"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Keimanan yang berkaitan dengan Hujan


KEIMANAN YANG BERKAITAN DENGAN HUJAN

Kajian Dalil-dalil Shahih dan Penjelasan Ulama

PENDAHULUAN

Hujan bukan sekadar fenomena meteorologi, namun dalam Islam ia adalah tanda tauhid, bukti kekuasaan Allah, bagian dari takdir, serta ujian dan rahmat bagi manusia. Karena itu, para ulama memasukkan pembahasan hujan dalam aqidah iman kepada Allah, kepada qadha-qadar, dan kepada hal-hal ghaib.

1. HANYA ALLAH YANG MENURUNKAN HUJAN
A. Dalil Al-Qur'an 
1. QS. Fâthir (35): 2
مَا يَفْتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
Artinya: “Apa saja yang Allah bukakan bagi manusia berupa rahmat, tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang Allah tahan maka tidak ada yang dapat melepaskannya. Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Para mufassir seperti Ibn Katsîr menyebut “rahmat” di sini mencakup hujan karena hujan adalah salah satu bentuk rahmat terbesar.

2. QS. An-Nûr (24): 43
﴿ أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُزْجِى سَحَابًۭا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُۥ ثُمَّ يَجْعَلُهُۥ رُكَامًۭا فَتَرَى ٱلْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَـٰلِهِ … ﴾
Artinya: “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menggerakkan awan, lalu mengumpulkan antara (bagian-bagiannya), kemudian menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau melihat hujan keluar dari celah-celahnya…”

Ayat ini jelas menyandarkan turunnya hujan kepada Allah, bukan kepada alam semata.

2. TURUNNYA HUJAN TERMASUK ILMU GHAIB
A. Dalil Al-Qur'an - QS. Luqmân (31): 34
﴿ إِنَّ اللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ … ﴾
Artinya: “Sesungguhnya Allah-lah yang memiliki ilmu tentang hari Kiamat, DAN DIALAH yang menurunkan hujan…”

Ini menunjukkan bahwa kapan, di mana, dan berapa banyak hujan turun adalah urusan ghaib.

B. Dalil Hadits Shahih
HR. Bukhari no. 1039
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: مَفَاتِحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ… وَلَا يَعْلَمُ أَحَدٌ مَا يُغْدِي الْغَدَ… وَلَا يَعْلَمُ أَحَدٌ مَتَى يُنْزِلُ الْغَيْثَ…
Artinya: Nabi ﷺ bersabda: “Kunci-kunci perkara ghaib ada lima yang tidak diketahui kecuali Allah… Dan tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan hujan akan turun….” (Sumber: Shahih Bukhari, Kitab Tafsir)

3. ADA MALAIKAT YANG DIBERI TUGAS DALAM URUSAN HUJAN (DALAM MAKNA UMUM)
Catatan Penting:
Hadits-hadits spesifik tentang nama malaikat tertentu yang menurunkan hujan banyak yang lemah.
Namun konsep bahwa Allah menugaskan malaikat dalam pengaturan alam adalah benar.

Hadits Shahih tentang malaikat yang bertugas mengatur awan
HR. Muslim no. 2995
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: أَتَانِي رَبِّي فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ … فَقَالَ: هَلْ تَدْرِي مَا يَقُولُ الْمَلَكُ؟ قَالَ: يُنَادِي فِي السَّمَاءِ: اللهم اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ…
Artinya: Malaikat di langit memohon kepada Allah: “Ya Allah, turunkanlah hujan kepada hamba-hamba-Mu dan hewan-hewan-Mu…”

Walau bukan menunjukkan “malaikat khusus hujan”, namun menunjukkan peran malaikat dalam urusan hujan.

Kesimpulan:

Aqidah: Allah-lah yang menurunkan hujan.
Malaikat: hanyalah perantara yang taat menjalankan perintah.

4. HUJAN SUDAH DITAKDIRKAN DALAM LAUHUL MAHFÛDZ
Hadits Shahih Muslim no. 2653
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya: “Allah telah menulis seluruh takdir makhluk 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.”

Termasuk di dalam takdir itu adalah kapan hujan turun, berapa banyak, dan kepada siapa manfaatnya.

5. ISTIGHFAR ADALAH SEBAB TURUNNYA HUJAN
A. Dalil Al-Qur'an
QS. Nûh (71): 10–12
﴿ فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا (١٠) يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا (١١) وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍۢ وَبَنِينَ ﴾
Artinya: “Nuh berkata: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat. Dan akan menambah harta dan anak-anak kalian.”

Ayat ini tegas menunjukkan hubungan antara istighfar dan rizki hujan.

