"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Telinga Mata dan Hati adalah perangkat Kesuksesan

Telinga Mata dan Hati adalah perangkat Kesuksesan



Sudah menjadi ketentuan Allah bahwa manusia menginginkan kebaikan dan kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat. Hal ini sebagaimana doa yang senantiasa diucapkan dan telah diabadikan oleh Allah Ta’ala dalam Surat al-Baqarah ayat 201,

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”

Terkait doa tersebut, Imam Ibnu Katsir, dalam kitab Tafsir al-Quran al-Adhim jilid 1 halaman 558, menjelaskan,

Dalam doa ini terkumpul seluruh kebaikan di dunia dan keberpalingan dari setiap keburukan. Kebaikan dunia mencakup seluruh permintaan bersifat duniawi, seperti kesehatan, rumah luas, istri baik, rezeki berlimpah, ilmu bermanfaat, amal saleh, kendaraan nyaman, sebutan baik dan selainnya yang termasuk dari kenikmatan dunia.

Adapun kebaikan akhirat, yang paling tinggi adalah masuk surga, dan juga hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti aman dari rasa takut yang amat besar di Padang Mahsyar, kemudahan dalam hisab, dan lain sebagainya.”

Perangkat Kesuksesan

Setiap manusia yang dilahirkan di muka bumi ini, telah Allah karuniakan perangkat-perangkat kesuksesan, agar mereka mampu meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat.

Perangkat tersebut ialah pendengaran, penglihatan, hati dan akal, serta waktu 24 jam. Keempat hal itu merupakan perangkat luar biasa yang Allah karuniakan kepada manusia.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 78,

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”

Dari ayat tersebut kita mengetahui ada tiga perangkat dasar manusia yang Allah karuniakan, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 179:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”

Adapun perangkat yang keempat ialah waktu dua puluh empat jam yang Allah karuniakan, di mana Allah banyak sekali bersumpah dengan menggunakan waktu.

Misalnya, pada waktu pagi Allah bersumpah dengan Surat At-Takwir: 18; pada waktu dhuha Allah bersumpah dengan Surat Adh-Dhuha: 1; pada waktu siang Allah bersumpah dengan Surat Asy-Syam: 3; pada waktu sore Allah bersumpah dengan Surat Al-Ashr: 1; dan pada waktu malam Allah bersumpah dengan Surat Asy-Syam: 4.

Semua ini menunjukkan betapa agungnya keberadaan waktu untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya dan digunakan fungsinya semaksimal mungkin.

Untuk itulah, keempat hal ini merupakan perangkat kesuksesan dunia akhirat yang Allah karuniakan kepada para hamba-Nya. Bahkan memaksimalkan fungsi keempat perangkat tersebut di jalan ketaatan merupakan hakikat syukur kepada Allah yang sebenarnya.

Memaksimalkan Perangkat yang Allah Beri

Hakikat syukur kita kepada Allah atas karunia berupa perangkat kesuksesan tersebut adalah menggunakannya untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Karunia yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, hakikatnya adalah bencana baginya.

Terkait hal ini, Imam Ibnu Rajab al-Hambali menukilkan ungkapan Abu Hazim dalam kitabnya Jami al-Ulum wa al-Hikam jilid 2 halaman 82,

كُلُّ نِعْمَةٍ لَا تُقَرِّبُ مِنَ اللَّهِ فَهِيَ بَلِيَّةٌ

Setiap kenikmatan yang tidak mendekatkan pada Allah, maka nikmat tersebut adalah bencana.”

Untuk itulah, mereka yang memaksimalkan pendengaran, pandangan, hati dan akal, serta waktu 24 jam untuk sebuah kebaikan dan ketakwaan, merupakan orang-orang yang telah bersyukur dengan sebenarnya terhadap nikmat potensi-potensi yang Allah karuniakan.

Sebaliknya, mereka yang tidak memaksimalkan fungsi perangkat tersebut merupakan orang-orang yang kufur nikmat dan ini merupakan alamat kesengsaraan baginya, baik di dunia maupun di akhirat. Demikian itu karena kelak Allah akan mempertanyakan kenikmatan-kenikmatan tersebut.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 36,

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

Maka, mari kita senantiasa memaksimalkan fungsi pendengaran, penglihatan, hati dan akal, serta waktu 24 jam yang telah Allah karuniakan ini. Semoga dengannya kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur dan dapat meraih kesuksesan dunia akhirat, amin.

Label