَ ุขุฏَู
َ َููุงَ ู
َุงุกَ َููุงَ ุทَِْูู
“Aku sudah menjadi Nabi, ketika belum ada adam, belum ada air dan juga belum ada tanah.”
Dan lafadz semisal :
ُْููุชُ َูุจًِّูุง َูุขุฏَู
ُ ุจََْูู ุงْูู
َุงุกِ َูุงูุทِِّูู
“Aku sudah menjadi Nabi sedangkan dan masih berupa air dan tanah.”
Takhrij : Riwayat ini juga tidak tercantum dalam kitab induk hadits manapun. Dinukil dalam beberapa kitab tanpa menyertakan sanad riwayat, seperti dalam kitab Mizanul Usul (1/479) karya Alauddin as Samarqandi, Tafsir ar Razi (6/525), Miratuzzaman (1/241) dan lainnya.
Kualitas Hadits : Abd al Hayy Laknawi al Hindi menyebutkan dalam kitabnya al Authar al Marfu’ah fi al Akhbar Maudu’ah halaman 45 sebagai hadits Maudhu’. Demikian juga Al Kirmi menegaskan akan kepalsuan hadits ini.[7] Keterangan yang sama juga disebutkan oleh Abu Abdurrahman al Hauti asy Syafi’i[8] dan Ibnu Taimiyah.[9]
๐๐ฎ๐ฑ๐ถ๐๐ ๐ธ๐ฒ๐น๐ถ๐บ๐ฎ : ๐ก๐ฎ๐ฏ๐ถ ๐ ๐๐ต๐ฎ๐บ๐บ๐ฎ๐ฑ ๐ป๐ฎ๐ฏ๐ถ ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐๐ฎ๐บ๐ฎ
ููุช ุฃูู ุงููุจููู ูู ุงูุฎูู ูุขุฎุฑูู
ูู ุงูุจุนุซ
“Aku adalah Nabi yang pertama tapi yang terakhir diutus.”
Takhrij : Disebutkan dalam Fawaid at Tamma no. 1003, disebutkan oleh ath Thabrani dalam Musnad Syamiyin, no. 2662, juga oleh imam Suyuthi dalam Jamiul Jawami’ no. 441), dan Dailami no.4850.
Kualitas Hadits : Hadits ini diperbeda pendapatkan oleh ulama, sebagiannya menyatakan kepalsuannya diantaranya oleh imam Syaukani[10]. Sedangkan sebagiannya menyatakan lemah, sebagaimana pendapat al imam Ibnu Rajab al Hanbali.[11]
Sebab cacatnya hadits ini adalah karena adanya rawi yang bernama Sa’id bin Bisyr. Berkata Al imam Munawi :
ููู ูุณุนูุฏ ุจู ุจุดูุฑ ุถุนูู ุงุจู ู
ุนูู ูุบูุฑู
“Dalam rawinya ada Sa’id bin Basyir yang dilemahkan oleh Ibnu Ma’in dan ulama lainnya.”[12] Demikian juga yang dinyatakan oleh al imam Ibnu Katsir.[13]
๐๐ฎ๐ฑ๐ถ๐๐ ๐ธ๐ฒ๐ฒ๐ป๐ฎ๐บ : ๐ฌ๐ฎ๐ป๐ด ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐๐ฎ๐บ๐ฎ ๐ธ๐ฎ๐น๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ฐ๐ถ๐ฝ๐๐ฎ๐ธ๐ฎ๐ป ๐ฎ๐ฑ๐ฎ๐น๐ฎ๐ต ๐ก๐๐ฟ ๐ ๐๐ต๐ฎ๐บ๐บ๐ฎ๐ฑ
Hadits berikut ini dikenal dengan hadits Jabir dan dikenal sebagai yang paling kontroversial. Disebut dengan hadits Jabir karena dalam riwayatnya dikatakan Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam berucap kepada Jabir radhiyallahu’anhu.
Dan disebut kontroversial karena hadits ini dinisbahkan kepada al Imam Abdurrrazaq di sebagian karyanya. Namun tidak jelas karya beliau yang mana. Sampai kemudian baru-baru ini dikatakan telah ditemukan sebuah manuskrip yang hilang dari bagian kitab tersebut, lalu dicetak dengan cetakan versi tahqiq oleh Isa al Himyari.
Banyak kalangan yang kemudian menuding tambahan tersebut adalah palsu dengan beberapa bukti. Diantaranya ketika manuskrip ini hendak diteliti, dikatakan telah hilang terbakar oleh pentahqiqnya tersebut.
