1. Hadits tentang Menyembunyikan Ilmu
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ، أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ
(رواه أبو داود والترمذي)
“Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat ia akan dikekang dengan kekang dari api neraka.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)💬 Penjelasan Ulama:
Imam al-Munawi dalam Faidh al-Qadir menjelaskan:
“Hadits ini menunjukkan bahwa menyembunyikan ilmu yang bermanfaat bagi umat — padahal mampu dan diminta untuk menjelaskannya — termasuk dosa besar, karena ia menutup jalan hidayah bagi orang lain.”
Ibnu Hajar al-‘Asqalani menambahkan dalam Fath al-Bari:
“Yang dimaksud ‘menyembunyikan’ adalah ketika seseorang enggan mengajarkan ilmu syar’i karena takut kehilangan kedudukan, dunia, atau iri terhadap penuntut ilmu.”
2. Hadits tentang Ilmu yang Tidak Diamalkan
يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ فِي الرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ مَا شَأْنُكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ
(رواه البخاري ومسلم)
“Seseorang akan didatangkan pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke dalam neraka. Usus-ususnya keluar dan ia berputar-putar seperti keledai yang mengelilingi penggilingan. Penduduk neraka bertanya: ‘Apa yang terjadi padamu? Bukankah engkau dulu menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran?’ Ia menjawab: ‘Aku memang menyuruh kebaikan tetapi tidak melakukannya, dan aku melarang kemungkaran tetapi justru melakukannya.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
💬 Penjelasan Ulama:
Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh Shahih Muslim:
“Hadits ini menunjukkan bahwa ancaman keras ditujukan bagi ulama atau da’i yang tidak mengamalkan ilmunya. Karena ilmu tanpa amal adalah hujjah (bukti) yang akan memberatkan dirinya di akhirat.”
Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin mengatakan:
“Ilmu yang tidak diamalkan seperti pohon tanpa buah. Orang alim yang tidak beramal adalah orang yang paling bodoh terhadap dirinya sendiri.”
3. Hadits tentang Ilmu yang Dipelajari untuk Dunia
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ، لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا، لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(رواه أبو داود)
“Barang siapa mempelajari ilmu yang seharusnya untuk mencari ridha Allah, tetapi ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud)
💬 Penjelasan Ulama:
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Madarij as-Salikin menjelaskan:
“Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu agama. Jika niatnya untuk harta, kedudukan, atau pujian manusia, maka ia telah menjual akhiratnya untuk dunia yang fana.”
Asy-Syaukani menulis dalam Nailul Authar:
“Hadits ini memperingatkan keras bagi ulama atau pelajar yang menjadikan ilmu agama sebagai alat mencari dunia — baik dengan harta, kekuasaan, atau ketenaran.”
4. Hadits tentang Ilmu yang Tidak Bermanfaat
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ
(رواه مسلم)
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat.” (HR. Muslim)
💬 Penjelasan Ulama:
Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan:
“Ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu yang tidak menambah takut kepada Allah, tidak menggerakkan amal, dan tidak menjauhkan dari maksiat.”
📚 Rangkuman Hikmah Ulama
Imam al-Hasan al-Bashri berkata:
“Ilmu ada dua: ilmu di lisan dan ilmu di hati. Ilmu di lisan adalah hujjah atas manusia, sedangkan ilmu di hati itulah yang bermanfaat bagi pelakunya.”
(Diriwayatkan oleh ad-Darimi)
⚙️ Contoh Kekinian (Kontekstual)
- Orang yang memiliki pengetahuan agama tapi menyebarkan tafsir salah di media sosial demi popularitas → dosa karena menyesatkan dengan ilmu.
- Penceramah atau influencer agama yang mengajarkan syariat tapi tidak mengamalkan, seperti mengajak jujur tapi terlibat korupsi atau fitnah → dosa karena tidak mengamalkan ilmu.
- Guru atau ustaz yang menolak menjawab pertanyaan muridnya karena iri atau gengsi, padahal tahu jawabannya → dosa karena menyembunyikan ilmu.
