"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Mencukupkan diri dengan Alqur’an dan Sunnah


 Mencukupkan diri dengan Alqur’an dan Sunnah

 



عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ الَّله أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ النَّبِيُّ فَغَضِبَ فَقَالَ: أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي 

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhuma, Suatu saat ‘Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa sebuah kitab yang ia dapatkan dari sebagian Ahli Kitab. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya. Beliau kemudian marah dan bersabda, “Apakah engkau termasuk orang yang bingung, wahai Ibnul Khaththab? Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya sungguh aku telah datang kepada kalian dengan membawa agama yang putih bersih. Jangan kalian bertanya sesuatu kepada mereka (Ahlul Kitab) karena (boleh jadi) mereka mengabarkan al-haq kepada kalian namun kalian mendustakan al-haq tersebut, atau mereka mengabarkan satu kebatilan lalu kalian membenarkan kebatilan tersebut. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam masih hidup niscaya tidak diperkenan baginya melainkan dia harus mengikutiku.”

Takhrij Hadits

Hadits yang mulia ini hasan. Diriwayatkan al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya (3/387 no. 14623), melalui jalan guru beliau Suraij bin an-Nu’man dari Husyaim dari Mujalid dari asy-Sya’bi dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma.

Dalam riwayat ad-Darimi hadits di atas disebutkan dengan lafadz,


أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضي الله عنه أَتَى رَسُوْلَ اللهَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنُسْخَةٍ مِنَ التَّوْرَاةِ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ الله،ِ هَذِهِ نُسْخَةٌ مِنَ التَّوْرَاةِ. فَسَكَتَ فَجَعَلَ يَقْرَأُ وَوَجْهُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَغَيَّرُ. فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: ثَكِلَتْكَ الثَّوَاكِلُ، مَا تَرَى مَا بِوَجْهِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَنَظَرَ عُمَرُ إِلَى وَجْهِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ غَضَبِ اللهِ وَغَضَبِ رَسُوْلِهِ، رَضِيْنَا بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَوْ بَدَا لَكُم مُوْسَى فَاتَّبَعْتُمُوْهُ وَتَرَكْتُمُوْنِي لَضَلَلْتُمْ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيْلِ، وَلَو كَانَ حَيًّا وَأَدْرَكَ نُبُوَّتِي لاَتَّبَعَنِيْ

Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu datang kepada Rasulullah ﷺ membawa salinan dari kitab Taurat. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, ini salinan dari kitab Taurat.”

Rasulullah ﷺ diam. Umar mulai membacanya dalam keadaan wajah Rasulullah ﷺ berubah. Melihat hal itu, Abu Bakr berkata kepada Umar, “Betapa ibumu kehilanganmu (Artinya, betapa ibumu kehilanganmu. Orang yang mengucapkan hal ini seakan-akan mendoakan kematian lawan bicaranya karena jeleknya perbuatan atau ucapannya), tidakkah engkau melihat perubahan pada wajah Rasulullah?”

Umar melihat wajah Rasulullah ﷺ, lalu berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari kemurkaan Allah dan Rasul-Nya. Kami ridha Allah sebagai Rabb kami, Islam sebagai agama kami, dan Muhammad sebagai Nabi kami.”

Rasulullah ﷺ berkata, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya Musa alaihis salam muncul kepada kalian kemudian kalian mengikutinya dan meninggalkan aku, sungguh kalian telah sesat dari jalan yang lurus. Seandainya Musa masih hidup dan menemui masa kenabianku, niscaya ia akan mengikutiku.”

____________________________________________________

Wajibnya mencukupkan diri dengan Al Qur’an dan juga Sunnah yang merupakan dasar agama Islām, 

Diriwayatkan oleh Al Imam an Nasaii & juga yang lain.

عن النبي ﷺ: أنه رأى في يد عمر بن الخطاب رضي الله عنه ورقة من التوراة،

Diriwayatkan oleh Al Imam an Nasaii & juga yang lain dari Nabi , bahwasanya Beliau melihat ditangan Umar bin Khattab ada 1 lembar dari Taurat.

Bukan Taurat sempurna tapi dia adalah 1 lembar dari Taurat, Maka Nabi berkata kepada Umar bin Khattab

أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ،

Apakah kalian dalam keadaan bingung wahai Umar bin Khattab? Sehingga masih membaca kitab seperti ini, kitab yang sudah di nashk oleh Al Qur’an dan seluruh kebaikan kalau memang disitu ada Wahyu maka kebaikan tersebut ada di dalam Al Qur’an 

تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ --

Ini adalah pertanyaan yang sifatnya pengingkaran, apakah Hamza di sini adalah hamazatul Istifham (pertanyaan), tapi ada diantara pertanyaan yang maksudnya adalah pengingkaran,

Ini adalah mengingkari beliau , kenapa melakukan nya demikian… Pengingkaran disini menunjukkan tentang wajibnya mencukupkan diri dengan Al Qur’an dan juga Sunnah, karena Beliau  mengingkari, mengingkari kenapa masih memegang Taurat/lembaran dari Taurat.

لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً

Sungguh aku telah datang kepada kalian dengannya (dengan syariat ini, dengan Islām ini) dalam keadaan putih bersih,

Kemudian beliau menyebutkan tentang akibat orang yang tidak mengikuti Sunnah beliau

لو كان موسى حياً

Seandainya Musa – حياً – dalam keadaan sekarang ini masih hidup

واتبعتموه

Kemudian kalian mengikuti beliau, mengikuti Taurat yg beliau bawa

وتركتموني

Kemudian kalian meninggalkan diriku

Padahal beliau juga Nabi, Nabi Muhammad juga Nabi

ضللتم

Niscaya kalian akan sesat.

Pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga diajarkan sahabat kepada murid-murid mereka, para tabiin. Dalam sebuah atsar disebutkan,

أَنَّ أَباَ قُرَّةٍ الْكِنْدِي أَتَى ابْنَ مَسْعُودٍ بِكِتَابٍ، فَقَالَ: إِنِّي قَرَأْتُ هَذَا بِالشَّامِ فَأَعْجَبَنِي، فَإِذَا هُوَ كِتَابٌ مِنْ كُتُبِ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: إِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِاتِّبَاعِهِمْ الْكُتُبَ وَتَرْكِهِمْ كِتَابَ اللهِ. فَدَعاَ بِطَسْتٍ وَمَاءٍ فَوَضَعَهُ فِيهِ وَأَمَاثَهُ بِيَدِهِ حَتَّى رَأَيْتُ سَوَادَ الْمِدَادِ

Abu Qurrah al-Kindi menjumpai Ibnu Mas’ud dengan membawa sebuah kitab. Abu Qurrah berkata, “Aku membaca kitab ini di Syam, aku pun terkagum, ternyata ini salah satu kitab dari kitab kitab Yahudi dan Nasrani!”

Ibnu Mas’ud berkata, “Sungguh umat-umat sebelum kalian binasa karena sibuk dengan kitab-kitab (yang telah bercampur dengan kebatilan, -pen.) dan meninggalkan Kitab Allah!”

Kemudian Ibnu Mas’ud minta didatangkan baskom berisi air dan beliau rendam kitab itu di dalamnya, beliau remas-remas hingga aku lihat air menghitam karena tinta.

 “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang….” (al-Maidah: 48)

 

Dosa Menutupi Hidayah (Tafsir Al-Muthaffifin :13-17)



Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ فِى كِتَابِهِ : كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jika seorang mukmin berbuat satu dosa, maka diberikan satu titik hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkan dosa tersebut, dan memohon ampunan, maka hatinya kembali mengkilap. Namun apabila ia bertambah melakukan dosa, titik hitam itu juga bertambah, hingga akhirnya menutup hatinya. Inilah yang disebutkan Allah ‘Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.’ (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ibnu Majah; hasan)

Dosa Menutupi Hidayah (Tafsir Al-Muthaffifin :13-17)


إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَـٰتُنَا قَالَ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ (١٣) كَلَّا‌ۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِہِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (١٤) كَلَّآ إِنَّہُمۡ عَن رَّبِّہِمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ لَّمَحۡجُوبُونَ (١٥) ثُمَّ إِنَّہُمۡ لَصَالُواْ ٱلۡجَحِيمِ (١٦) ثُمَّ يُقَالُ هَـٰذَا ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ (١٧

Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, “ltu adalah dongengan orang-orang yang dahuIu.” Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati meneka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Rabb mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka), “Inilah adzab yang dahulu selalu kamu dustakan.”(QS. al-Muthaffifin: 13-17)

Tafsir ayat

Setelah Allah ta’ala menjelaskan kehancuran orang-orang yang curang dalam timbangan, dan merekalah orang yang mendustakan hari akhirat, pada ayat selanjutnya Allah menjelaskan bahwa orang yang bermaksiat tidak akan mampu memahami dan menerima kebenaran, disebabkan hati mereka telah tertutup, sehingga mereka masuk ke dalam neraka.

إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَـٰتُنَا قَالَ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ

“Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, ‘Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu.’”

Ibnu Katsir menafsirkan, (1) “Yaitu, apabila mendengar Kalamullah yang dibawa oleh Rasul, dia mendustakannya dan berprasangka jelek, lalu menyakini, itulah yang dibuat-buat dan terkumpul dalam kitab orang-orang terdahulu, se- bagaimana Allah ta’ala berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُم مَّاذَآ أَنزَلَ رَبُّكُمۡ‌ۙ قَالُوٓاْ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Apakah yang telah diturunkan Rabbmu?’ Mereka menjawab, ‘Dongeng-dongeng orang-orang dahulu.’” (Q5. An-Nahl: 24)

وَقَالُوٓاْ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ ٱڪۡتَتَبَهَا فَهِىَ تُمۡلَىٰ عَلَيۡهِ بُڪۡرَةً۬ وَأَصِيلاً۬

“Dan mereka berkata, ‘Dongeng-dongeng orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.’” (QS. Al-Furqan: 5)

Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, “Mereka mengatakan, bahwa inilah kebohongan orang-orang terdahulu dan cerita orang-orang lampau, bukan dari sisi Allah, karena kesombongan dan kedurhakaannya.”

