"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Diselamatkan karena Takwa



Diselamatkan karena Takwa

Firman Allah subhanahu wata’ala, dalam surat Maryam ayat 71—72,

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا. ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka) Hal itu bagi Rabb-mu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil satu riwayat dari Qais bin Abi Hazim tentang kisah hamba Allah subhanahu wata’ala yang selamat karena takwa.
______________
Suatu ketika sahabat Abdullah bin Rawahah radhiyallaahu ‘anhu menangis di pangkuan istrinya, sedang ia dalam keadaan terbaring sakit. Sesaat istrinya ikut menangis. Kemudian istrinya bertanya,

مَا يُبْكِيْكَ؟

“Apa yang membuatmu menangis?”

Abdullah bin Rawahah menjawab,

إِنِّيْ ذَكَرْتُ قَوْلَ اللهِ تَعَالَى: وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا

“Aku teringat dengan firman Allah subhanahu wata’ala, ‘Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatangi neraka.’”

“Dan saya tidak mengetahui apakah saya akan selamat atau tidak!” lanjut Abdullah.
_______________
Sementara itu, masih dalam tafsir Ibnu Katsir, diriwayatkan dari Abu Ishaq bahwa sahabat Abu Maisarah ketika hendak berbaring di atas tempat tidurnya ia berucap, “Duh, seandainya ibuku tidak melahirkanku.”

Kemudian Abu Maisarah menangis, lantas seseorang bertanya,

مَا يُبْكِيْكَ يَا أَبَا مَيْسَرَةٍ؟

“Apa yang membuatmu menangis, wahai Abu Maisarah?”

Ia pun menjawab,

أَخْبَرَنَا أَنَّا وَارِدُوْهَا وَلَمْ نُخْبَرْ أَنَّا صَادِرُوْنَ عَنْهَا

“Allah subhanahu wata’ala dalam ayat tersebut mengabarkan kepada kita bahwa kita akan mendatangi neraka itu. Kita tidak diberi tahu bahwa kita akan dikeluarkan darinya.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam al-Quran surat az-Zumar ayat 61,

وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka. Mereka tidak disentuh oleh azab dan tidak bersedih hati.”

Maka siapa yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, menjalankan setiap perintah-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sungguh ia termasuk golongan yang Allah selamatkan dengan memperoleh kemenangan dari-Nya.

Sehingga manakala ia terjerumus ke dalam kebinasaan atau kehancuran, maka Allah akan menyelamatkannya serta memudahkannya untuk berlepas diri dari kehancuran tersebut.

Karena itu, orang-orang bertakwa adalah golongan yang selamat. Hal ini sebagaimana yang dialami oleh generasi terdahulu dari kalangan para nabi dan salafus shalih.
Kisah Hamba Allah yang Selamat Karena Takwa

Kisah Hijrah Nabi Muhammad

Ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari Kota Makkah untuk suatu perjalanan hijrah bersama sahabat terdekatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Di saat keduanya bersembunyi di Goa Tsur utk menghindari kejaran orang-orang kafir Quraisy, hingga perasaan takut menyelimuti mereka.

Pada saat seperti itu, di situasi yang boleh dikatakan genting dan keduanya terancam dibunuh orang-orang musyrik Quraisy, Allah selamatkan keduanya dari bahaya yang mengancam.

Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari hadits Anas bin Malik radhiallahu’anhu, bahwa pada saat itu Abu Bakar berkata,

يَا رَسُوْلَ اللهِ لَوْ نَظَرَ أَحَدُهُمْ إِلَى قَدَمَيْهِ لَأَبْصَرَنَا

“Wahai Rasulullah, seandainya salah satu di antara mereka melihat kedua kakinya, sungguh ia akan melihat dan mengetahui keberadaan kita.”

Dengan optimisme dan keyakinannya akan pertolongan Allah subhanahu wata’ala, baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menenangkan sahabatnya. Beliau katakan,

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا مَا ظَنُّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah membersamai kita. Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah.”

Maka Allah subhanahu wata’ala selamatkan Nabi-Nya dengan suatu kemenangan yang tanpa tersentuh bahaya padanya sedikit pun.
_________________
Kisah Nabi Yunus

Pasti kita pernah mendengar peristiwa yang dialami Nabiyyullah Yunus ‘alaihissalam. Ketika ia pergi dan menghindarkan diri dari kaumnya dalam keadaan marah sebagai akibat dari pembangkangan mereka atas seruan dakwahnya.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi Yunus pergi dari kaumnya dengan menaiki suatu kapal. Setelahnya berlalu, kapal itu bergoyang seakan tak sanggup menahan beban berat para penumpangnya.

