"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Diselamatkan karena Takwa



Diselamatkan karena Takwa

Firman Allah subhanahu wata’ala, dalam surat Maryam ayat 71—72,

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا. ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا

“Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka) Hal itu bagi Rabb-mu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil satu riwayat dari Qais bin Abi Hazim tentang kisah hamba Allah subhanahu wata’ala yang selamat karena takwa.
______________
Suatu ketika sahabat Abdullah bin Rawahah radhiyallaahu ‘anhu menangis di pangkuan istrinya, sedang ia dalam keadaan terbaring sakit. Sesaat istrinya ikut menangis. Kemudian istrinya bertanya,

مَا يُبْكِيْكَ؟

“Apa yang membuatmu menangis?”

Abdullah bin Rawahah menjawab,

إِنِّيْ ذَكَرْتُ قَوْلَ اللهِ تَعَالَى: وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا

“Aku teringat dengan firman Allah subhanahu wata’ala, ‘Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatangi neraka.’”

“Dan saya tidak mengetahui apakah saya akan selamat atau tidak!” lanjut Abdullah.
_______________
Sementara itu, masih dalam tafsir Ibnu Katsir, diriwayatkan dari Abu Ishaq bahwa sahabat Abu Maisarah ketika hendak berbaring di atas tempat tidurnya ia berucap, “Duh, seandainya ibuku tidak melahirkanku.”

Kemudian Abu Maisarah menangis, lantas seseorang bertanya,

مَا يُبْكِيْكَ يَا أَبَا مَيْسَرَةٍ؟

“Apa yang membuatmu menangis, wahai Abu Maisarah?”

Ia pun menjawab,

أَخْبَرَنَا أَنَّا وَارِدُوْهَا وَلَمْ نُخْبَرْ أَنَّا صَادِرُوْنَ عَنْهَا

“Allah subhanahu wata’ala dalam ayat tersebut mengabarkan kepada kita bahwa kita akan mendatangi neraka itu. Kita tidak diberi tahu bahwa kita akan dikeluarkan darinya.”

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam al-Quran surat az-Zumar ayat 61,

وَيُنَجِّي اللَّهُ الَّذِينَ اتَّقَوْا بِمَفَازَتِهِمْ لَا يَمَسُّهُمُ السُّوءُ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka. Mereka tidak disentuh oleh azab dan tidak bersedih hati.”

Maka siapa yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, menjalankan setiap perintah-Nya, dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sungguh ia termasuk golongan yang Allah selamatkan dengan memperoleh kemenangan dari-Nya.

Sehingga manakala ia terjerumus ke dalam kebinasaan atau kehancuran, maka Allah akan menyelamatkannya serta memudahkannya untuk berlepas diri dari kehancuran tersebut.

Karena itu, orang-orang bertakwa adalah golongan yang selamat. Hal ini sebagaimana yang dialami oleh generasi terdahulu dari kalangan para nabi dan salafus shalih.
Kisah Hamba Allah yang Selamat Karena Takwa

Kisah Hijrah Nabi Muhammad

Ketika beliau shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari Kota Makkah untuk suatu perjalanan hijrah bersama sahabat terdekatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Di saat keduanya bersembunyi di Goa Tsur utk menghindari kejaran orang-orang kafir Quraisy, hingga perasaan takut menyelimuti mereka.

Pada saat seperti itu, di situasi yang boleh dikatakan genting dan keduanya terancam dibunuh orang-orang musyrik Quraisy, Allah selamatkan keduanya dari bahaya yang mengancam.

Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari hadits Anas bin Malik radhiallahu’anhu, bahwa pada saat itu Abu Bakar berkata,

يَا رَسُوْلَ اللهِ لَوْ نَظَرَ أَحَدُهُمْ إِلَى قَدَمَيْهِ لَأَبْصَرَنَا

“Wahai Rasulullah, seandainya salah satu di antara mereka melihat kedua kakinya, sungguh ia akan melihat dan mengetahui keberadaan kita.”

Dengan optimisme dan keyakinannya akan pertolongan Allah subhanahu wata’ala, baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menenangkan sahabatnya. Beliau katakan,

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا مَا ظَنُّكَ يَا أَبَا بَكْرٍ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا

“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah membersamai kita. Wahai Abu Bakar, engkau tidak tahu bahwa bersama kita berdua yang ketiga adalah Allah.”

Maka Allah subhanahu wata’ala selamatkan Nabi-Nya dengan suatu kemenangan yang tanpa tersentuh bahaya padanya sedikit pun.
_________________
Kisah Nabi Yunus

Pasti kita pernah mendengar peristiwa yang dialami Nabiyyullah Yunus ‘alaihissalam. Ketika ia pergi dan menghindarkan diri dari kaumnya dalam keadaan marah sebagai akibat dari pembangkangan mereka atas seruan dakwahnya.

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi Yunus pergi dari kaumnya dengan menaiki suatu kapal. Setelahnya berlalu, kapal itu bergoyang seakan tak sanggup menahan beban berat para penumpangnya.

Singkat cerita, setiap orang di kapal tersebut berdiskusi siapa yang harus ditenggelamkan, yang dengannya dapat mengurangi beban kapal tersebut.

Hingga terpilihlah satu kaum yang di dalamnya terdapat Nabiyyullah Yunus ‘alaihissalam. Diterjunkanlah sebagian dari penumpang, dan sebagiannya lagi tetap berada di atas kapal.

Akhirnya, ketika Nabi Yunus ditenggelamkan, seekor ikan menelannya. Dan bagaimana keadaan beliau saat berada di dalam perut ikan, diabadikan Allah dalam al-Quran surat al-Anbiya ayat 87,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ

“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap,‘Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.’”

Allah subhanahu wata’ala mengabulkan permohonan Nabi Yunus, kemudian menyelamatkannya dari kegelapan dalam perut ikan. Allah menyelamatkannya dari duka dan kesedihan.

Dalam ayat yang lain, surat ash-Shaffaat ayat 143—144, Allah peringatkan tentang keadaan Nabiyyullah Yunus ‘alaihissalam,

فَلَوْلَآ اَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ

“Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah,”

لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهِ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.”
Buah Takwa

Inilah dua contoh di masa lalu yang kita yakini akan kebenarannya. Tentu masih banyak contoh lainnya yang menggambarkan bagaimana seorang hamba selamat dari berbagai ragam bahaya yang mengancam jiwa, duka lara, dan kesedihan, karena takwa.

Ketakwaan menghadirkan kebaikan-kebaikan di dunia. Ketakwaan menyelamatkan pelakunya dari siksa neraka. Dan ketakwaan, menjaminkan seseorang memperoleh kebahagiaan yang kekal di hari pembalasan kelak.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآَيَاتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ، وتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.

Label