كَلَّا‌ۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِہِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”

Ibnu Katsir menafsirkan, (3) “Yaitu, bukanlah perkaranya sebagaimana yang mereka sangka dan apa yang mereka katakan. Bahwa al-Qur’an adalah dongengan orang dahulu. Bahkan ia adalah Kalamullah dan wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Namun hati mereka telah tertutup dari keimanan disebabkan kotoran yang melekati hati mereka dari banyaknya dosa serta maksiat.”

Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, “Adapun bagi siapa yang objektif dan kebenaran jelas sebagai tujuannya, maka tidak akan mendustakan hari akhir, karena Allah telah menegakkan padanya dalil-dalil yang pasti dan bukti-bukti yang jelas, sehingga menjadikannya benar-benar menjadi keyakinan di hati-hati mereka, seperti matahari yang terlihat mata. Berbeda bagi siapa yang berusaha menutupi hatinya dan tertutupi oleh perbuatan maksiatnya, maka dia akan terhalang dari kebenaran. Oleh karena ini dia dibalas dengan terhalangnya dari Allah sebagaimana hatinya di dunia terhalang dari ayat- ayat Allah.“

كَلَّآ إِنَّہُمۡ عَن رَّبِّہِمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ لَّمَحۡجُوبُونَ

“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari Rabb mereka.”

Ibnu Katsir menafsirkan, (5) “Yaitu bagi mereka pada hari kiamat akan menduduki suatu tempat yang bernama Sijjin, kemudian bersama itu juga mereka terhalang dari melihat Allah pencipta mereka.”

ثُمَّ إِنَّہُمۡ لَصَالُواْ ٱلۡجَحِيمِ (١٦) ثُمَّ يُقَالُ هَـٰذَا ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ

“Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka), ‘Inilah adzab yang dahulu selalu kamu dustakan.’”

Ath-Thabari menafsirkan, (6) “Kemudian mereka akan mendatangi neraka dan tenggelam di dalamnya. Kemudian Allah berkata kepada para pendusta hari akhir, ‘Inilah adzab yang kalian sekarang berada di dalamnya. Dialah adzab yang kalian dahulu di dunia dikabari bahwa kalian akan merasakannya, lalu kalian mendustakan dan mengingkarinya. Maka rasakanlah sekarang, dan kalian sudah benar-benar berada di dalamnya.”

Abu Qilabah berkata kepada Ayyub As Sakhtiyani,

إذَا حَدَثَ لَك عِلْمٌ فَأَحْدِثْ فِيهِ عِبَادَةً وَلَا يَكُنْ هَمُّكَ أَنْ تُحَدِّثَ بِهِ النَّاسَ

“Apabila kamu mendapat ilmu, maka munculkanlah keinginan ibadah padanya. Jangan sampai keinginanmu hanya untuk menyampaikan kepada manusia.”
[Al-Adab Asy-Syar’iyyah (2/45), Muhammad Al-Maqdisy, Syamilah]

7 Aliran Pahala Untuk Mayit (QS. Yasin : 12)


7 Aliran Pahala Untuk Mayit 

(Tafsir Surat Yaasin : 12)

Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

“Sesungguhnya Kami yang menghidupkan orang mati, Kami catat semua yang telah mereka lakukan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan semuanya kami kumpulkan dalam kitab (catatan amal) yang nyata.” (QS. Yasin: 12)

Al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan dua tafsir ulama tentang makna kalimat, ‘bekas-bekas yang mereka tinggalkan’

Pertama, Jejak kaki mereka ketika melangkah menuju ketaatan atau maksiat

Ini merupakan pendapat Mujahid dan Qatadah sebagaimana yang iriwayatkan oleh Ibnu Abi Najih.

Diantara dalil yang menguatkan pendapat ini adalah hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ada Bani Salamah ingin berpindah membuat perkampungan yang dekat dengan masjid nabawi. Karena mereka terlalu jauh jika harus berangkat shalat jamaah setiap hari ke masjid nabawi. Ketika informasi ini sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda,

يَا بَنِى سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ

Wahai Bani Salamah, perjalanan dari rumah kalian ke masjid akan dicatat jejak-jejak kali kalian. (HR. Muslim 1551, dan Ahmad 14940)

Kedua, Pengaruh dari amal yang kita kerjakan

Artinya, Allah mencatat bentuk amal yang mereka kerjakan dan pengaruh dari amal itu. Jika baik, maka dicatat sebagai kebaikan. Dan jika buruk dicatat sebagai keburukan.