Singkat cerita, setiap orang di kapal tersebut berdiskusi siapa yang harus ditenggelamkan, yang dengannya dapat mengurangi beban kapal tersebut.

Hingga terpilihlah satu kaum yang di dalamnya terdapat Nabiyyullah Yunus ‘alaihissalam. Diterjunkanlah sebagian dari penumpang, dan sebagiannya lagi tetap berada di atas kapal.

Akhirnya, ketika Nabi Yunus ditenggelamkan, seekor ikan menelannya. Dan bagaimana keadaan beliau saat berada di dalam perut ikan, diabadikan Allah dalam al-Quran surat al-Anbiya ayat 87,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ

“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap,‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.’”

Allah subhanahu wata’ala mengabulkan permohonan Nabi Yunus, kemudian menyelamatkannya dari kegelapan dalam perut ikan. Allah menyelamatkannya dari duka dan kesedihan.

Dalam ayat yang lain, surat ash-Shaffaat ayat 143—144, Allah peringatkan tentang keadaan Nabiyyullah Yunus ‘alaihissalam,

فَلَوْلَآ اَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ

“Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah,”

لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهِ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.”
Buah Takwa

Inilah dua contoh di masa lalu yang kita yakini akan kebenarannya. Tentu masih banyak contoh lainnya yang menggambarkan bagaimana seorang hamba selamat dari berbagai ragam bahaya yang mengancam jiwa, duka lara, dan kesedihan, karena takwa.

Ketakwaan menghadirkan kebaikan-kebaikan di dunia. Ketakwaan menyelamatkan pelakunya dari siksa neraka. Dan ketakwaan, menjaminkan seseorang memperoleh kebahagiaan yang kekal di hari pembalasan kelak.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.

Hadist : Keutamaan Ibadah Haji dan Umrah


Hadist : Keutamaan Ibadah Haji dan Umrah

1. Orang yang umrah menjadi tamu Allah dan doanya mustajab

Disebutkan di dalam hadis bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْغَازِى فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ

“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji, serta berumrah adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, maka mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkan permintaan mereka.” (HR. Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Syekh Al Albani)

2. Pengorbanan umrah bernilai pahala

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda mengenai umrah yang dilakukan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

عن عائشة رضي الله عنها ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لها في عمرتها : إن لك من الأجر على قدر نصبك ونفقتك

“Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Aisyah tentang umrahnya, ‘Sesungguhnya kamu mendapat pahala sesuai kadar kesulitan dan pengorbananmu.’” (HR. Hakim, shahih)

3. Bisa menghilangkan kefakiran dan menghapus dosa

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

“Iringilah haji dengan umrah, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Tidak ada pahala bagi haji yang mabrur, kecuali surga.” (HR. An-Nasa’i, dinilai shahih oleh Syekh Al Albani)

4. Terdapat penghapusan dosa di antara dua umrah

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

العمرةُ إلى العمرةِ كفَّارَةٌ لمَا بينَهمَا ، والحجُّ المبرورُ ليسَ لهُ جزاءٌ إلا الجنَّةُ

“Antara satu umrah dengan umrah berikutnya terdapat penghapusan dosa-dosa di antara keduanya. Haji yang mabrur, tidak ada pahala bagi pelakunya, melainkan surga” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Umrah bagi wanita adalah jihad sebagaimana ibadah haji

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى النِّسَاءِ جِهَادٌ قَالَ « نَعَمْ عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لاَ قِتَالَ فِيهِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ

“Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa melakukan perang, yaitu dengan haji dan umrah.” (HR. Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Syekh Al Albani)

6. Umrah di bulan Ramadan seperti haji bersama Nabi

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي ، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً مَعِي

“Apabila datang bulan Ramadan, lakukanlah umrah, karena umrah di bulan Ramadhan senilai haji bersamaku.“ (HR. Bukhari dan Muslim)

Mendapat keutamaan dari berbagai ibadah dalam rangkaian pelaksanaan umrah


Dalam rangkaian ibadah umrah terdapat beberapa ibadah yang agung yang memiliki keutamaan-keutamaan tersendiri. Di antaranya: mengucapkan talbiyah, thawaf di Ka’bah, melaksanakan sa’i, minum air zam-zam, salat di Masjidil Haram, tahallul, serta berbagai zikir dan doa yang diucapkan selama melaksanakan umrah.

