"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Keutamaan Adzan dan Muadzin

 


Keutamaan Adzan dan Muadzin

Pengertian Adzan

Adzan secara bahasa bermakna al i’lam yang berarti pengumuman atau pemberitahuan, sebagaimana firman Allah ‘azza wajalla

وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الأكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُه

“Dan pengumuman dari Allah dan Rasul-Nya kepada ummat manusia di hari haji akbar bahwa Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari kaum musyrikin…..” (QS. At Taubah : 3)

Adapun secara syar’i adzan adalah pemberitahuan masuknya waktu shalat dengan ,lafazh-lafazh yang khusus. (Al Mughni, 2: 53, Kitabush Shalat, Bab Adzan. Dinukil dari Taisirul Allam , 78).

Ibnul Mulaqqin rahimahullah berkata, “Para ulama’ menyebutkan 4 hikmah adzan : (1) menampakkan syi’ar Islam, (2) menegakkan kalimat tauhid, (3) pemberitahuan masuknya waktu shalat, (4) seruan untuk melakukan shalat berjama’ah.” (Taudhihul Ahkam, 1: 513)


Keutamaan Adzan dan Muadzin


Di antara syiar-syiar Islam adalah kumandang adzan untuk sholat 5 waktu. Adzan memiliki keutamaan melimpah yang disebutkan dalam hadits-hadits Nabi, di antaranya;

1. Muadzin memiliki leher yang panjang di antara manusia pada hari Kiamat

Disebutkan dalam hadits Muawiyah bin Abi Sufyan -Radhiyallahu anhu- berkata; “Aku mendengar Rasulullah – Shalallahu ‘alaihi wasalam- Bersabda,

الْمُؤَذِّنُونَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Seorang muazin memiliki leher yang panjang di antara manusia pada hari Kiamat.” (HR. Muslim)

2. Adzan akan mengusir Setan

Dalam hadits Abu Hurairah -Radhiyallahu anhu- bahwasannya Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi Wasalam- Bersabda,

إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثُوِّبَ بِالصَّلاَةِ أَدْبَرَ حَتَّى إِذَا قَضَى التَّثْوِيبَ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ لاَ يَدْرِي كَمْ صَلَّى

“Jika dikumandangkan adzan untuk shalat, maka setan lari dan ia memiliki suara kentut sampai ia tidak mendengar adzan. Jika selesai adzan, maka ia datang kembali, sampai jika diiqamahkan untuk shalat, maka ia akan lari lagi hingga ketika iqamah selesai, maka ia datang kembali sehingga membisikkan antara seseorang dengan hatinya; setan berkata,”Ingatlah ini dan itu,” untuk sesuatu yang belum pernah ia ingat sebelumnya, sehingga seseorang itu berada dalam keadaan tidak tahu jumlah rakaat shalatnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

3. Jikalau Manusia Mengetahui apa yang ada di dalam Adzan, niscaya mereka akan saling berundi

Dari hadits Abu Hurairah -Radhiyallahu anhu- bahwasannya Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi Wasalam- Bersabda,

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى الْعَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Jikalau manusia mengetahui apa yang ada di dalam adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan hal itu kecuali dengan berundi atasnya, maka niscaya mereka akan berundi, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid, maka niscaya mereka akan berlomba-lomba kepadanya, jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam shalat isya’ dan shalat shubuh maka niscaya mereka akan mendatangi keduanya walau dalam keadaan merangkak.” 
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

4. Tidaklah suara Muadzin didengar oleh segala sesuatu melainkan itu semua akan menjadi saksi

Abu Said al Khudri -Radhiyallahu anhu- berkata kepada Abdullah bin Abdirrahman bin Abi Sho’sho’ah al-Anshari:

إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ أَوْ باَدِيَتِكَ فَأَذَّنْتَ بِالصَّلاَةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ, فَإِنَّهُ لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. قَالَ أَبُوْ سَعِيْدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Sesungguhnya saya melihat kamu menyukai kambing dan daerah pedalaman, maka jika kamu berada di antara kambing-kambingmu atau di pedalaman lalu engkau mengumandangkan adzan, maka keraskan suaramu dengan adzan tersebut, karena sesungguhnya tidaklah mendengar suara muadzin baik itu jin, tidak pula manusia dan tidak pula sesuatu apapun kecuali akan bersaksi untuknya pada hari Kiamat. Abu Sa’id berkata: Saya mendengar hal ini dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam”.(HR. Al-Bukhari)

Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengabarkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


”Tidaklah jin dan manusia serta tidak ada sesuatu pun yang mendengar suara lantunan adzan dari seorang muadzin melainkan akan menjadi saksi kebaikan bagi si muadzin pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 609)

5. Muadzin akan diampuni dosanya sesuai suaranya dan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya

Dari Al-Barra’ bin ‘Azib -Radhiallahu anhu- bahwasanya Nabi -shalallahu alaihi wa alihi wasallam- bersabda:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الْمُقَدَّمِ وَالْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ بِمَدِّ صَوْتِهِ وَيُصَدِّقُهُ مَنْ سَمِعَهُ مِنْ رَطْبٍ وَيَابِسٍ وَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ صَلَّى مَعَهُ

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya akan bershalawat untuk orang-orang yang berada di shaf yang terdepan. Muadzin akan diampuni dosanya sepanjang suaranya, dan dia akan dibenarkan oleh segala sesuatu yang mendengarkannya, baik benda basah maupun benda kering, dan dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya”. (HR. An-Nasai dan Ahmad dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)

Ibnu ’Umar radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُغْفَرُ لِلْمْؤَذِّنِ مُنْتَهَى أََذَانِهِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ سَمِعَهُ

”Diampuni bagi muadzin pada akhir adzannya. Dan setiap yang basah atau pun yang kering yang mendengar adzannya akan memintakan ampun untuknya.” (HR. Ahmad 2: 136. Syaikh Ahmad Syakir berkata bahwa sanad hadits ini shahih)


6. Nabi -Shalallahu a’laihi wasalam- mendoakan ampunan kepada para Muadzin

Abu Hurairah -Radhiyallahu ‘anhu- berkata; Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,

اَلِْإمَامُ ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مَؤْتَمَنٌ 
اَللَّهُمَّ أَرْشِدِ الْأَئِمَّةَ وَاغْفِرْ لِلْمُؤَذِّنِيْنَ

“Imam adalah penanggung jawab dan Muadzin adalah yang diberi amanah, Ya Allah berilah petunjuk kepada para imam dan ampunilah para muadzin.”  (HR. Abu Dawud no. 517 dan At-Tirmidzi no. 207, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 217)

7. Muadzin diampuni oleh Allah dan dimasukkan dalam Surga kelak

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَعْجَبُ رَبُّكُمْ مِنْ رَاعِى غَنَمٍ فِى رَأْسِ شَظِيَّةٍ بِجَبَلٍ يُؤَذِّنُ بِالصَّلاَةِ وَيُصَلِّى فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا إِلَى عَبْدِى هَذَا يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلاَةَ يَخَافُ مِنِّى فَقَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِى وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ

“Rabb kalian begitu takjub terhadap si pengembala kambing di atas puncak gunung yang mengumandangkan adzan untuk shalat dan ia menegakkan shalat. Allah pun berfirman, “Perhatikanlah hamba-Ku ini, ia beradzan dan menegakkan shalat (karena) takut kepada-Ku. Oleh karenanya, Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku ini dan aku masukkan ia ke dalam Surga.” (HR. Abu Daud dan An-Nasai dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa Tarhib))

Disadur dari kitab Shalatul Mukmin oleh Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al-Qahtani 
______________________

Label