BAHAYA SENGKETA TANAH
HATI-HATI DENGAN BATAS TANAH
وعن عروة بن الزبير : أنَّ سعيد بن زيد بن عمرو بن نُفَيلٍ
– رضي الله عنه – ، خَاصَمَتْهُ أَرْوَى بِنْتُ أوْسٍ إِلَى مَرْوَانَ بْنِ
الحَكَمِ، وادَّعَتْ أنَّهُ أخَذَ شَيْئاً مِنْ أرْضِهَا ، فَقَالَ سعيدٌ : أنا
كُنْتُ آخُذُ شَيئاً مِنْ أرْضِهَا بَعْدَ الَّذِي سَمِعْتُ مِنْ رسول الله – صلى
الله عليه وسلم – !؟ قَالَ : مَاذَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ الله – صلى الله عليه
وسلم – ؟ قَالَ : سَمِعْتُ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – يقول : (( مَنْ
أخَذَ شِبْراً مِنَ الأرْضِ ظُلْماً ، طُوِّقَهُ إِلَى سَبْعِ أرْضِينَ )) فَقَالَ
لَهُ مَرْوَانُ : لا أسْألُكَ بَيِّنَةً بَعْدَ هَذَا ، فَقَالَ سعيد : اللَّهُمَّ
إنْ كَانَتْ كاذِبَةً ، فَأعْمِ بَصَرَها ، وَاقْتُلْهَا في أرْضِها ، قَالَ :
فَما ماتَتْ حَتَّى ذَهَبَ بَصَرُهَا ، وَبَيْنَما هِيَ تَمْشِي في أرْضِهَا إذ
وَقَعَتْ في حُفْرَةٍ فَماتَتْ . متفق عَلَيْهِ .
وفي روايةٍ لِمُسْلِمٍ عن محمد بن زيد بن عبد الله بن
عُمَرَ بِمَعْنَاهُ ، وأنه رآها عَمْيَاءَ تَلْتَمِسُ الجُدُرَ تقولُ : أصابَتْنِي
دَعْوَةُ سَعيدٍ ، وأنَّها مَرَّتْ عَلَى بِئرٍ في الدَّارِ الَّتي خَاصَمَتْهُ
فِيهَا ، فَوَقَعَتْ فِيهَا ، وكانتْ قَبْرَها
Dari
‘Urwah bin Az-Zubair, bahwasanya Said bin Zaid bin Amr bin Nufail radhiyallahu
‘anhu pernah dituntut oleh Arwa binti Aus radhiyallahu ‘anha kepada Marwan bin
Al-Hakam dengan tuduhan bahwa Sa’id merampas sebagian tanahnya. Said berkata,
“Aku telah mengambil sebagian tanahnya setelah aku mendengar sesuatu dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!”
Marwan
berkata, “Apa yang telah Anda dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam?” Said menjawab, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Barang siapa merampas sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan
mengalungkan tanah itu ke lehernya sampai pada lapisan bumi ketujuh.’” Marwan
pun berkata, “Aku tidak akan meminta bukti lagi kepada Anda setelah itu.” Said
lantas berkata, “Ya Allah, jika ia berdusta, maka butakanlah penglihatannya dan
matikanlah ia di tanahnya.”
‘Urwah
berkata, “Wanita itu ternyata mati setelah matanya buta. Yaitu, suatu ketika ia
berjalan di tanahnya. Kemudian ia terjatuh ke dalam sebuah lubang dan seketika
itu pula mati.” (Muttafaqun ‘alaih).
Di
dalam riwayat Muslim, dari Muhammad bin Zaid bin ‘Abdullah bin ‘Umar, dengan
kasus yang sama, yaitu bahwa Muhammad melihat Arwa dalam kondisi buta, berjalan
meraba-raba tembok seraya berkata, “Doa Sa’id atasku telah dikabulkan.” Ia
berjalan di dekat sumur di rumah yang dipersengketakannya, lalu ia jatuh ke
dalamnya. Sumur itu pun menjadi kuburnya.
Imam
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَخَذَ شِبْرًا مِنَ الأَرْضِ ظُلْمًا، فَإِنَّهُ
يُطَوَّقُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْنَ
“Barangsiapa yang
mengambil sejengkal tanah secara zalim, maka Allah akan mengalungkan tujuh bumi
kepadanya.”
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ
سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَأْخُذُ أَحَدٌ شِبْرًا مِنْ الْأَرْضِ بِغَيْرِ
حَقِّهِ إِلَّا طَوَّقَهُ اللَّهُ إِلَى سَبْعِ أَرَضِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah
salah seorang dari kamu mengambil sejengkal tanah tanpa hak, melainkan Allah
akan menghimpitnya dengan tujuh lapis bumi pada hari Kiamat kelak. [HR:
Muslim No.3024].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا
أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ
تَرَاضٍ مِنْكُمْ
” Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu.” (QS. An Nisa’: 29). Ayat ini menunjukkan tidak
bolehnya merampas harta orang lain kecuali dengan jalan suka sama suka atau
saling ridho.
Dalam
ayat lain juga disebutkan,
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ
النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan
janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (QS. Al Baqarah: 188).