Keutamaan ucapan talbiyah

Mengenai ucapan talbiyah, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا أَهَلَّ مهلٌّ ، ولا كَبَّرَ مُكبِّرٌ إِلاََّ بُشِّر، قيل: يا رسول الله بالجنة؟ قال: نعم

“Tidaklah seorang mengucapkan talbiyah atau mengucapkan takbir, melainkan akan dijanjikan dengan kebaikan.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, “Wahai Rasulullah, apakah dijanjikan dengan surga?” Beliau menjawab, “Iya.” (HR. Thabrani, dinilai hasan oleh Syekh Al Albani)

Keutamaan thawaf

Mengenai pahala thawaf, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ طَافَ بِهَذَا البَيْتِ أُسْبُوعًا فَأَحْصَاهُ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ، لاَ يَضَعُ قَدَمًا وَلاَ يَرْفَعُ أُخْرَى إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطِيئَةً وَكَتَبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةً

“Barangsiapa yang thawaf di Ka’bah ini sebanyak tujuh putaran, lalu ia menyempurnakannya, maka seperti (pahala) memerdekakan seorang budak. Tidaklah ia meletakan kakinya dan tidak pula ia mengangkat kaki yang lain, kecuali Allah akan menghapuskan satu dosanya dan mencatat baginya satu kebaikan.” (HR Tirmidzi, dinilai shahih oleh Syekh Al-Albani)

Pahala salat di Masjidil Haram

Mengenai pahala salat di Masjidil Haram, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صلاةٌ في مسجدِي هذا خيرٌ من ألفِ صلاةٍ في ما سواه إلا المسجدَ الحرامَ، وصلاةٌ في الحرامِ أفضلُ من مائةِ صلاةٍ في مسجدِي هذا

“Salat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 kali salat di masjid lainnya, selain Masjidil Haram. Adapun salat di Masjidil Haram, maka lebih utama daripada 100 kali salat di masjidku ini (Masjid Nabawi).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ampunan Allah ketika tahallul

Disebutkan di dalam hadis bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda mendoakan bagi orang yang tahallul,

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُحَلِّقِينَ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالْمُقَصِّرِينَ ؟ قَالَ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُحَلِّقِينَ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالْمُقَصِّرِينَ ؟ قَالَ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُحَلِّقِينَ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَالْمُقَصِّرِينَ ؟ قَالَ : وَالْمُقَصِّرِينَ

“Ya Allah, ampunilah mereka yang potong gundul.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau cuma sekedar potong pendek?” Beliau masih bersabda, “Ya Allah, ampunilah mereka yang potong gundul.” Para sahabat balik bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau cuma potong pendek?” Beliau masih bersabda, “Ya Allah, ampunilah mereka yang potong gundul.” Para sahabat kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana cuma sekedar potong pendek?” Baru beliau menjawab, “Dan juga bagi yang memendekkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits : Dunia ini milik empat golongan



Dunia ini milik empat golongan


Dari Abu Kabsyah Al-Anmari rodhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


ثَلاَثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ ، وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ : مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ ، وَلاَ ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلِمَةً ، فَصَبَرَ عَلَيْهَا ، إِلاَّ زَادَهُ اللهُ عِزًّا ، وَلاَ فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ ، إِلاَّ فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ ، أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا ،  

“Ada tiga perkara yang aku bersumpah atasnya, dan aku akan menceritakan kepada kalian suatu perkataan, maka hafalkanlah. Beliau bersabda: “Harta seorang hamba tidaklah berkurang disebabkan shodaqoh, dan tidaklah seorang hamba terzholimi dengan suatu kezholiman lalu ia bersabar dalam menghadapinya melainkan Allah menambahkan kemuliaan kepadanya, dan tidaklah seorang hamba membuka pintu utk meminta-minta (kepada orang lain, pent) melainkan Allah akan bukakan baginya pintu kefakiran, -atau suatu kalimat semisalnya-.  

وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ،
قَالَ : إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَعِلْمًا ، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَيَعْلَمُِ للهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً ، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ ، يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا ، فَه ُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ.

