Ali bin Abi Thalib : 4 Sifat orang Bertakwa
Menjadi orang yang bertakwa merupakan tujuan yang sangat mulia. Hal ini, dibuktikan dengan banyaknya syariat Allah yang memiliki goal finish sebagai orang yang bertakwa.
Misalnya, pensyariatan puasa Ramadhan dalam Surat Al-Baqarah: 183; pensyariatan berpegang teguh pada jalan lurus yang terdapat dalam Surat Al-An’am: 153; pensyariatan qishas dalam Surat Al-Baqarah: 172; dan bahkan, di antara tujuan diperintahkannya manusia untuk menyembah Allah Ta’ala adalah agar ia bertakwa kepada-Nya.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 21,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Terkait ayat tersebut, Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya, Tafsīr al-Qur-ān al-’Azhīm, vol. 1, hal. 44, menerangkan, bahwa barang siapa melaksanakan ibadah secara sempurna, maka ia termasuk orang-orang yang bertakwa. Barang siapa termasuk orang-orang bertakwa, maka ia akan mendapat kesuksesan berupa selamat dari azab dan kemurkaan Allah.
Untuk itulah, menjadi insan bertakwa sangat penting untuk kita usahakan sekuat tenaga. Bahkan karena pentingnya perkara ini, Allah Ta’ala, dalam Surat al-Baqarah ayat 197, menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal adalah ketakwaan.
Hakikat Orang Bertakwa
Takwa merupakan kata yang singkat, akan tetapi mengandung makna yang sangat luas. Makna-makna tersebut merujuk pada satu konsep, yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi seluruh larangannya.
Dengan demikian, insan yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa menjauhi seluruh larangan Allah dan sekuat tenaga menjalankan perintah-perintah-Nya.
Untuk mempermudah pemahaman tentang siapakah orang yang bertakwa itu, Muhammad al-Syami, dalam kitabnya, Subul al-Hudā wa ar-Rasyād, vol. 1, hal. 142, menukil pendapat Ali bin Abi Thalib tentang sifat-sifat orang bertakwa, yaitu
اَلْخَوْفُ مِنَ الْجَلِيْلِ، وَالْعَمَلُ بِالتَّنْزِيْلِ، وَالْقَنَاعَةُ بِالْقَلِيْلِ، وَالْاِسْتِعْدَادُ لِيَوْمِ الرَّحِيْلِ.
Pertama, Takut kepada Allah Yang Maha Mulia;
Kedua, mengamalkan dengan apa yang diturunkan, yaitu al-Quran dan sunah;
Ketiga, merasa cukup atau qana’ah dengan yang sedikit; dan
Keempat, mempersiapkan diri untuk hari perjalanan, hari Kiamat.”
Sifat-Sifat Orang Bertakwa
Keempat sifat ini merupakan perkara yang sangat penting untuk menimbang dan mengintrospeksi diri, apakah kita sudah layak mendapatkan sebutan orang bertakwa.
Untuk itu akan dijelaskan keempat sifat tersebut secara ringkas berikut ini.
Pertama: Takut kepada Allah
Berkenaan tentang takut kepada Allah Yang Maha Mulia, artinya seorang yang bertakwa ialah orang yang senantiasa takut kepada Allah kapan dan di mana pun ia berada.
Takut di sini adalah takut yang menjadikan seseorang terus mawas diri dari perbuatan maksiat, selalu meluruskan niat hanya karena Allah, selalu bersyukur kepada Allah, dan selalu ingin berdekat diri kepada Allah, Rabb Semesta Alam.
Kedua: Beramal dengan yang diturunkan
Maksud dari apa yang diturunkan di sini yaitu, al-Quran dan sunah. Keduanya merupakan bekal dan petunjuk utama untuk senantiasa berada pada jalan yang lurus.
Dalam al-Quran dan sunah inilah, terdapat solusi-solusi kehidupan manusia dan kiat-kiat untuk menggapai kesuksesan dunia maupun akhirat. Oleh karenanya, orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa memahami dan mengamalkan kedua sumber hukum tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, riwayat Imam Malik, hadits no. 3338,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللّٰهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunah Rasul-Nya.”
Ketiga: Merasa cukup atau qana’ah dengan yang sedikit
Qana’ah merupakan sifat mulia dalam Islam. Ia bukan berarti meninggalkan dunia dan hanya sibuk dengan urusan akhirat, melainkan merasa cukup dengan nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya, kemudian menjadikan nikmat tersebut untuk meningkatkan kualitasnya di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Untuk itu, qana’ah merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim.
Rasulullah bersabda, riwayat Ibnu Majah, hadits no. 4138,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الْإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ
“Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rezeki yang cukup, dan qana’ah, merasa cukup dengan rezeki tersebut.”
Keempat: Mempersiapkan diri untuk hari kiamat
Sebagaimana maklum adanya, bahwa seluruh manusia akan menemui kematian, namun episode kehidupan tidak berakhir begitu saja. Melainkan akan ada perjalanan yang lebih panjang, melelahkan, serta menguras seluruh energi dan perbekalan, yaitu perjalanan setelah kematian menuju perjumpaan dengan Rabb sumber kehidupan.
Oleh karenanya, manusia dituntut untuk senantiasa mempersiapkan diri dengan amal shalih sebagai bekal menuju perjalanan panjang tersebut.
Di sinilah, sebaik-baik bekal menuju perjumpaan tersebut adalah takwa, yaitu dengan senantiasa meninggalkan larangan dan berusaha sekuat tenaga menjalankan perintah-perintah-Nya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Surat al-Baqarah ayat 197,
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.”