B. Atsar dari Hasan Al-Bashri
Seorang lelaki mengadu kekeringan, beliau menjawab:
ٱسْتَغْفِرِ اللَّهَ – “Perbanyaklah istighfar.” (Sumber: Tafsir Al-Qurthubi, 18/302)

6. PETIR DAN GUNTUR ADALAH TANDA KEKUASAAN ALLAH
A. Dalil Al-Qur’an
QS. Ar-Ra’d (13): 13
﴿ وَيُسَبِّحُ ٱلرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِۦ ﴾
Artinya: “Guntur bertasbih memuji-Nya, dan para malaikat pun bertasbih karena takut kepada-Nya.”

Ayat ini paling shahih dalam menjelaskan fenomena guntur.

B. Doa Ketika Mendengar Petir
(dari Abdullah bin az-Zubair)
سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيفَتِهِ
Artinya: “Maha suci Allah yang guntur bertasbih memuji-Nya dan para malaikat pun karena takut kepada-Nya.” (Sumber: Al-Adab Al-Mufrad, karya Al-Bukhari)

7. ENGGAN MENUNAIKAN ZAKAT MENYEBABKAN HUJAN DITAHAN

Hadits Shahih – HR. Ibn Majah no. 4019 (dishahihkan Al-Albani)
مَا مَنَعَ قَوْمٌ زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا
Artinya: “Tidaklah satu kaum menahan zakat harta mereka kecuali Allah menahan hujan dari langit. Bila bukan karena hewan-hewan (yang butuh air), niscaya hujan sama sekali tidak akan turun kepada mereka.”

Hadits ini shahih, dan menunjukkan hubungan antara ketaatan sosial dan keberkahan alam.

8. ADAB KETIKA HUJAN
1. Membaca doa ketika hujan:
HR. Bukhari no. 1032
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat.”

2. Doa setelah hujan reda:
HR. Bukhari no. 1033
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ
Artinya: “Kita diberi hujan ini berkat karunia dan rahmat Allah.”

Ini sekaligus bantahan terhadap keyakinan jahiliyah yang mengaitkan hujan dengan bintang-bintang.

3. Tidak mencaci hujan
Karena hujan adalah rahmat Allah.

4. Dianjurkan menampakkan diri sedikit saat hujan pertama
HR. Muslim no. 898
Nabi ﷺ membuka pakaiannya untuk terkena hujan. Beliau bersabda:
"لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ"
“Karena hujan itu baru saja diciptakan oleh Rabb-nya.”

9. HIKMAH KEIMANAN DARI HUJAN

  • Menguatkan tauhid – bahwa alam tunduk kepada Allah, bukan bergerak sendiri.
  • Menguatkan iman kepada qadar – takdir hujan telah ditulis.
  • Mendorong taubat – karena istighfar adalah sebab turunnya hujan.
  • Mendorong sedekah & zakat – karena kedurhakaan sosial mempengaruhi keberkahan alam.
  • Mendorong kepedulian lingkungan – Islam memandang alam sebagai amanah.
  • Menyadarkan manusia pada kelemahan diri – meskipun teknologi berkembang, tetap tidak bisa memastikan hujan secara pasti.

10. KESIMPULAN BESAR

Hujan adalah rahmat, tanda kekuasaan Allah, dan bagian dari iman.
Dalil shahih menunjukkan:
  • Allah-lah yang menurunkan hujan
  • Hujan termasuk perkara ghaib
  • Malaikat menjalankan perintah Allah dalam pengaturan alam
  • Hujan telah ditulis dalam takdir
  • Istighfar dan zakat mempengaruhi keberkahan hujan
  • Petir dan guntur adalah tanda kebesaran Allah
  • Seorang mukmin mesti melihat hujan sebagai sarana syukur, taubat, tawakal, dan menghidupkan sunnah.

Disclaimer: Islam Bukan Anti Ilmu Pengetahuan, Termasuk Astronomi dan Meteorologi

Islam tidak pernah melarang mempelajari fenomena alam seperti pergerakan awan, tekanan udara, angin, kelembapan, atau siklus hidrometeorologi yang dikaji oleh meteorologi dan astronomi. Bahkan, Islam mendorong umatnya untuk meneliti dan memahami tanda-tanda kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya.

Justru Al-Qur’an berulang kali memerintahkan manusia untuk mengamati, meneliti, dan memahami alam semesta, seperti:
اِنَّ فِىۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ وَاخۡتِلَافِ الَّيۡلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الۡاَلۡبَابِ ۚۖ‏ ١٩٠
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang berakal.” (Ali ‘Imran: 190)

وَفِى ٱلسَّمَآءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan di langit terdapat sebab-sebab rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu.” (Adz-Dzariyat: 22)

Ayat-ayat ini menjadi dasar bahwa Islam sangat pro-ilmu pengetahuan, termasuk ilmu atmosfer dan ilmu falak.

