Dosa Jariyah
Sering kita mendengar istilah sedekah jariyah. Satu sedekah yang pahalanya akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia. Kita tetap terus mendapatkan kucuran pahala, selama harta yang kita sedekahkan masih dimanfaatkan oleh kaum muslimin lainnya untuk melakukan ketaatan. Satu hadis yang menjadi dasar akan adanya amal jariyah ini adalah hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i, Turmudzi, dan yang lainnya. Hadis ini dishahihkan Al-Albani).
Sebagai orang beriman, yang sadar akan pentingnya bekal pahala dan amal di hari kiamat, tentu kita sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini. Di saat kita sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran pahala karena amal kita di masa silam.
Sebaliknya, disamping ada pahala jariyah, dalam islam juga ada dosa yang sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada orang tersebut, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Sebagai orang beriman, yang sadar akan pentingnya bekal pahala dan amal di hari kiamat, tentu kita sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini. Di saat kita sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran pahala karena amal kita di masa silam.
Sebaliknya, disamping ada pahala jariyah, dalam islam juga ada dosa yang sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada orang tersebut, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.
Betapa menyedihkannya nasib orang ini, di saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa. Anda bisa bayangkan, penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.
Perlu dipahami bahwa sejatinya yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya aktivitas yang kita lakukan, namun juga dakpak dan pengaruh dari aktivitas itu. Allah berfirman di surat Yasin,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Orang yang melakukan amal baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik dari amalan itu. Karena itulah, islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan pengaruh baik yang luas bagi masyarakat. karena dengan itu dia bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia kerjakan, plus dampak baik dari amalnya.
Sebaliknya, orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat, dia akan mendapatkan dosa dari perbuatan yang dia lakukan, ditambah dampak buruk yang dia kerjakan. Selama dampak buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran dosa itu. – wal’iyadzu billah.. –, itulah dosa jariyah, betapa mengerikannya dosa ini.
Demikian juga Allah berfirman bahwa orang yang mengajarkan atau mencontohkan perbuatan dosa, ia akan menanggung dosa orang yang mengikutinya,
ﻟِﻴَﺤْﻤِﻠُﻮﺍ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭَﻫُﻢْ ﻛَﺎﻣِﻠَﺔً ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻀِﻠُّﻮﻧَﻬُﻢْ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﺃَﻟَﺎ ﺳَﺎﺀَ ﻣَﺎ ﻳَﺰِﺭُﻭﻥَ
“Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada Hari Kiamat, dan MEMIKUL DOSA-DOSA ORANG YANG MEREKA SESATKAN, yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan).” (QS. an-Nahl: 25)
Mujahid menafsirkan ayat ini, beliau berkata:
يَحْمِلُونَ أَثْقَالَهُمْ: ذُنُوبَهُمْ وَذُنُوبَ مَنْ أَطَاعَهُمْ، وَلَا يُخَفَّفُ عَمَّنْ أَطَاعَهُمْ مِنَ الْعَذَابِ شَيْئًا.
“Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikuti mereka. Mereka sama sekali tidak diberi keringanan azab karena dosa orang yang mengikutinya.” (Tafsir Ibn Katsir, 4/566)
📘 Pengertian Dosa Jariyah
Dosa jariyah adalah dosa yang terus mengalir kepada seseorang setelah ia meninggal dunia, karena perbuatan buruknya masih memberikan pengaruh atau ditiru oleh orang lain.
Dosa jariyah adalah dosa yang terus mengalir kepada seseorang setelah ia meninggal dunia, karena perbuatan buruknya masih memberikan pengaruh atau ditiru oleh orang lain.
🕋 Dalil Umum
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ:
"مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا." (رواه مسلم، رقم 2674)
(HR. Muslim, no. 2674)
🇮🇩 Contoh Dosa Jariyah dalam Kultur Indonesia
1. Menyebarkan Konten Maksiat atau Hoaks di Media Sosial
Misalnya seseorang membuat atau membagikan video berisi gosip, fitnah, atau pornografi di TikTok, Instagram, atau YouTube.
Selama konten itu terus disebarkan dan ditonton orang lain, dosa akan terus mengalir kepadanya.
“Sesungguhnya orang yang paling berat azabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang membuat gambar (yang haram).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Misalnya seseorang membuat atau membagikan video berisi gosip, fitnah, atau pornografi di TikTok, Instagram, atau YouTube.
Selama konten itu terus disebarkan dan ditonton orang lain, dosa akan terus mengalir kepadanya.
عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ:
"إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ المُصَوِّرُونَ."
(متفق عليه)
“Sesungguhnya orang yang paling berat azabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang membuat gambar (yang haram).” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Mendirikan Tempat Maksiat
Contohnya membuka tempat perjudian, karaoke maksiat, atau warung minuman keras. Selama orang berbuat dosa di tempat itu, dosanya juga mengalir pada pemilik atau pendirinya.
