"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Larangan Mencela Angin, Hujan, Cuaca, dan Musim


📌 Larangan Mencela Angin, Hujan, Cuaca, dan Musim dalam Islam

1. Larangan Mencela Angin

Hadits 1 — Riwayat Tirmidzi

النَّبِيُّ ﷺ قَالَ: «لَا تَسُبُّوا الرِّيحَ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مَا تَكْرَهُونَ فَقُولُوا: اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الرِّيحِ، وَخَيْرَ مَا فِيهَا، وَخَيْرَ مَا أُمِرَتْ بِهِ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ الرِّيحِ، وَشَرِّ مَا فِيهَا، وَشَرِّ مَا أُمِرَتْ بِهِ»
“Janganlah kalian mencela angin. Jika kalian melihat sesuatu yang tidak kalian sukai darinya, maka ucapkan: ‘Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan yang ada padanya, dan kebaikan yang ia perintahkan. Dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya, dan keburukan yang ia perintahkan.’ (HR. Tirmidzi, hasan shahih)

Ibnu Qayyim – Larangan Mencela Angin

"سَبُّ الرِّيحِ مِنَ الجَهْلِ وَسُوءِ الأَدَبِ مَعَ اللهِ؛ فَإِنَّهَا مُسَخَّرَةٌ بِأَمْرِهِ."

“Mencela angin adalah bentuk kejahilan dan buruknya adab kepada Allah, karena angin itu tunduk kepada perintah-Nya.” — Madarij As-Salikin


2. Mencela Waktu / Musim

Hadits Qudsi — Riwayat Bukhari Muslim

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: «يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ، يَسُبُّ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ»
Allah Ta‘ala berfirman: “Anak Adam menyakiti-Ku; ia mencela waktu, padahal Aku-lah (yang mengatur) waktu. Akulah yang membolak-balikkan siang dan malam.”(HR. Bukhari & Muslim)

Imam An-Nawawi – Syarah Mencela Waktu

"سَبُّ الدَّهْرِ حَرَامٌ؛ لأَنَّهُ فِيهِ سَبٌّ لِفِعْلِ اللهِ تَعَالَى."

“Mencela waktu itu haram, karena hakikatnya mencela perbuatan Allah Ta’ala.” — Syarh Shahih Muslim.

Mencela musim panas, musim hujan, perubahan cuaca → termasuk mencela “dahr (waktu)”.

3. Larangan Mengaitkan Hujan kepada Selain Allah

Hadits 3 — Riwayat Bukhari Muslim

قَالَ ﷺ: «أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ… فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي... وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالنَّوْءِ»
“Ada hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir… Adapun yang berkata: ‘Kami diberi hujan karena karunia Allah dan rahmat-Nya,’ maka ia beriman kepada-Ku. Dan yang berkata: ‘Kami diberi hujan karena bintang ini dan itu,’ maka ia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang.”(HR. Bukhari Muslim)

Ibnu Hajar – Ucapan tentang Hujan

"النِّسْبَةُ إِلَى النَّوْءِ إِنِ اعْتَقَدَ أَنَّهُ الْمُؤَثِّرُ فَهُوَ كُفْرٌ، وَإِنْ جَعَلَهُ سَبَبًا فَهُوَ مَعْصِيَةٌ."

“Mengaitkan hujan kepada bintang: bila diyakini bintang yang memberi pengaruh, itu kufur. Bila hanya dianggap sebab, maka itu maksiat.”  Fathul Bari.

Catatan:
Yang dilarang: menganggap bintang yang memberi hujan.
Yang tidak dilarang: penjelasan ilmiah tentang meteorologi → sebab biasa (asbab kauniyah).


4. Tidak Mencela Panas dan Dingin

Hadits 4 — Riwayat Muslim

قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «اشْتَكَتِ النَّارُ إِلَىٰ رَبِّهَا فَقَالَتْ: يَا رَبِّ، أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا… فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ: نَفَسٍ فِي الشِّتَاءِ وَنَفَسٍ فِي الصَّيْفِ»
“Neraka mengadu kepada Rabb-nya… maka Allah mengizinkannya dua hembusan: hembusan di musim dingin dan hembusan di musim panas.”

Imam Al-Qurthubi – Mencela Cuaca Sama dengan Mencela Allah

"مَنْ سَبَّ الرِّيحَ أَوْ الزَّمَانَ فَقَدْ عَابَ صُنْعَ اللهِ."

“Siapa mencela angin atau waktu, maka ia telah mencela ciptaan Allah.”  Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an

Mencela “panas dan dingin” berarti mencela takdir Allah.


5. Mendoakan ketika Mendengar Petir

Atsar Nabi — Riwayat Malik

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ قَالَ: «سُبْحَانَ مَنْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ»
“Maha Suci Allah yang petir bertasbih memuji-Nya, dan para malaikat bertasbih karena takut kepada-Nya.”

Ini menunjukkan adab menghadapi fenomena alam.


Penutup Ringkas

Prinsip utamanya:

1. Fenomena alam = ciptaan Allah.

Mencelanya → sama dengan mencela Dzat Yang membuatnya.

2. Islam tidak melarang ilmu cuaca / meteorologi.

Yang dilarang:
❌ Menganggap fenomena alam terjadi tanpa takdir Allah
❌ Mengaitkan hujan pada bintang sebagai pemberi pengaruh

Yang dibolehkan:
✔ Penjelasan ilmiah tentang angin, awan, siklus air, tekanan atmosfer
✔ Mengatakan: “Secara ilmiah hujan akan turun karena… dengan izin Allah.”


Label