Bagaimana Membedakan Adab dan Akhlak?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bahkan dengan akhlak mulia, seseorang bisa menyamai kedudukan (derajat) orang yang rajin berpuasa dan rajin shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
⭐ ADAB & AKHLAK
Dalam tradisi Islam, pembahasan tentang adab dan akhlak sering terdengar, namun tidak selalu dipahami secara mendalam. Banyak yang mengira bahwa keduanya sama, padahal para ulama memisahkan keduanya secara metodologis:
- Adab diperoleh melalui proses ta‘allum (belajar, pendidikan, pembiasaan kognitif).
- Akhlak diperoleh melalui ta‘abbud (ibadah, tazkiyah, mujahadah jiwa).
Inilah yang disimpulkan sebagian ulama dalam ungkapan:
الأدَبُ يُكْتَسَبُ بِالتَّعَلُّمِ، وَالأَخْلَاقُ تُكْتَسَبُ بِالتَّعَبُّدِ
“Adab diperoleh dengan belajar, sedangkan akhlak diperoleh dengan ibadah.”
Al-Ghazali mengatakan:
- sikap, tutur kata, dan tingkah laku lahir
- hasil proses belajar (التعلُّم)
- dapat diajarkan, dicontohkan, dipraktikkan
1. Adab Muncul dari Cahaya Ilmu & Tuntunan Nabi
Ibn al-Qayyim memandang bahwa adab adalah penerapan ilmu:
الأدبُ هو الدِّينُ كُلُّهُ
Maksud beliau: agama dipraktikkan melalui adab.
Adab berkaitan dengan:
- cara shalat,
- cara berbicara,
- cara berinteraksi,
- cara memuji Allah,
- cara mengikuti Sunnah.
Ibn al-Qayyim berkata:
الأدبُ مع اللهِ أصلُ الأدبِ كلِّه
Adab bisa diajarkan dan dipelajari melalui:
- Ilmu.
- Teladan Nabi ﷺ.
- Guru dan lingkungan saleh.
2. Akhlak Berakar dari Kebersihan Hati
Secara bahasa:
dari kata خَلْق yang berarti “ciptaan”, sesuatu yang mengakar dalam diri.
Al-Ghazali mendefinisikan dalam Iḥyā’:
هِيَ هَيْئَةٌ رَاسِخَةٌ فِي النَّفْسِ تَصْدُرُ عَنْهَا الْأَفْعَالُ بِسُهُولَةٍ وَيُسْرٍ
“Akhlak adalah sifat yang tertanam kuat dalam jiwa, yang darinya perbuatan keluar dengan mudah tanpa perlu dipikirkan.”
فَإِنَّ حُسْنَ الخُلُقِ مِنْ آثَارِ صَلَاحِ القَلْبِ، وَصَلَاحُ القَلْبِ مِنْ آثَارِ التَّعَبُّدِ لِلَّهِ
Ini adalah inti pemikiran Ibn al-Qayyim:
➡ Akhlak = Refleksi batin
➡ Batin = dibentuk oleh ibadah & tauhid
Maka seseorang tidak bisa memperbaiki akhlak hanya dengan ceramah, motivasi, atau teori tanpa ibadah.
3. Adab ≠ Akhlak
Walaupun saling berkaitan, Ibn al-Qayyim membedakan keduanya secara metodologis:
ADAB = amalan lahiriah yang mengikuti petunjuk
Dicapai melalui:
➡ ta‘allum (belajar)
➡ memahami syari‘at
➡ melihat teladan
AKHLAK = kondisi batin yang memunculkan perbuatan secara spontan
Dicapai melalui:
➡ ta‘abbud (ibadah)
➡ mujāhadah (melawan hawa nafsu)
➡ tazkiyah (penyucian hati)
Ibn al-Qayyim berkata:
وَالأَخْلَاقُ مِنْ نَتَائِجِ تَزْكِيَةِ النَّفْسِ
“Akhlak adalah hasil dari penyucian jiwa.” (Ighatsah, 1/84)
4. Kunci Akhlak Menurut Ibn al-Qayyim: Keikhlasan & Mujahadah
Dalam Madarij as-Salikin, beliau menjelaskan:
لا يَصِلُ العَبْدُ إلى مَقَامِ الإِحْسَانِ إِلَّا بِالمُجَاهَدَةِ
“Seorang hamba tidak akan sampai kepada derajat ihsan kecuali dengan mujahadah (bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu).” (Madarij, 3/15)
Mujahadah menghasilkan:
- ➤ sabar
- ➤ tawadhu’
- ➤ pemaaf
- ➤ jujur
- ➤ syukur
- ➤ ridha
Semua ini disebut Ibn al-Qayyim sebagai buah ibadah yang benar.