Ini seperti yang disebutkan dalam hadis dari sahabat Jarir bin Abdillah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Siapa yang menghidupkan sunah yang baik dalam Islam, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya maka dicatat untuknya mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Siapa yang menghidupkan tradisi yang jelek di tengah kaum muslimin, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim 2398, Ahmad 19674, dan yang lainnya)

7 Aliran Pahala Untuk Mayit

Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سَبْعٌ يَجْرِيْ لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا ، أَوْ أَجْرَى نَهْرًا ، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا ، أَوَ غَرَسَ نَخْلًا ، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا ، أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا ، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

“Ada tujuh amalan yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah dia meninggal, padahal dia berada di dalam kuburnya: (1) orang yang mengajarkan ilmu agama, (2) orang yang mengalirkan sungai (yang mati) (3) orang yang membuat sumur, (4) orang yang menanam kurma, (5) orang yang membangun masjid, (6) orang yang memberi mushaf al-Quran, dan (7) orang yang meninggalkan seorang anak yang senantiasa memohonkan ampun untuknya setelah dia wafat.” (HR. al-Bazzar dalam Musnadnya 7289, al-Baihaqi dalam Syuabul Iman 3449, dan yang lainnya. Al-Albani menilai hadis ini hasan).


Pertama, mengajarkan ilmu pengetahuan

Secara teks hadis, ilmu disini sifatnya umum, semua ilmu yang bermanfaat, bisa mendatangkan pahala. Hanya saja, yang paling bermanfaat adalah ilmu syariah. Andai ada orang yang wafat, dan dulu dia pernah mengajarkan tentang ketrampilan yang mubah, dan itu bermanfaat bagi orang yang diajari, maka dia mendapatkan pahala dan juga diberi pahala untuk memberikan ilmu semacam ini. (Liqaat Bab al-Maftuh, 117/16).

Kedua, Mengalirkan sungai yang mati

Maksudnya adalah membuat aliran pada sungai yang tertahan airnya, agar air tersebut bisa mengalir ke tempat-tempat pemukiman masyarakat, sehingga orang lain bisa memanfaatkannya, termasuk juga semua upaya yang bertujuan untuk mejaga aliran air seperti reboisasi, menjaga sungai dari pencemaran dan lain-lain.

Ketiga, Menggali Sumur

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ، ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ ، فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي ، فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَا خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّه وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا ؟ فَقَالَ : فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

“Suatu ketika ada seorang lelaki yang merasakan sangat kehausan, lalu ia menjumpai sebuah sumur. Dipun turun, lalu meminum airnya. Setelah itu ia naik lagi. Sesampainya di atas, dia melihat seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya memakan tanah yang lembab saking hausnya. Lelaki itu mengatakan, ‘Anjing ini pasti merasa sangat kehausan sebagaimana hausku tadi’.

Lalu ia kembali turun ke dalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air. Setelah itu ia beri minum anjing tersebut. (Oleh karena perbuatannya) Allah pun bersyukur kepadanya dan mengampuninya.”

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah perbuatan baik kita terhadap hewan mendapat ganjaran pahala?” Rasulullah menjawab, “Pada setiap Ya, pada setiap nyawa itu ada ganjaran pahala.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Keempat, Menanam Pohon Kurma.

Sama halnya dengan orang yang menanam pohon yang bermanfaat lainnya, baik bermanfaat karena buahnya atau bermanfaat karena teduhnya atau karena lainnya. Dia juga akan memperoleh pahala.

Dalam hadis ini disebutkan kurma, karenakan keutamaan dan keistimewaan kurma yang tidak dimiliki pohon lainnya.

Kelima, Membangun Masjid.

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا

“Tempat yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim 1560)

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang membangun sebuah masjid karena mengharap wajah Allah, maka Allah akan bangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Keenam, Menghadiahkan Mushaf Al-Quran

Menghadiahkan al-Quran berarti memberi fasilitas orang lain untuk bisa mendapatkan pahala sebanyak huruf yang dibaca dalam al-Quran. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

Siapa yang membaca satu huruf dalam al-Quran maka dia mendapatkan satu pahala. Dan satu pahala dilipatkan 10 kali. (HR. Turmudzi 3158).

Ketujuh, Anak Soleh

Anak soleh adalah harta yang paling tidak ternilai. Ketika orang tua mendidik anaknya, maka dia akan mendapatkan pahala dari amal soleh yang dilakukan anaknya, sehingga tidak semua orang tua mendapatkan pahala dari amal anaknya. Kecuali jika orang tua yang mengajarkan kebaikan atau mengarahkan anak itu untuk belajar kebaikan.

Syaikhul Islam mengatakan,

النبي صلى الله عليه وسلم لم يجعل للأب مثل عمل جميع ابنه ، ولا نعلم دليلا على ذلك ، وإنما جعل ما يدعوه الابن له من عمله الذي لا ينقطع

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menjadikan pahala untuk bapak sama dengan pahala amal anaknya. Kami tidak mengetahui adanya dalil tentang itu. Namun beliau jadikan ajakan kebaikan kepada anaknya, bagian dari amal orang tuanya, yang tidak akan terputus. (Jami’ul Masail Ibnu Taimiyah, 4/266).

