"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Empat Buah Iman di Dunia


Empat Buah Iman di Dunia


Meningkatkan iman dan takwa itu bukan perkara mudah. Upaya itu akan membawa kita pada proses yang begitu panjang, menempuh jalan yang begitu terjal, dan ujian yang begitu berat.
Oleh karena itu, Allah subhanahu wata’ala pun juga tidak tanggung-tanggung dalam memberi balasan terbaik bagi orang-orang beriman yang memiliki kesungguhan maksimal dalam iman dan takwanya.

Allah subhanahu wata’ala menyebutkan karakter orang beriman di dalam al-Quran sebagai berikut:
Pertama: Ketika teringat atau disebutkan nama Allah subhanahu wata’ala, hatinya bergetar.
Kedua: Jika dibacakan ayat-ayat Allah subhanahu wata’ala, imannya bertambah.
Ketiga: Tawakal hanya kepada Allah subhanahu wata’ala.
Keempat: Disiplin melaksanakan shalat.
Kelima: Gemar berinfak.

Apa janji Allah subhanahu wata’ala bagi hamba-Nya yang memiliki karakter tersebut?

Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam al-Quran surat al-Anfal ayat 4:

اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ

“Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat (tinggi) di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”

4 Buah Iman di Dunia

Iman yang tertanam dalam diri seseorang akan menghasilkan buah yang dapat ia petik ketika masih di dunia.

Buah Iman Pertama: Iman melahirkan akhlak yang Baik

Iman yang tertanam dengan baik dalam diri seseorang akan melahirkan akhlak karimah. Melahirkan hubungan sosial yang baik dan positif baik dalam lingkup hubungan masyarakat maupun lingkup keluarga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi, hadits nomor 1162,

أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُهُمْ خِيَارُهُمْ لِنِسَائِهِمْ

“Orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling berlaku baik terhadap istrinya.”

Buah Iman Kedua: Iman menyelamatkan diri dari dosa lisan

Keimanan yang tertanam baik akan melahirkan lisan yang terjaga. Semakin baik kualitas iman seseorang maka lisannya semakin terjaga. Terjaga dari segala bentuk perkataan kotor, kasar, ucapan-ucapan dosa, dan kalimat-kalimat yang dapat menjerumuskannya ke dalam neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi, hadits nomor 1977,

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

“Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji (buruk akhlaknya), dan bukan orang yang kotor ucapannya.”

Buah Iman Ketiga: Iman melahirkan keluarga sakinah

Apakah Anda ingin membangun keluarga yang sakinah? Maka perbaikilah kualitas iman Anda dan keluarga.

Apakah Anda ingin agar hubungan suami istri menjadi baik dan kokoh? Maka perbaikilah kualitas iman Anda.

Iman yang berkualitas akan melahirkan keluarga yang sakinah, keluarga yang dibimbing dan dilindungi oleh Allah subhanahu wata’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim, hadits nomor 1469,

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Seorang suami mukmin tidak boleh membenci istri mukminah, sebab apabila dia membenci satu akhlak dari istrinya tersebut maka dia pasti ridha dengan akhlaknya yang lain.”

Buah Iman keempat: Iman Melahirkan Kehidupan Berkualitas

Kehidupan dunia ini hanya sementara. Maka, mari kita berikhtiar semaksimal mungkin mewujudkan kehidupan yang baik dan berkualitas.

Jika Anda berpikiran bahwa kehidupan yang baik adalah kehidupan yang dihiasi dengan harta berlimpah, jabatan yang tinggi, status sosial yang mulia, maka itu adalah cara pandang hidup yang keliru.

Kehidupan yang baik dan berkualitas hanya dapat kita wujudkan dengan meningkatkan kualitas iman kita.

Mari kita renungi betul betul firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat an-Nahl ayat 97 ini,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Iman itu tersusun dari perkataan lisan, keyakinan dalam hati, dan amal perbuatan. Tiga penyusun iman ini tidak boleh kita pisah-pisahkan. Jika hilang salah satu, maka hilang pula kesempurnaan iman.

Penilaian Allah subhanahu wata’ala bukan pada hasil, akan tetapi penilaian Allah subhanahu wata’ala terletak pada kualitas usaha kita dalam meraih ridha-Nya.

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah memberi nasehat kepada kita semua, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Syaibah dalam kita al-Mushannaf juz 13 hadits nomor 504,

لَيْسَ الْإِيمَانُ بِالتَّحَلِّي وَلَا بِالتَّمَنِّي؛ وَلَكِنْ مَا وَقَرَ فِي الْقَلْبِ وَصَدَّقَتْهُ الْأَعْمَالُ

“Iman itu bukan dengan angan-angan dan hiasan bibir saja, akan tetapi iman adalah yang menetap dalam hati dan dibenarkan dengan amal perbuatan.”

Label