5. Kunci Adab Menurut Ibn al-Qayyim: Mengikuti Sunnah
Dalam Zad al-Ma‘ad, Ibn al-Qayyim banyak menjelaskan adab Nabi ﷺ, misalnya:
- adab berdoa,
- adab tidur,
- adab makan,
- adab safar,
- adab berbicara,
- adab berinteraksi.
Beliau menegaskan:
مَنْ تَأَدَّبَ بِأَدَبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ فَازَ
“Siapa yang beradab dengan adab Nabi ﷺ pasti beruntung.”
(Zād al-Ma‘ād, 1/20)
Adab menjadi framework (Landasan, Pola dasar, kerangka) perilaku lahiriah penuntut ilmu dan orang beriman.
6. Contoh Perbedaan Adab vs Akhlak Menurut Ibn al-Qayyim
A. Contoh Adab (lahiriah):
Adab ketika berdoa:
رفع اليدين، خفض الصوت، حضور القلبAdab berbicara:
tidak memotong ucapan, tidak meninggikan suara.Adab membaca Al-Qur’an:
tartil, khusyuk, tidak tergesa-gesa.Adab majelis ilmu:
duduk sopan, menghormati guru.
➡ Semua ini dipelajari dari Sunnah & ilmu.
B. Contoh Akhlak (batiniah):
- Tawadhu’ yang tulus.
- Sabar ketika diuji orang.
- Pemaaf meski mampu membalas.
- Jujur meski berat.
- Ikhlas tanpa berharap pujian.
➡ Semua ini buah ibadah, bukan sekadar teori.
Ibn al-Qayyim berkomentar:
لَا يَصْدُرُ حُسْنُ الخُلُقِ إِلَّا مِنْ قَلْبٍ تَقِيٍّ نَقِيٍّ
“Akhlak yang baik tidak keluar kecuali dari hati yang bertakwa dan bersih.”
(Madarij, 2/308)
7. Bagaimana Melatih Akhlak Menurut Ibn al-Qayyim?
Beliau memberikan metode tazkiyah yang paling praktis:
1. Membiasakan ibadah dengan khusyuk
Karena lalai dalam ibadah = lalai dalam akhlak.
2. Menjauhi dosa
Dosa mengeraskan hati → hati keras = akhlak rusak.
3. Memperbanyak dzikir
Dzikir menghidupkan hati.
Hati hidup = akhlak lembut.
Ibn al-Qayyim berkata:
الذِّكْرُ يُعْطِي القَلْبَ قُوَّةً وَحَيَاةً
“Dzikir memberikan kekuatan dan kehidupan bagi hati.”
(Al-Wabil ash-Shayyib, 1/80)
4. Muraqabah (merasa diawasi Allah)
Menyadari Allah melihat → mencegah sifat buruk.
5. Mujahadah (menahan amarah & hawa nafsu)
Beliau menulis:
المجاهدةُ أساسُ كُلِّ مقاماتِ السائرين إلى الله
“Mujahadah adalah dasar seluruh tingkatan perjalanan menuju Allah.”
(Madarij, 3/10)
8. Bagaimana Mempelajari Adab Menurut Ibn al-Qayyim?
Metodenya tiga:
1. Mengikuti Sunnah Nabi ﷺ
Sunnah = manual adab.
2. Belajar dari para ulama dan guru
Adab ditransmisikan melalui keteladanan.
3. Membiasakan diri
Adab dipraktikkan hingga menjadi kebiasaan.
Ibn al-Qayyim berkata:
العادَةُ تُقَلِّدُ الطَّبْعَ
“Kebiasaan akan melekat seperti tabiat.”
(Madarij, 2/255)
KESIMPULAN BESAR MENURUT IBN AL-QAYYIM
⭐ Adab = dipelajari
melalui ilmu, Sunnah, teladan, dan pembiasaan.
⭐ Akhlak = dilatih
melalui ibadah, mujahadah, dan tazkiyah hati.
⭐ Adab = tubuh, Akhlak = ruh
Keduanya harus bersatu agar seseorang menjadi hamba Allah yang sempurna.