Bagaimana Islam Mengatur Pemahaman tentang Hujan?
1. Ilmu meteorologi menjelaskan mekanisme turunnya hujan
Hujan terjadi karena:
  • evaporasi,
  • kondensasi,
  • tekanan udara,
  • angin,
  • perubahan suhu,
  • pergerakan awan cumulonimbus, dll.
Ini adalah sebab-sebab ilmiah (asbâb kauniyyah) yang benar, nyata, dapat diukur dan dibuktikan.

Dalam Islam:
👉 Mengakui sebab alamiah = boleh, bahkan dianjurkan
👉 Namun meyakini sebab tersebut bekerja mandiri tanpa izin Allah = syirik

2. Islam menegaskan yang menciptakan dan mengatur hujan tetap Allah
Al-Qur’an sangat jelas:
وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ
“Dan Kami turunkan dari langit air (hujan) dengan suatu ukuran.” (QS. Al-Mu’minun: 18)

Meteorologi menjelaskan bagaimana hujan turun.
Allah menjelaskan Siapa yang mengizinkan hujan turun.
Ini bukan pertentangan — keduanya saling melengkapi.

Dimana Letak Kesalahpahaman yang Diluruskan Islam?

Rasulullah ﷺ mengecam keyakinan jahiliyah yang menyebut hujan turun karena bintang tertentu, seperti hadits:
مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا
“Kita diberi hujan karena bintang ini dan itu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kesalahan mereka bukan pada mengamati bintang,
tetapi pada meyakini bintang memiliki kuasa menurunkan hujan.

Dalam aqidah Islam:
Boleh mengatakan: “Hujan turun karena ada awan dari arah barat, tekanan turun, suhu lembap.”
Tidak boleh mengatakan: “Awan ini pasti mendatangkan hujan tanpa kehendak Allah.”
Tidak boleh mengatakan: “Hujan turun karena kekuatan bintang atau alam.”

Korelasi Islam dengan Ilmu Alam: Bukan Konflik, Justru Selaras

1. Meteorologi = mengkaji hukum sebab-akibat
Meteorologi menjelaskan fenomena alam berdasarkan sunnatullah (hukum alam yang Allah tetapkan).
2. Islam = menegaskan bahwa Allah adalah pencipta hukum alam
Contoh:
Api membakar → sunnatullah
Awan membawa hujan → sunnatullah
Tapi keduanya hanya bekerja dengan izin Allah (Ibrahim: 27).

Analogi Mudah & Tepat

📌 Meteorologi = mempelajari “mesin” hujan
📌 Tauhid = mengakui “pemilik dan pengendali” mesin tersebut adalah Allah

Mempelajari mesin sama sekali tidak mengurangi kemuliaan Sang Pencipta.
Justru semakin detail manusia memahami sistem hujan, semakin kuat keyakinannya bahwa sistem ini mustahil terjadi tanpa kehendak Allah.

Pandangan Para Ulama tentang Ilmu Astronomi & Meteorologi
Para ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sepakat bahwa mempelajari sebab-sebab alam tidaklah bertentangan dengan akidah, bahkan termasuk “ilmu yang mubah dan bermanfaat”.

Imam Ibn Taymiyyah (Majmu’ Fatawa, 32/239) berkata:

“Mengetahui tanda-tanda alam bukanlah syirik. Yang syirik adalah meyakini bahwa tanda itu dapat menciptakan atau menurunkan hujan tanpa izin Allah.”
Artinya:
Mempelajari awan, angin, suhu → boleh
Menyimpulkan hujan terjadi karena sistem atmosfer → boleh
Meyakini sistem tersebut bekerja tanpa campur tangan Allah → haram

Imam Ibn Qayyim dalam Miftah Dar As-Sa’âdah menjelaskan:
“Meneliti tanda-tanda kekuasaan Allah pada makhluk-Nya adalah ilmu yang menguatkan iman. Karena melalui alam, seseorang melihat kesempurnaan ciptaan Allah.”
Ini menegaskan bahwa meteorologi, klimatologi, dan astronomi menguatkan iman — bukan melemahkannya.

Syaikh Ibn ‘Utsaimin dalam Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyyah mengatakan:

“Tidak masalah kita mengatakan bahwa hujan turun karena terbentuknya awan. Yang dilarang adalah mengatakan bahwa awan sendiri yang menurunkan hujan.”
Ini disiplin penting:
✔ Boleh menyebut sebab ilmiah
✘ Tidak boleh memberi kekuasaan independen pada sebab tersebut

Kesimpulan Discalimer
  1. Islam tidak anti meteorologi maupun astronomi.
  2. Islam membolehkan menjelaskan penyebab ilmiah turunnya hujan.
  3. Yang dilarang adalah meyakini sebab-sebab alam bekerja mandiri tanpa Allah.
  4. Ilmu pengetahuan dan iman kepada Allah dalam fenomena hujan saling melengkapi, bukan bertentangan.
  5. Semakin mendalam seseorang mempelajari alam, semakin nyata tanda-tanda kekuasaan Allah.

Label