Dan aku akan sampaikan kepada kalian satu perkataan kemudian hafalkanlah.”Beliau bersabda: “Sesungguhnya dunia ini hanya milik empat golongan saja:

(1) Seorang hamba yang dikaruniai harta dan ilmu kemudian ia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturrahim dan mengetahui hak-hak Allah, inilah kedudukan yang paling mulia.

(2) Seorang hamba yang dikaruniai ilmu tapi tidak dikaruniai harta, kemudian dengan niat yang tulus ia berkata: ‘Jika seandainya aku mempunyai harta, maka aku akan beramal seperti amalannya si fulan itu.’ Dengan niat seperti ini, maka pahala keduanya sama.

(3) Seorang hamba yang dikaruniai harta namun tidak diberi ilmu, lalu ia membelanjakan hartanya secara serampangan tanpa dasar ilmu, , ia tidak bertakwa kepada Rabbnya, tidak menyambung silaturrahim, dan tidak mengetahui hak-hak Allah, maka ia berada pada kedudukan paling rendah.

(4) Dan seorang hamba yang tidak dikaruniai harta dan juga ilmu oleh Allah ta’ala, lantas ia berkata: ‘Kalau seandainya aku memiliki harta, niscaya aku akan berbuat seperti yang dilakukan si Fulan.’ Maka ia dengan niatnya itu, menjadikan dosa keduanya sama.”

(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi IV/562 no.2325, dan Ahmad IV/231 no.18194).

DERAJAT HADITS:

Hadits ini derajatnya SHOHIH, sebagaimana dinyatakan oleh syaikh Al-Albani di dalam Shohih Al-Jami’ no. 3024.

Renungkanlah saudaraku, sudah berapa banyak pahalamu? Jika engkau tidak memiliki harta, tapi engkau hanya bermodalkan kejujuran, lalu dengan ikhlas engkau berkata: “Kalau seandainya aku memiliki harta seperti si Fulan, sungguh aku akan berbuat kebaikan seperti yang ia kerjakan.” Maka pahala kalian berdua sama. Sungguh ini merupakan kenikmatan yang agung, dan segala puji hanya bagi Allah, Pemilik segala pujian dan kemuliaan.

Hadits di atas hakikatnya mengajari kita 2 hal saja: 
  • Bagi orang yang berharta, bertakwalah kepada Allah dalam hartanya, tunaikan hak Allah, dan berusahalah untuk menuntut ilmu. 
  • Bagi yang berilmu, bertakwalah kepada Allah dalam ilmunya, tunaikan hak Allah, dan berusahalah mencari harta dengan niat untuk beramal melalui harta itu.
BEBERAPA PELAJARAN DAN FAEDAH ILMIYAH YANG TERKANDUNG DI DALAM HADITS:

1). Teruslah menuntut ilmu sambil mengamalkannya hingga istiqomah dalam beribadah.

2). Keutamaan menyertakan Niat yang Baik dalam melakukan setiap amal ketaatan atau amalan yang hukumnya mubah.

3). Niat yang baik dapat memperbesar pahala amalan-amalan kecil, dan meninggikan derajat pelakunya di sisi Allah.

4). Shodaqoh tidaklah mengurangi harta benda yang dimiliki seorang hamba, tetapi justru akan menjadikan harta tersebut semakin bertambah dan berkah.

(Silakan baca dalil2 syar’I yg menunjukkan keutamaan shodaqoh di dalam surat Al-Baqoroh, ayat 261, 274)

5). Shodaqoh mempunyai keutamaan yang sangat banyak dan pengaruh baik yang sangat besar bagi pelakunya di dunia dan akhirat, diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Allah memberikan pahala shodaqoh yang sangat besar dan melipat gandakannya bagi pelakunya.
  • Pelaku shodaqoh mendapatkan kedudukan yang tinggi di hadapan Allah ta’ala.
  • Mencegah terjadinya bencana dan keburukan yang akan menimpa pelaku shodaqoh.
  • Menghapuskan kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa.
  • Dapat melindungi dari siksaan Allah dan sebagai jalan menuju surga-Nya.
  • Shodaqoh adalah salah satu tanda kejujuran iman seorang hamba, dan kuatnya keyakinan, serta sikap berbaik sangka kepada Allah.
  • Membersihkan jiwa seorang hamba dari sifat-sifat tercela seperti kikir, dan menghiasi dirinya dengan akhlak mulia.
  • Shodaqoh termasuk salah satu pintu pembuka amala-amal kebaikan


Label