Kumpulan do'a-do'a dalam Al-Qur'an





Doa Mohon Tidak Dihinakan Di Hari Kebangkitan (Do’a Nabi Ibrahim)

وَلاَ تُخْزِنِيْ يَوْمَ يُبْعَثُوْنَ. يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنَ. اِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ

Dan janganlah Engkau hinakan Aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Asy Syu’araa’ [26] : 87-89).

 

Doa Agar Diampuni Dan Tidak Hina Di Hari Kiamat (Doa Para Wali Allah Dan Solihin)

رَبَّنَآ أِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِيْ لِلإِيْمَانِ اَنْ ءَامِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّاج رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدْتَّنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِقلى اِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ

193.Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (iaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. 194.Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul-rasul Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (QS. Ali ‘Imran [3] : 193-194)

 

Doa Agar Dijauhkan Dari Kezaliman Serta Mendapat Pertolongan Dan Perlindungan Allah (Doa Penduduk Makkah)

رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الطَّالِمِ اَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيْرًا

“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”. (QS. An-Nisaa’ [4] : 75)

 

Doa Agar Dijauhkan Dari Kaum yang zalim (Doa Asyhabul Kahfi)

رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu”.(QS. Al A’raaf [7] : 47)

 

Doa Diselamatkan Dari Kaum Yang Zalim (Doa Nabi Musa)

رَبِّ نَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ

“Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”.(QS.AlQashash [28] : 21)

 

Doa Mohon Kebaikan Terutama Rezeki (Doa Nabi Musa)

رَبِّ اِنِّيْ لِمَآ اَنْزَلْتَ اِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٍ

“Ya Tuhanku Sesungguhnya Aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan[1118] yang Engkau turunkan kepadaku”.(QS. Al Qashash [28] : 24)

 

Doa Agar Dimudahklan Rezeki (Doa Nabi Isa)

اَللّهُمَّ رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِنَ السَّمَآءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا ِلأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةً مِنْكَصلىوَارْزُقْنَاوَاَنْتَ خَيْرٌ الرَّازِقِيْنَ

“Ya Allah, ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami iaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama”.(QS. Al Maa-idah [5] : 114)

 

Doa Agar Selalu Menghadapkan Diri Kepada Allah (Doa Nabi Ibrahim)

اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًاصلى وَمَآ اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS. Al An’am [6] : 79)

 

Doa Mohon Menjadi Hamba Yang Ikhlas (Doa Nabi Muhammad)

اِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ – لاَ شَرِيْكَ لَهُو وَبِذَالِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ

Sesungguhnya salatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. Al An’am [6] : 162-163)


Doa Agar Mendapat Taufiq (Doa Nabi Syu’aib)

 وَمَا تَوْفِيْقِيْ اِلاَّ بِاللهِ - عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ

 Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah Aku bertawakkal dan Hanya kepadaNya-lah Aku kembali. (QS. Huud [11] : 88)

 

Doa Mohon Ampunan Allah (Doa Nabi Musa)

 رَبِّ اِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْلِيْ فَغَفَرَ لَهُوج اِنَّهُو هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 16. Musa mendoa: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku Telah menganiaya diriku sendiri Karena itu ampunilah aku”. Maka Allah mengampuninya, Sesungguhnya Allah dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Qashash [28] : 16)

 

Doa Mohon Ampunan Dan Jauh Dari Sifat Dengki (Doa Muhajirin dan Ansar)

 رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَ ِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan sifat dengki dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hasyr [59] : 10)

 

Doa Mohon Ampunan Dan Rahmat (Doa Nabi Adam Dan Hawa’)

رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Al A’raaf [7] : 23)

 

Doa Mohon Ampunan Dan Rahmat (Doa kaum mu’minin)

رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia): “Ya Tuhan kami, kami Telah beriman, Maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik. (QS. Al Mu’minuun [23] : 109)

 

Doa Mohon Ampunan Dan Rahmat (Doa Nabi Muhammad)

رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Dan Katakanlah: “Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik.” (QS. Al Mu’minuun [23] : 118)

 

Doa Mohon Rahmat Dan Ampunan (Doa Kaum Nabi Musa)

لَئِنْ لَّمْ يَرْحَمْنَا رَبُّنَا وَيَغْفِرْ لَنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

“Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi.” (QS.AlA’raaf [7] : 149)

 

Doa Mohon Ampunan Dan Rahmat (Doa Nabi Musa)

رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَ ِلأَخِيْ وَأَدْخِلْنَا فِيْ رَحْمَتِكَصلى وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang”.(QS.Al A’raaf [7] : 151)

 