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ
“Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”
(QS. المائدة [5]: 2)
(QS. المائدة [5]: 2)
3. Menyebarkan Ajaran Sesat atau Bid‘ah yang Menyesatkan
Misalnya menulis buku, membuat ceramah, atau postingan yang menyesatkan akidah umat. Selama ajaran itu dipelajari dan diamalkan, dosa terus mengalir.
عن جرير بن عبد الله رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ:
"مَنْ سَنَّ فِي الإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا، وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْقَصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ."
(رواه مسلم، رقم 1017)
“Barang siapa yang membuat teladan buruk dalam Islam, maka ia akan menanggung dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim, no. 1017)
4. Memberi Contoh Buruk di Lingkungan
Misalnya seorang tokoh, pejabat, atau orang tua terbiasa korupsi, berbohong, atau meninggalkan shalat, lalu orang lain menirunya. Itu menjadi dosa jariyah jika terus ditiru setelah ia meninggal.
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله ﷺ:
"كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ."
(متفق عليه)
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Menyumbang untuk Kegiatan Haram
Misalnya membantu dana untuk pembangunan klub malam, film yang menormalisasi maksiat, atau platform judi online. Selama hasilnya digunakan untuk hal haram, dosa jariyah tetap mengalir.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ:
"إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا."
(رواه مسلم، رقم 1015)
“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim, no. 1015)
🌿 Kesimpulan
Dosa jariyah adalah dosa yang terus mengalir karena dampak buruk suatu perbuatan masih berlangsung, walau pelakunya telah meninggal.
Di zaman modern dan dalam konteks masyarakat Indonesia — terutama lewat media sosial, hiburan, dan teladan sosial — sangat mudah dosa jariyah terjadi tanpa disadari.
Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya gara berhati-hati, jangan sampai terjebak melakukan dosa ini.
Pertama, Bahaya orang yang mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).
Orang ini, tidak ajak-ajak orang lain untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk melakukan maksiat seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang dengan harapan banyak orang menirunya atau menyebarkannya.
Pertama, Bahaya orang yang mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء
Orang ini, tidak ajak-ajak orang lain untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk melakukan maksiat seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang dengan harapan banyak orang menirunya atau menyebarkannya.
Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kedzaliman di alam ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا
Anda bisa bayangkan, orang yang pertama kali mendesain rok mini, pakaian you can see, kemudian dia sebarkan melalui internet, lalu ditiru banyak orang. Sekalipun dia tidak ngajak khlayak untuk memakai rok mini, namun mengingat dia yang mempelopori gambar-gambar itu, kemudian banyak orang yang meniru, dia mendapatkan kucuran dosa semua orang yang menirunya, tanpa dikurangi sedikitpun.
Kedua, mengajak melakukan kesesatan dan maksiat
Dia mengajak masyarakat untuk berbuat maksiat, meskipun bisa jadi dia sendiri enggan melakukan maksiat itu. Merekalah para juru dakwah kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Anda bisa perhatikan para propagandis yang menyebarkan aliran sesat, menyebarkan pemikiran menyimpang, menyerukan masyarakat untuk menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan masyarakat untuk memusuhi dakwah tauhid dan sunah, merekalah contoh yang paling mudah terkait hadis di atas.
Cara Bertaubat dari Dosa Jariyah
Yaitu dengan cara bersungguh-sungguh bertaubat, jika sudah menyebarkan kejelekan, maka berusaha menghilangkannya dan mencari agar dihapus. Jika sudah mengajarkan, maka berusaha memperbaiki dan menyebarkan koreksi dari kesalahan yang ia sebar.
Jika sudah bertaubat, maka sudah tidak ada dosa lagi. Dalam hadits:
Jika sudah berusaha mencari, tapi yang kita sebarkan tidak ditemukan, semoga ini dimaafkan karena sudah di luar kemampuan hamba dan bertakwa semampu kita:
Allah berfirman,
“Allah tidak membebani jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya.” (Al-Baqarah ayat 286).
Yaitu dengan cara bersungguh-sungguh bertaubat, jika sudah menyebarkan kejelekan, maka berusaha menghilangkannya dan mencari agar dihapus. Jika sudah mengajarkan, maka berusaha memperbaiki dan menyebarkan koreksi dari kesalahan yang ia sebar.
Jika sudah bertaubat, maka sudah tidak ada dosa lagi. Dalam hadits:
اَلتَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
“Orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya (dengan sungguh-sungguh) adalah seperti orang yang tidak punya dosa“. [HR Ibnu Majah no. 4250, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah]
Jika sudah berusaha mencari, tapi yang kita sebarkan tidak ditemukan, semoga ini dimaafkan karena sudah di luar kemampuan hamba dan bertakwa semampu kita:
Allah berfirman,
ﻻَ ﻳُﻜَﻠِّﻒُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﻧَﻔْﺴًﺎ ﺇِﻻَّ ﻭُﺳْﻌَﻬَﺎ