"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

"Hadits Shahih adalah Madzhab-ku" (Imam As-Syafi'i)

Hati Adalah ...

Hati Adalah ...



Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ»

“Ketahuilah, bahwa dalam setiap tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh badannya, namun jika segumpal daging tersebut rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya.” [Muttafaqun ‘alaihi]

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Jika hati tersebut baik, tidak ada padanya melainkan kecintaan dia kepada Allah dan kecintaan kepada hal-hal yang dicintai-Nya, padanya rasa takut kepada Allah dan takut terjatuh kedalam hal-hal yang Allah benci, maka akan baik pula gerakan (amalan) seluruh tubuhnya, akan membuahkan dari hati yang baik tersebut (kekuatan) untuk meninggalkan segala hal yang diharamkan. Dia mampu melindungi (dirinya) dari syubhat, waspada agar tidak terjatuh kedalam perkara yang diharamkan. Adapun jika hatinya rusak, hatinya dikuasai oleh hawa nafsu dan lebih mengikuti apa yang diinginkan nafsunya meskipun Allah membencinya, maka akan rusak pula amalan tubuhnya, mendorongnya untuk berbuat kemaksiatan dan melakukan hal-hal yang masih syubhat sesuai dengan hawa nafsunya.

Sabda Rasulullah saw:

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ، فَمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ صَالِحٌ تَحَنَّنَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ، وَإِنَّمَا أَنْتُمْ بَنِي آدَمَ أَكْرَمُكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amalan kalian. Siapa saja yang memiliki hati yang bersih, maka Allah menaruh simpati padanya. Kalian hanyalah anak cucu Adam. Tetaplah yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling takwa (HR Al-Thabrani).

Hati Merupakan Sarangnya Iman.


Tentang hati sebagai tempat tinggalnya iman ini dijelaskan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, dalam QS Alhujurat 14;

قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ

“Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu.’’ (QS Al-Hujurat 14).

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa iman akan masuk dan bersemayam didalam hati, kalau kondisi hati kita besih maka imanpun akan nyaman dan tentram bersemayam didalam hati kita sehingga terlahirlah ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan kita, akan tetapi kalau kondisi hati kita kotor dan berantakan imanpun menjadi tidak betah, sehingga terlahirlah kegelisahan dan kerisauan dalam kehidupan kita.

Hati Merupakan Rajanya Raga.


Rasulallah shallahu ‘alahi waslam dalam sabdanya:

ألا وإنَّ في الجَسَدِ مُضْغَةً، إذا صَلَحَتْ، صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وإذا فَسَدَتْ، فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، ألا وهي القَلْبُ

“Sesungguhnya dalam hati ini ada mudgoh, (segumpal darah), bila mudgoh ini berperan dengan baik maka seluruh aktivitas anggota tubuhpun akan baik, tapi bila mudgoh ini berperan dengan buruk maka seluruh aktivitas anggota tubuhpun akan menjadi buruk. Ketahuilah mudgoh ini adalah hati.’’ (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ibnul Qoyyim juga dalam kitabnya Raudotul muhibbin wa nuzhatul musytaqiin, menukil perkataan sahabat Abu Hurairah Radiallahu ‘Anhu, dimana Abu Hurairah berkata;

القلبُ ملكٌ والأعضاءُ جنودُه، إذا طابَ الملكُ طابَتِ الجنودُ، وإذا خبِثَ الملك خبثَتِ الجنودُ

Hati adalah raja, sedangkan angota badan adalah prajuritnya, jika raja baik maka prajuritnyapun akan menjadi baik, tapi jika rajanya buruk maka prajuritnyapun akan menjadi buruk. (Raudotul Muhibbin Wa Nuzhatul Musytaqiin, Ibnul Qoyyim).

Jadi hati ini merupakan titik setral atau motorik bagi amalan-amalan seseorang, sehingga bila hati seseorang baik, maka lisannya, matanya, telinganya tangan dan kakinya akan menjadi baik dan tidak dipergunakan kecuali untuk amalan yang baik. tapi sebaliknya kalau hatinya buruk, maka matanya, lisannya, telingnya, tangan dan kakinya akan menjadi buruk dan tidak digunakan kecuali untuk amalan ang buruk.

Penilaian Allah Terpusat Pada Amalan Hati.


Sebagaimana rasulallah shallahu ‘alihi waslam bersabda:

إِنَّ الله لا يَنْظُرُ إِلى أَجْسامِكْم، وَلا إِلى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وأعمالكم. ” رواه مسلم

“Sesungguhnya Allah tidak melihat jasad-jasad kalian, rupa-rupa kalian, tapi aku melihat kepada hati hati kalian.’’ (HR Muslim. No 2564)

Bahkan amalan yang terlihat baikpun Allah tidak akan menerimanya jika hatinya tidak baik, sebagaimana Allah jelaskan dalam firmannya;

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. (QS Al-Haj 37)

Amalan Hati Lebih Utama Dari Amalan Badan, Dan Maksiat Hati Itu Lebih Besar Dari Maksiat Angota Badan.


Iman dan tauhid adalah amalan yang paling agung, tidak ada amalan yang lebih agung daripada hal tersebut, dan iman serta tauhid letaknya ada dalam hati.

kemudian kufur dan syirik merupakan dosa yang paling besar, tidak ada dosa yang lebih besar dari pada dua hal tersebut, dan kufur serta syirik letaknya ada dalam hati.

Ibnul qoyyim rahimakumullah berkta:

أعْمَالُ القُلُوْبِ هيَ الأصْلُ وَأَعْمَالُ الجَوَارِحْ تَبعٌ ومُكَمِّلَةٌ، فَمَعْرِفَةُ أحكامِ القُلُوْبِ أَهَمُّ مِنْ مَعْرِفَةِ أحكامِ الْجَوَارِحِ

Amalan hati adalah yang paling pokok dan utama, sedangkan amalan badan merupakan pengikut dan penyempurna, sehingga mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan hati itu lebih penting daripada mengetahui hukum-hukum yang berkaitan dengan badan. (Badi’iul Fawaid, Ibnul Qoyyim).

Ibnul mubarok berkata:

ربَّ عملٍ صغير تكبره النية ورب عمل كبير تصغره النية

Banyak amlan kecil yang bisa menjadi besar karna niat, dan banyak amalan besar menjadi kecil karna niat. (Tarikhul Islam, Syamsudin Ad-Dzahabi).

Allah Taála Berfirman :

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ.  إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang salim (bersih).” [QS. Asy Syu’araa’: 88-89]

Label