RASA TAKUT adalah TAKWA
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan kepada kita tentang
sifat khusus dari orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang menjadi kecintaan
Allah dan dimulikan di sisi-Nya. Sifat khusus yang merupakan karakter khas
orang-orang yang beriman, berilmu, dan memiliki sifat ihsan. Yaitu sifat
khasy-yah. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ
آتَيْنَا مُوسَىٰ وَهَارُونَ الْفُرْقَانَ وَضِيَاءً وَذِكْرًا لِّلْمُتَّقِينَ
(48) الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِالْغَيْبِ وَهُم مِّنَ السَّاعَةِ
مُشْفِقُونَ (49)
“Dan sesungguhnya telah Kami
berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi
orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan
mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya)
hari kiamat.” [Quran Al-Anbiya: 48-49].
Khosyyatullah artinya adalah rasa
takut kepada Allah disertai dengan pengagungan kepada-Nya karena pengenalan
seorang hamba tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sifat khosy-yah ini dipuji oleh
Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya,
إِنَّمَا
يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا
“Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” [Quran Fatir: 28]
Rasa khosy-yah seorang hamba
berbanding lurus dengan pengetahuannya tentang Allah. Semakin ia mengenal
Allah, maka semakin bertambah khosy-yahnya kepada Allah. Hingga ia mencapai derajat
yang tertinggi yaitu derajat ihsan. Ia beribadah kepada Allah seakan-akan
melihat Allah. Inilah orang-orang yang surga itu didekatkan kepada mereka.
Mereka mendapat janji ampunan dari Allah. Dan Allah tidak akan mungkin
menyelesihi janji-Nya.
وَأُزْلِفَتِ
الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ (31) هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ
أَوَّابٍ حَفِيظٍ (32) مَّنْ خَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ
مُّنِيبٍ (33)
“Dan didekatkanlah surga itu
kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka).
Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu
kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu)
orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya)
dan dia datang dengan hati yang bertaubat.” [Quran Qaf: 31-33].
Allah Jalla wa ‘Ala juga
berfirman,
إِنَّ
الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِالْغَيْبِ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang
takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh
ampunan dan pahala yang besar.” [Quran Al-Mulk: 12].
Orang-orang yang memiliki sifat
khsy-yah akan mudah tersadar tatkala diberi nasihat dan peringatan. Karena rasa
takut mereka kepada Allah adalah rasa takut yang sebenarnya. Bukan rasa takut
yang muncul karena riya’. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا
تُنذِرُ ٱلَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُم بِٱلْغَيْبِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ
“Sesungguhnya yang dapat kamu
beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun)
mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan shalat.” [Quran Fatir: 18].
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
“Tujuh golongan yang dinaungi
Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
-Beliau menyebutkan di antaranya-
وَرَجُلٌ
دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ
“Seorang laki-laki yang diajak
berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia
berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’”
Dan
وَرَجُلٌ
ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Seseorang yang berdzikir kepada
Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” [Muttafaqun ‘alaih].
Takut kepada Allah ada dua jenis:
Pertama: rasa
takut seorang hamba akan balasan dari Allah akibat dosa yang telah ia kerjakan
atau kewajiban yang ia tinggalkan. Sehingga buah dari rasa takut seperti ini,
seseorang akan senantiasa menjaga batas-batas yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Ia menjaga diri dari maksiat dan sebab-sebab yang bisa mengantarkannya untuk
berbuat maksiat.
Seorang imam dari generasi
tabi’in, Said bin Jubair rahimahullah, mengatakan,
إِنَّ
الخَشْيَةَ أَنْ تَخْشَى اللهَ حَتَّى تَحُوْلَ خَشْيَتُهُ بَيْنَكَ وَبَيْنَ
مَعْصِيَتِهِ، فَتِلْكَ الخَشْيَةُ
“Sesungguhnya yang dimaksud
dengan khasy-yah adalah engkau takut kepada Allah hingga rasa takut tersebut
menghalangimu untuk berbuat maksiat. Itulah khasy-yah.”