Doa Mohon Perlindungan, Ampunan Dan Rahmat (Doa Nabi Nuh)

رَبِّ اِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ اَنْ اَسْئَلَكَ مَا لَيْسَ لِيْ بِهِى عِلْمٌصلى وَاِلاَّ تَغْفِرْلِيْ وَتَرْحَمْنِيْ اَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.”. (QS.Huud[11] : 47)

 

Doa Mohon Ampunan, Rahmat Dan Kebaikan Dunia Akhirat (Doa Nabi Musa)

قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ اَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ وَاِيَّايَ صلى اَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَآءُ مِنَّآصلى اِنْ هِيَ اِلاَّ فِتْنَتُكَ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَآءُ وَتَهْدِيْ مَنْ تَشَآءُصلى اَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَاصلى وَاَنْتَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ – وَاكْتُبْ لَنَا فِيْ هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَة ً وَفِى اْلآخِرَةِ اِنَّا هُدْنَا اِلَيْكَج قَالَ عَذَابِيْ اُصِيْبُ بِهِى مَنْ اَشَآءُ صلى وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ  فَسَاَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِئَايَاتِنَا يُؤْمِنُوْنَ

Musa berkata: “Ya Tuhanku, kalau Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau membinasakan kami kerana perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah dugaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki Engkaulah yang memimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkaulah pemberi ampun yang sebaik-baiknya”. Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “SiksaKu akan Aku timpakan kepada sesiapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami”.QS.Al A’raaf [7] : 155-156)

 

Doa Agar Mu’minin Diberi Ampunan Dan Selamat Dari Neraka (Doa Para Malaikat)

رَبَّنَا وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوْا وَاتَّبَعُوْا سَبِيْلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِ

“Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, Maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, (QS. Al Mu’min [40] : 7)

 

Doa Agar Mukminin Dimasukkan Dalam Syurga (Doa Para Malaikat)

رَبَّنَا وَاَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنِ نِالَّتِيْ وَعَدْتَّهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ ءَابَآئِهِمْ وَاَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ج اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam Syurga ‘Adnin yang Telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang soleh di antara bapa-bapa mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, (QS. Al Mu’min [40] : 8)

 

Doa Agar Mu’minin Dijauhkan Dari Kejahatan (Doa Para Malaikat)

وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ ج وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ ج وَذَالِك هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu Maka Sesungguhnya Telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan Itulah kemenangan yang besar”.(QS. Al Mu’min [40] : 9)

 

Doa Agar Diberi Rahmat Dan Petunjuk (Doa Ash-habul Kahfi)

رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).”(QS. Al Kahfi [18] : 10)

 

Doa Agar Diberi Petunjuk (Doa Nabi Musa)

عَسَىا رَبِّيْ اَنْ يَهْدِيَنِيْ سَوَآءَ السَّبِيْلِ

“Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”. (QS. Al Qashash [28] : 22)

 

Doa Agar Yakin Bahwa Ilmu Allah Luas Dan Bertawakkal Kepada-Nya (Doa Nabi Syu’ib)

وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ج عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا ج رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ

Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (QS.Al A’raaf [7] : 89)

 

Doa Bertawakkal Dan Bertaubat Kepada Allah (Doa Nabi Ibrahim)

رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

“Ya Tuhan kami Hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan Hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan Hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al Mumtahanah [60] : 4)

 

Doa Mohon Ampun Dan Dijauhkan Dari Fitnah (Doa Nabi Ibrahim)

رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَآصلى اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(QS. Al Mumtahanah [60] : 5)

 

Doa Agar Selalu Bertawakkal Kepada Allah (Doa Orang-Orang Beriman)

قُلْ لَنْ يُصِيْبَنَا اِلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَاج وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang Telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan Hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah [9] : 51)

 

Doa Agar Bertawakkal Dan Jauh Dari Fitnah (Doa Nabi Kaum Musa)

 عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لاَ تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ- وَنَجِّنَا بِرَحْمَتِكَ مِنَ الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

 85.Lalu mereka berkata: “Kepada Allah-lah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, 86.Dan selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir.” (QS. Yunus [10] : 85-

 

Kumpulan Hadits tentang Kewajiban Shalat Berjama'ah



Kumpulan Hadits tentang Kewajiban Shalat Berjama'ah

Oleh : Aris alfian R


Ibnu Qoyyim Rahimahullahu, beliau berkata : 

إِجمْاَعُ الصَّحَابَةِ عَلَى وُجُوْبِ صَلاَةِ الْجَمَاعَةِ. (كتاب الصلاة ص81-82).

Kesepakatan para sahabat atas wajibnya shalat jamaah. (Kitab Ash shalah, hal 81-82).  

Imam Bukhari dalam kitab shahihnya, memberikan judul dalam salah satu babnya tentang wajibnya shalat jamaah. Begitu pula pendapat ‘Atha, Al Auza’i, Ahmad bin Hambal, Abu Tsauri, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Mundzir dan Ibnu Hiban rahimahumullahu. (Kitab Ahkamu Al Masajid fi Asy Syari’ah Al Islamiyyah – Ibrahim bin Shalih Al Khudhiri).

Pertama, Nabi shalllahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya tetap shalat berjamaah walaupun dalam keadaan perang.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ عَنْ صَالِحِ بْنِ خَوَّاتٍ عَمَّنْ شَهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ ذَاتِ الرِّقَاعِ صَلَّى صَلَاةَ الْخَوْفِ أَنَّ طَائِفَةً صَفَّتْ مَعَهُ وَطَائِفَةٌ وِجَاهَ الْعَدُوِّ فَصَلَّى بِالَّتِي مَعَهُ رَكْعَةً ثُمَّ ثَبَتَ قَائِمًا وَأَتَمُّوا لِأَنْفُسِهِمْ ثُمَّ انْصَرَفُوا فَصَفُّوا وِجَاهَ الْعَدُوِّ وَجَاءَتْ الطَّائِفَةُ الْأُخْرَى فَصَلَّى بِهِمْ الرَّكْعَةَ الَّتِي بَقِيَتْ مِنْ صَلَاتِهِ ثُمَّ ثَبَتَ جَالِسًا وَأَتَمُّوا لِأَنْفُسِهِمْ ثُمَّ سَلَّمَ بِهِمْ وَقَالَ مُعَاذٌ حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِنَخْلٍ فَذَكَرَ صَلَاةَ الْخَوْفِ قَالَ مَالِكٌ وَذَلِكَ أَحْسَنُ مَا سَمِعْتُ فِي صَلَاةِ الْخَوْفِ

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik dari Yazid bin Ruman dari Shalih bin Khawwat dari orang yang menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan shalat khauf saat perang Dzatur Riqa’, bahwa sekelompok pasukan berbaris dalam shaf bersama beliau, sedangkan kelompok lain berjaga-jaga menghadap musuh. Beliau lalu shalat beserta kelompok pertama satu raka’at, beliau tetap berdiri sementara kelompok tersebut menyelesaikan shalat mereka masing-masing, setelah itu mereka beranjak dan berjaga-jaga menghadap musuh (menggantikan kelompok kedua). Kemudian datang kelompok lain yang semula berjaga-jada lalu shalat satu raka’at bersama beliau dari shalat beliau yang masih kurang, kemudian beliau duduk. Sedangkan kelompok kedua, menyelesaikan kekurangan raka’at mereka masing-masing, setelah itu beliau salam bersama mereka.” [Mu’adz] mengatakan; telah menceritakan kepada kami [Hisyam] dari Abu Az Zubair dari Jabir ia berkata; “Kami bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di wilayah Nakhl”. Lalu Jabir menceritakan tentang shalat khauf. Malik berkata; “Ini adalah keterangan yang paling baik yang pernah aku dengar tentang shalat khauf.” (HR. Bukhari 3817).  


Kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun sakit tetap beliau shalat berjamaah.
Sebuah hadits yang di riwayatkan oleh 'Aisyah radliyallaahu 'anha, Beliau mengisahkan tentang kisah shalat berjama'ah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam ketika beliau sakit.'Aisyah berkata:

  فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم حَتَّى جَلَسَ عَنْ يَسَارِ أَبِى بَكْرٍ - قَالَتْ - فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى بِالنَّاسِ جَالِسًا وَأَبُو بَكْرٍ قَائِمًا يَقْتَدِى أَبُو بَكْرٍ بِصَلاَةِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَيَقْتَدِى النَّاسُ بِصَلاَةِ أَبِى بَكْرٍ. )مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ(

Beliau datang dan duduk di sebelah kiri Abu Bakar. Beliau mengimami jama'ah dengan duduk sedang Abu Bakar berdiri. Abu Bakar mengikuti shalat Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan orang-orang mengikuti shalat Abu Bakar. (HR. Bukhari Muslim).


Ketiga, Orang buta tetap disuruh ke masjid, bila masih mendengar azan.


Seorang buta meminta udzur untuk shalat di rumahnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam awalnya mengizinkan, tetapi lantas dia memerintahkan lagi untuk shalat di masjid karena masih mendengar adzan. Dalil ini menunjukanwajibnya shalat berjamaah di masjid. Orang buta saja diperintahkan tetap menda-tangi masjid kalau mendengar adzan. Apalagi orang yang tidak buta.

أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ
لَيْسَ لِى قَائِدٌ يَقُودُنِى إِلَى الْمَسْجِدِ. فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّىَ فِى بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ « هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ». فَقَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَأَجِبْ ». (رواه مسلم)

.
"Ada seorang lelaki buta datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata: "Ya Rasulullah, saya ini tidak mempunyai seorang penuntun yang menuntun saya untuk pergi ke masjid," lalu ia meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya diberi keringanan untuk shalat di rumahnya saja, kemudian Beliau memberikan keringanan padanya. Setelah orang ituberpaling, lalu Beliau memanggilnya dan berkata padanya: "Adakah engkau mendengar adzan shalat?" Orang itu menjawab: "Ya, mendengar." Beliau bersabda lagi: "Kalau begitu, kamu wajib memenuhi panggilan adzan. (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

عَنِ ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ رضي الله عنه أَنَّه قَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّ الْمَدِينَةَ كَثِيرَةَ الْهَوَامِّ وَالسِّبَاعِ ، فَقَالَ : هَلْ تَسْمَعُ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ ، حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ ، قَالَ : نَعَمْ ، قَالَ : فَحَيَّ هَلاً وَلَمْ يُرَخَّصْ لَهُ. (رواه النسائي و ابو داود هذا لفظ النسائي. قال الشيخ الألباني : صحيح)

Dari Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya ia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Madinah ini banyak singa dan binatang buasnya. Lalu Dia. bersabda: "Apakah engkau mendengar ucapan Hayya 'alas shalah dan Hayya 'alal falah? Ummi Maktum menjawab: “Ya”. Beliau bersabda : Kalau memang mendengar, maka marilah datang ke tempat berjamaah dan tidak ada keringanan baginya." (HR. An Nasai dan Abu Daud. Berkata Syekh Al Bani : Hadits Shahih).


Keempat, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam membakar rumah orang yang shalat di rumahnya. 

Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ (رواه البخاري)

"Demi Zat yang jiwaku ada ditanganNya, sungguh saya berniat untuk memerintahkan supaya diambilkan kayu bakar, lalu dicarikanlah kayu bakar itu, kemudian saya menyuruh supaya shalat dilakukan, lalu dikumandangkan adzan, selanjutnya saya perintahkan seseorang laki-laki untuk menjadi imamnya orang banyak, kemudian saya pergi ke tempat orang-orang laki-laki yang tidak ikut berjamaah, lalu saya bakar rumah-rumah mereka 'tu." (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).


Kelima, tersesat karena meninggalkan sunnah.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلاَءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِى بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّى هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِى بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ وَمَا مِنْ رَجُلٍ يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَعْمِدُ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ هَذِهِ الْمَسَاجِدِ إِلاَّ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا حَسَنَةً وَيَرْفَعُهُ بِهَا دَرَجَةً وَيَحُطُّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلاَّ مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِى الصَّفِّ. (رواه مسلم)

Barangsiapa yang senang kalau menemui Allah Ta'ala besok pada hari kiamat dalam keadaan Muslim, maka hendaklah ia menjaga shalat-shalat fardhu ini di waktu ia dipanggil untuk mendatanginya jika sudah mendengar azan), sebab sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa jalan petunjuk dan sesungguhnya shalat-shalat itu adalah termasuk sebahagian dari jalan-jalan petunjuk tersebut. Andaikata kalian shalat di rumah-rumah kalian sendiri sebagaimana shalatnya orang yang suka meninggalkan jamaah itu (shalat di rumahnya), sungguh kalian telah meninggalkan sunnah (jalan hidup) Nabimu, dan seandainya kalian meninggalkan sunnah (jalan hidup) Nabimu, sungguh kalian akan tersesat. Sungguh-sungguh saya telah melihat sendiri bahwa tidak ada seorang pun yang suka meninggalkan shalat jamaah melainkan ia adalah seorang munafik yang dapat dimaklumi kemunafikannya. Sungguh ada pula seseorang itu yang didatangkan untuk menghadiri shalat jamaah, ia disandarkan antara dua orang lelaki sehingga ia ditegakkan di dalam shaf. (HR. Muslim). 


Keenam, Salah satu ciri orang munafik.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صَلاَةٌ أَثْقَلَ عَلَى الْمُنَافِقِينَ مِنَ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا. (رواه البخاري)

Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat subuh dan isya (berjamaah) dan seandainya mereka mengetahui apa yang di dalamnya (pahala) sungguh mereka akan mendatangi shalat isya dan subuh (berjamaah ke masjid) walaupun dengan merangkak. (HR. Bukhari dar Abu Hurairah radhiyal-lahu ‘anhu).

Ketujuh, Disebut tidak shalat kalau tidak berjamaah di masjid.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, dan di shahihkan oleh Syekh Al Bani.

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِهِ ، فَلاَ صَلاَةَ لَهُ ، إِلاَّ مِنْ عُذْرٍ. (رواه ابن ماجة قال الشيخ الألباني : صحيح )

Barangsiapa yang mendengar seruan adzan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali ada udzur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا اسْتَأْذَنَتْ أَحَدَكُمُ امْرَأَتُهُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلاَ يَمْنَعْهَا » (رواه مسلم).

Apabila salah seorang isteri diantara kalian idzin untuk pergi ke masjid (shalat jamaah), maka tidak boleh melarangnya. (HR. Muslim dari Salim bin Abdullah dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu).

 

Label