Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِى قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَهُ اللَّهُ فِى كِتَابِهِ : كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jika seorang mukmin berbuat satu dosa, maka diberikan satu titik hitam dalam hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkan dosa tersebut, dan memohon ampunan, maka hatinya kembali mengkilap. Namun apabila ia bertambah melakukan dosa, titik hitam itu juga bertambah, hingga akhirnya menutup hatinya. Inilah yang disebutkan Allah ‘Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.’ (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ibnu Majah; hasan)
Dosa Menutupi Hidayah (Tafsir Al-Muthaffifin :13-17)
إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَـٰتُنَا قَالَ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ (١٣) كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِہِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (١٤) كَلَّآ إِنَّہُمۡ عَن رَّبِّہِمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ لَّمَحۡجُوبُونَ (١٥) ثُمَّ إِنَّہُمۡ لَصَالُواْ ٱلۡجَحِيمِ (١٦) ثُمَّ يُقَالُ هَـٰذَا ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ (١٧
Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, “ltu adalah dongengan orang-orang yang dahuIu.” Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati meneka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Rabb mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka), “Inilah adzab yang dahulu selalu kamu dustakan.”(QS. al-Muthaffifin: 13-17)
Tafsir ayat
Setelah Allah ta’ala menjelaskan kehancuran orang-orang yang curang dalam timbangan, dan merekalah orang yang mendustakan hari akhirat, pada ayat selanjutnya Allah menjelaskan bahwa orang yang bermaksiat tidak akan mampu memahami dan menerima kebenaran, disebabkan hati mereka telah tertutup, sehingga mereka masuk ke dalam neraka.
إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَـٰتُنَا قَالَ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ
“Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, ‘Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu.’”
Ibnu Katsir menafsirkan, (1) “Yaitu, apabila mendengar Kalamullah yang dibawa oleh Rasul, dia mendustakannya dan berprasangka jelek, lalu menyakini, itulah yang dibuat-buat dan terkumpul dalam kitab orang-orang terdahulu, se- bagaimana Allah ta’ala berfirman:
وَإِذَا قِيلَ لَهُم مَّاذَآ أَنزَلَ رَبُّكُمۡۙ قَالُوٓاْ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Apakah yang telah diturunkan Rabbmu?’ Mereka menjawab, ‘Dongeng-dongeng orang-orang dahulu.’” (Q5. An-Nahl: 24)
وَقَالُوٓاْ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ ٱڪۡتَتَبَهَا فَهِىَ تُمۡلَىٰ عَلَيۡهِ بُڪۡرَةً۬ وَأَصِيلاً۬
“Dan mereka berkata, ‘Dongeng-dongeng orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.’” (QS. Al-Furqan: 5)
Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, “Mereka mengatakan, bahwa inilah kebohongan orang-orang terdahulu dan cerita orang-orang lampau, bukan dari sisi Allah, karena kesombongan dan kedurhakaannya.”
كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِہِم مَّا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.”
Ibnu Katsir menafsirkan, (3) “Yaitu, bukanlah perkaranya sebagaimana yang mereka sangka dan apa yang mereka katakan. Bahwa al-Qur’an adalah dongengan orang dahulu. Bahkan ia adalah Kalamullah dan wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Namun hati mereka telah tertutup dari keimanan disebabkan kotoran yang melekati hati mereka dari banyaknya dosa serta maksiat.”
Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, “Adapun bagi siapa yang objektif dan kebenaran jelas sebagai tujuannya, maka tidak akan mendustakan hari akhir, karena Allah telah menegakkan padanya dalil-dalil yang pasti dan bukti-bukti yang jelas, sehingga menjadikannya benar-benar menjadi keyakinan di hati-hati mereka, seperti matahari yang terlihat mata. Berbeda bagi siapa yang berusaha menutupi hatinya dan tertutupi oleh perbuatan maksiatnya, maka dia akan terhalang dari kebenaran. Oleh karena ini dia dibalas dengan terhalangnya dari Allah sebagaimana hatinya di dunia terhalang dari ayat- ayat Allah.“
كَلَّآ إِنَّہُمۡ عَن رَّبِّہِمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ لَّمَحۡجُوبُونَ
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari Rabb mereka.”
Ibnu Katsir menafsirkan, (5) “Yaitu bagi mereka pada hari kiamat akan menduduki suatu tempat yang bernama Sijjin, kemudian bersama itu juga mereka terhalang dari melihat Allah pencipta mereka.”
ثُمَّ إِنَّہُمۡ لَصَالُواْ ٱلۡجَحِيمِ (١٦) ثُمَّ يُقَالُ هَـٰذَا ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ
“Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian, dikatakan (kepada mereka), ‘Inilah adzab yang dahulu selalu kamu dustakan.’”
Ath-Thabari menafsirkan, (6) “Kemudian mereka akan mendatangi neraka dan tenggelam di dalamnya. Kemudian Allah berkata kepada para pendusta hari akhir, ‘Inilah adzab yang kalian sekarang berada di dalamnya. Dialah adzab yang kalian dahulu di dunia dikabari bahwa kalian akan merasakannya, lalu kalian mendustakan dan mengingkarinya. Maka rasakanlah sekarang, dan kalian sudah benar-benar berada di dalamnya.”
Abu Qilabah berkata kepada Ayyub As Sakhtiyani,
إذَا حَدَثَ لَك عِلْمٌ فَأَحْدِثْ فِيهِ عِبَادَةً وَلَا يَكُنْ هَمُّكَ أَنْ تُحَدِّثَ بِهِ النَّاسَ
“Apabila kamu mendapat ilmu, maka munculkanlah keinginan ibadah padanya. Jangan sampai keinginanmu hanya untuk menyampaikan kepada manusia.”
[Al-Adab Asy-Syar’iyyah (2/45), Muhammad Al-Maqdisy, Syamilah]