Di antara kiat agar kita bisa memiliki sifat khos-yah ini adalah seseorang harus memiliki perasaan senantiasa diawasi oleh Allah terutama dalam kondisi sepi dan menyendiri. Ia senantiasa menghadirkan perasaan bahwasanya Allah mengetahui apa yang disembunyikan oleh hati. Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan,
أوصيكم
بالله، إذا بالله خلوتم
“Kuingatkan kalian kepada Allah,
tatkala kalian hanya berdua-duaan saja dengan Allah (sendirian).”
Menahan jiwa kita dari perbuatan
dosa menjadi sebab tertahan pula gerak-gerik anggota badan. Siapa yang merasa
diawasi Allah tatkala dalam kondisi sendirian, maka Allah akan menjaga anggota
badannya untuk tidak berbuat dosa saat ia di tengah keramaian. Bahkan Allah jaga
dalam kondisi sepi maupun ramai. Allah beri taufik untuk berhenti pada
Batasan-batasan-Nya.
Kedua: Rasa
takut seorang hamba kepada Allah kalau Allah tidak menerima amal ketaatan yang
telah ia kerjakan. Inilah rasa takut atau khosy-yah yang dimiliki oleh para
wali-wali Allah yang bertakwa. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
إِنَّ
الَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ (57) وَالَّذِينَ هُم
بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ (58) وَالَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ
(59) وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ
رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ (60) أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا
سَابِقُونَ (61)
“Sesungguhnya orang-orang yang
berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, Dan orang-orang yang
beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, Dan orang-orang yang tidak
mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun), Dan orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena
mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka
itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang
segera memperolehnya.” [Quran Al-Mukminun: 57-61].
Abdullah bin Abbas radhiallahu
‘anhuma menafsirkan firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ
يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ
رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan
apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu
bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.”
Ia mengatakan,
المُؤْمِنُ
يُنْفِقُ مَالَهُ وَيَتَصَدَّقُ، وَقَلْبُهُ وَجِلٌ أَنَّهُ إِلَى رَبِّهِ رَاجِعٌ.
“Seorang mukmin meskipun mereka
telah menginfakkan dan menyedekahkan hartanya, namun hati mereka tetap merasa
takut karena mereka akan kembali menuju Rab mereka.”
Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Demi Allah, mereka adalah orang-orang yang mengamalkan ketaatan dan bersungguh-sungguh mengerjakannya. Namun mereka takut amalan mereka ditolak tidak diterima.”
Beliau juga mengatakan,
إِنَّ
المُؤْمِنَ جَمَعَ إِحْسَانًا وَشَفَقَةً، وَإِنَّ المُنَافِقَ جَمَعَ إِسَاءَةً
وَأَمْنًا
“Sungguh orang yang beriman itu
menghimpun pada diri mereka berbuat kebajikan dan perasaan khawatir. Sementara
orang-orang munafik itu menghimpun pada diri mereka berbuat maksiat tapi merasa
aman (dari hukuman).”
فَلَا
يَأْمَنُ مَكْرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
“Tiada yang merasa aman dan azab
Allah kecuali orang-orang yang merugi.” [Quran Al-A’raf: 99].
Seorang tabi’in yang mulia,
Masruq bin Ajda’i al-Hamdani mengatakan,
كَفَى
بِالْمَرْءِ عِلْمًا أَنْ يَخْشَى اللَّهَ وَكَفَى بِالْمَرْءِ جَهْلًا أَنْ
يُعْجَبَ بِعِلْمِهِ
“Cukuplah seseorang dianggap
berilmu jika ia takut kepada Allah, dan cukuplah seseorang dianggap bodoh jika
ia bangga dengan ilmunya.”
نَفَعَنِي اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِهَدْيِ كَتَابِهِ وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ.