"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Memahami Makna Muhammad Rasulullah




MEMAHAMI MAKNA SYAHADAT KEDUA


أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

Tidaklah sempurna keimanan seseorang kepada Rasul-Nya dan tidaklah sempurna persaksian seseorang bahwa Muhammad adalah Rasulullah, kecuali dengan melakukan empat hal berikut ini.

Pertama:

تَصْدِيقُهُ فِيمَا أَخْبَرَ

“Membenarkan apa yang diberitakan oleh nabi,”

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ

“Apa yang didatangkan oleh Rasul, maka terimalah. Apa yang dilarangnya, maka jauhilah.” (al-Hasyr: 7)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah bersabda sambil mengisyaratkan ke mulut beliau,

اكْتُبُوا عَنِّي، لَا يَخْرُجُ عَنْ هَذَا إِلاَّ الْحَقُّ

“Tulislah dariku, tidak akan keluar dari (mulutku) ini kecuali kebenaran.”

Segala yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana firman-Nya,

وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ ٣  إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ ٤

“Tidaklah dia (Rasulullah) berbicara dengan hawa nafsunya. Tidaklah yang dia ucapakan kecuali wahyu yang diturunkan kepadanya.” (an-Najm: 3—4)

Ambil contoh hadits yang berbunyi

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِيْ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ ثُمَّ لِيَطْرَحْهُ فَإِنَّ فِيْ إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِيْ الآخَرِ شِفَاءً

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda: “Apabila lalat jatuh di bejana salah satu diantara kalian maka celupkanlah kemudian buanglah lalat tersebut, karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat penawarnya”.

(HR.Bukhari 3320, Ahmad 2/229, Abu Dawud 3844, Ibnu Majah 3505, Ad-Darimi 2045, Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya 105).

 

Kedua:

طَاعَتُهُ فِيمَا أَمَرَ

“Menaati perintah Nabi”

Selanjutnya, setiap muslim wajib menaati perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, menaati perintah beliau merupakan bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana firman-Nya subhanahu wa ta’ala,

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدۡ أَطَاعَ ٱللَّهَۖ

“Barang siapa taat kepada Rasul, sungguh dia telah taat kepada Allah.” (an-Nisa: 80)

Firman Allah Ta’ala :

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ۞ قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ ۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْكٰفِرِيْنَ.

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. * Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. Ali 'Imran ayat 31-32)

 

Mengenai ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata:

هَذه الاَيَةُ الكَرِيمَة حَاكِمَةٌ على كُلِّ مَن اَدعَى مَحَبَّةُ اللّهِ ولَيسَ هُوَ على الطَّرِيقَةِ المُحَمَّدِيَّة فَإنَّهُ كَاذِبٌ فى دَعوَاهُ فِى نَفسِ الأَمرِ حَتَّى يَتَّبِعَ الشَّرعِ المُحَمَّدِي, وَالدِّينِ النَّبَوِي في جَمِيعِ أَقوَالِهِ وأَفعَالِهِ وأَحوَالِهِ.

“Ayat ini adalah pemutus hukum bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah Ta’ala namun tidak menempuh jalan (Rasulullah) Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, maka sesungguhnya ia dusta dalam pengakuannya tersebut hingga ia mengikuti syari’at yang dibawa oleh (Rasulullah) Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dan agama Nabi a dalam semua ucapannya, perbuatannya, dan keadaannya”.

 

Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjamin surga bagi orang yang menaati syariat. Selain itu, Allah subhanahu wa ta’ala akan menempatkannya di surga bersama para nabi, para shiddiqin, syuhada, dan orang saleh.

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا.

“Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah, yakni para nabi, ash-shiddiqin, syuhada, dan orang saleh. Mereka itulah sebaik-baik teman.” (an-Nisa: 69)

Sebaliknya, orang yang enggan menaati Nabi dan justru menyelisihi perintah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan terancam masuk neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَىقَالُوايَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَمَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Setiap umatku akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Siapa gerangan yang enggan, wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Yang menaatiku akan masuk surga, sedangkan yang menyelisihiku berarti dia enggan.” (HR. al-Bukhari, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

 

Ketiga:

اجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ

“Meninggalkan apa yang dicegah dan dilarang oleh Nabi”


Di dalam al-Qur’an, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ.

“Hendaknya takutlah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya bahwa mereka akan ditimpa fitnah atau azab yang pedih.” (an-Nur: 63)

Hadits Kesembilan kitab Hadits Arba’in

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ . رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Dari Abu Hurairah ‘Abdurrahman bin Shakr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Apa saja yang aku larang, maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi perintah nabi-nabi mereka.”

(HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 7288 dan Muslim, no. 1337]

 

Keempat:

اَن لَا يَعبُدَ اللهَ اِلاَّ بِمَا شَرَعَ

“Tidak Beribadah kepada Allah kecuali dengan syariat Nabi”

Kewajiban yang keempat terkait syahadat ini adalah beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala sesuai dengan syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidaklah ibadah diterima dan berpahala kecuali jika dikerjakan sesuai dengan petunjuk syariat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana sabda oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang bukan syariat kami, amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim, dari Aisyah radhiallahu ‘anha)

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat perkara baru dalam urusan kami yang tidak termasuk darinya maka dia tertolak.” (HR. Muslim)

Apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah, maka matanya merah, suaranya tinggi dan sangat marah. Seakan-akan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberi peringatan kepada pasukan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim)

Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Jauhi sesuatu yang baru (dalam agama). Karena semua yang baru (dalam agama) itu bid’ah. Dan semua bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud)

 

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ امْأُلُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٌ ضَلَالَةٌ

“Tinggalkan urusan yang diada-adakan (dalam agama), karena setiap yang diada-adakan di dalam agama adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim, dari Jabir radhiallahu ‘anhu)

Juga dalam hadits yang shahih:

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

“Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.” (Mutafaqun ‘Alaih)

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ

 

Label