1. Menyembunyikan Ilmu: QS. Al-Baqarah [2]: 159–160
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menjelaskannya kepada manusia dalam Kitab, mereka itu dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh semua makhluk yang dapat melaknat.Kecuali mereka yang bertobat, memperbaiki diri, dan menjelaskan (kebenaran), maka terhadap mereka Aku terima tobatnya. Dan Aku Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 159–160)
💬 Tafsir Ulama:
Ibnu Katsir:
“Ayat ini mencakup semua yang menyembunyikan ilmu yang bermanfaat bagi manusia dalam urusan agama, termasuk ulama yang menutup-nutupi kebenaran.”
Al-Qurthubi:
“Ini peringatan keras bagi ahli ilmu agar tidak menyembunyikan ayat, hukum, atau fatwa yang dibutuhkan umat.”
2. Ilmu Tanpa Amal: QS. As-Saff [61]: 2–3
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan?
Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Saff [61]: 2–3)
Ibnu Katsir:
“Ayat ini mencakup semua yang menyembunyikan ilmu yang bermanfaat bagi manusia dalam urusan agama, termasuk ulama yang menutup-nutupi kebenaran.”
Al-Qurthubi:
“Ini peringatan keras bagi ahli ilmu agar tidak menyembunyikan ayat, hukum, atau fatwa yang dibutuhkan umat.”
2. Ilmu Tanpa Amal: QS. As-Saff [61]: 2–3
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Saff [61]: 2–3)
💬 Tafsir Ulama:
Imam Al-Hasan al-Bashri berkata:
“Ayat ini adalah cambuk bagi para penyeru kebaikan yang tidak mencontohkannya. Mereka menjadi hujjah atas diri mereka sendiri.”
Tafsir Ibnu Katsir:
“Allah mengecam keras orang yang menyuruh kebaikan namun tidak mengerjakannya. Karena setiap seruan akan menjadi saksi yang menuntut di hari kiamat.”
3. Mencari Ilmu untuk Dunia: QS. Al-Kahfi [18]: 103–104
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Yaitu orang-orang yang sia-sia amal usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 103–104)
💬 Tafsir Ulama:
Ibnul Jauzi menafsirkan:
“Termasuk dalam ayat ini adalah para ulama dan ahli ibadah yang beramal karena riya’ (pamer) dan sum’ah (ingin dipuji). Mereka berilmu dan beramal, tetapi tidak untuk Allah.”
Al-Qurthubi:
“Mereka sibuk dengan amal dan ilmu, tetapi niatnya untuk dunia. Maka amal mereka hilang nilainya di sisi Allah.”
4. Menyalahgunakan Ilmu: QS. Al-Jatsiyah [45]: 23
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ
💬 Tafsir Ulama:
Al-Qurthubi:
“Orang ini tahu mana kebenaran dan kesesatan, tetapi tetap mengikuti hawa nafsu. Maka ilmunya tidak memberi manfaat, bahkan menjadi sebab kesesatan.”
Ibnu Katsir:
“Ayat ini menggambarkan orang berilmu yang tahu kebenaran tapi sengaja menolak karena sombong atau kepentingan dunia.”
🧭 Kesimpulan Umum:
| Aspek | Dosa yang Terkait dengan Ilmu | Dalil Utama | Keterangan |
|---|---|---|---|
| Menyembunyikan ilmu | QS. Al-Baqarah:159–160 | Dilaknat oleh Allah dan makhluk | |
| Tidak mengamalkan ilmu | QS. As-Saff:2–3 | Allah murka terhadap ketidaksesuaian ucapan dan amal | |
| Menyalahgunakan ilmu untuk dunia | QS. Al-Kahfi:103–104 | Amal dan ilmu sia-sia, tidak diterima | |
| Mengikuti hawa nafsu dengan ilmu | QS. Al-Jatsiyah:23 | Ilmu justru menjadi sebab kesesatan |
💡 Renungan Ulama Salaf
Imam Sufyan ats-Tsauri berkata:
“Aku tidak pernah mengobati sesuatu yang lebih berat dari niatku sendiri. Karena niatku sering berubah antara mencari ridha Allah dan mencari dunia dengan ilmu.”Imam Malik berkata:
“Ilmu bukanlah banyaknya riwayat, tapi cahaya yang Allah tanamkan dalam hati.”