Sebelum kita masuk ke bab permasalahan itu, kita simak dulu haditsnya sebagai berikut :
ุนู ุฌุงุจุฑ ุจู ุนุจุฏ ุงููู ุงูุฃูุตุงุฑู ุฑุถู ุงููู ุนููู
ุง ูุงู ููุช ูุง ุฑุณูู ุงููู ุจุฃุจู ูุฃู
ู ุฃุฎุจุฑูู ุนู ุฃูู ุดูุก ุฎููู ุงููู ูุจู ุงูุฃุดูุงุก. ูุงู ูุง ุฌุงุจุฑ ุฅู ุงููู ุฎูู ูุจู ุงูุฃุดูุงุก ููุฑ ูุจูู ู
ุญู
ุฏ ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ู
ู ููุฑู
“Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhu bahwa ia bertanya ; ‘Wahai Rasulullah, Ayah ibuku sebagai tebusan bagi engkau, beritahukanlah kepadaku tentang makhluk yang pertama kali Allah ciptakan sebelum segala sesuatu.’
Maka baginda bersabda : ‘Wahai Jabir sesungguhnya yang diciptakan oleh Allah sebelum segala sesuatu adalah Nur Nabimu Muhammad shalallahu’alaihi wassalam.”
Takhrij Hadits : Hadits ini tidak ada dalam kitab induk hadits manapun (kecuali Mushanaf Abdurrazaq yang cetakan tersebut). Ada tercantum dalam kitab Fatawa al Haditsiyah halaman 44 karya al imam Ibnu Hajar al Haitsami
Kualitas Hadits : Imam Syuyuthi ketika menyebutkan hadits ini berkata :
ูุงูุญุฏูุซ ุงูู
ุฐููุฑ ูู ุงูุณุคุงู ููุณ ูู ุฅุณูุงุฏ ูุนุชู
ุฏ ุนููู
“Hadits yang disebutkan dalam permasalahan ini tidak ada isnadnya yang bisa dijadikan sandaran.”[14]
Sedangkan ulama lainnya menyatakan dengan tegas akan kepalsuan hadits ini. Bahkan syaikh al Ghumari mengomentari dengan pedas sikap imam Suyuthi yang tidak menyebutkan kepalsuan hadits ini dengan kalimatnya :
ูุงู ุงูุณููุทู ูู ุงูุญุงูู ุฅูู ุบูุฑ ุซุงุจุช ููู ุชุณุงูู ูุจูุญ ุจู ุธุงูุฑ ุงูุญุฏูุซ ุงููุถุน ูุงุถุญ ุงูููุงุฑุฉ ูููู ููุณ ุตููู ุญูุซ ูุฐูุฑ ู
ูุงู
ุงูููุจุฉ ูู
ูุงู
ุงูุฎุดูุฉ ุฅูู ุขุฎุฑ ู
ุตุทูุญุงุช ุงูุตูููุฉ
“Suyuthi berkata dalam kitabnya al Hawi bahwa riwayat tersebut hanya tidak bisa dijadikan sandaran dan ini adalah sikap menggampangkan yang buruk. Padahal telah jelas ini adalah palsu yang sangat jelas kemungkarannya.”[15]
Demikian juga kepalsuan hadits ini dinyatakan dalamkitab Kasyf As Syubhat :
ูุจุงูุฌู
ูุฉ ูุงูุญุฏูุซ ู
ููุฑ ู
ูุถูุน ูุง ุฃุตู ูู ูู ุดูุก ู
ู ูุชุจ ุงูุณُّّูุฉ
“Disimpulkan bahwa hadits ini munkar lagi palsu tidak ada asalnya sedikit pun dalam kitab dan sunnah.”[16]
Masalah hadits ini juga dibahas keabsahannya oleh beberapa ulama al Azhar, diantara Syaikh Ali Jum'ah dalam situs resminya berikut ini : (link di kolom komentar)
_______
[1] Kasyf al Khufa’ (1/265)
[2] Al Istighatsah hal. 99
[3] Kasyf al Khufa’ (2/164)
[4] Tarikh Ibnu Asakir (3/518).
[5] Al La’il Masnu’ah (1/272)
[6] Sabilul Huda wa Rasyad (1/75).
[7] Fawaidh al Maudu’at di halaman 104
[8] Asna’ Mathalib hal. 22
[9] Majmu’ Fatawa (2/238)
[10] Fawaid al Majmuat ahadits al Maudhu’at hal. 326
[11] Latahif al Ma’arif hal. 148
[12] Faidh al Qadir (5/53)
[13] Tafsir Ibnu Katsir (6/342)
[14] Al Hawi (1/223-224)
[15] Al Mulhaq Qashidatul Burdah hal 75
[16] Al Mursyid al Hair li Bayani Wadh’i Hadits Jabir, Kasyf Syubhat hal.210