Penyebab Orang Sulit Bersyukur
Seorang muslim wajib mensyukuri nikmat yang ia peroleh. Allah ta’ala berfirman :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Dalam ayat ini, Allah ta’ala memerintahkan kepada kita untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan dan melarang kita untuk berbuat kufur. Bahkan di ayat yang lain Allah mengancam orang-orang yang berbuat kufur dengan adzab yang pedih.
Sebagaimana dalam firman Nya :
“… dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7)
Di antara penyebab orang sulit bersyukur atau terjerembab ke dalam pusaran kufur nikmat adalah :
Pertama, Memakan Rizki Haram
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Di antara penyebab orang sulit bersyukur atau terjerembab ke dalam pusaran kufur nikmat adalah :
Pertama, Memakan Rizki Haram
Ketika hati ini sulit untuk bersyukur, perlu dicek; apakah ada sumber nafkah atau bahkan asupan yang haram masuk ke dalam tubuh kita?. Karena halal atau haramnya apa yang masuk ke dalam tubuh kita dapat berpengaruh terhadap perilaku kita sehari-hari. Firman Allah SWT :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Kedua, tidak menyadari bahwa semuanya dari Allah.
Ada orang yang berfikir bahwa rizkinya itu diperoleh karena usahanya sendiri saja, tidak ada campur tangan Allah. Kalau sekarang hidupnya kaya dan sangat mapan karena dirinya bekerja keras.
padahal, Jika bukan karena kasih sayang Allah, bisa jadi hidup akan terasa sulit dan hati menjadi semakin sempit, sebagaimana firman-Nya :
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl, 16:78).
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53)
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Ketiga, menghendaki balasan duniawi semata.
Bagi mereka yang hanya mengharapkan pahala dunia, maka harta dan segala macam kemewahan dunia itu lebih penting dari apapun.
Jangankan untuk bersyukur, untuk sekadar mengingat Allah saja pasti akan sangat sulit, karena yang ada dipikirannya hanyalah urusan dunia saja.
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ۗ وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
“Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran, 3:145).
Keempat, karena kesombongan.
Kesombongan adalah salah satu musuh besar setiap orang. Orang yang sombong bagaimana mau mungkin bisa bersyukur.
وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَٰؤُلَاءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا ۗ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
Kelima, karena godaan syetan.
Syetan itu, sampai nanti akhir kehidupan akan terus menggoda umat manusia. Kalau kita tidak terus-menerus memperbaharuhi iman dipastikan langsung terbawa arus godaannya.
Janji Iblis ini Allah abadikan di dalam Alquran:
قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ * ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” [Quran Al-A’raf: 16-17]
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan kondisi manusia yang sering lupa dengan nikmat-nikmat-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya,
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
Demikian juga firman Allah Ta’ala,
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dalam firman-Nya yang lain,
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٌ
Kata Hasan al-Bashri tatkala menafsirkan ayat ini, “Manusia banyak mengingat-ingat musibah dan melupakan nikmat-nikmat.”